ADVERTIZED

ads ads ads ads ads

Senin, 21 September 2009

Mereka Para Komunis yang telah meninggalkan Azas Nilar Sathithik Edhing (Azas Kekeluargaan dan Musyawarah Mufakat)


















Foto RM.KOESEN

(putra PB.IX kakaknya PB.X)


(bisa dilihat pada : KITLV ( Koninklijk Instituute Taal-, Laand-, en Volkenkunde) http://kitlv.pictura-dp.nl/index.php?option=com_memorix&Itemid=28&task=result&searchplugin=eenvoudigdistkitlv&onderwerp=Surakarta&rpp=30&cp=4)


Huru-Hara (bahasa jawanya : Horeg-Horegan Komunis) di Surakarta terjadi oleh karena perilaku dari beberapa pihak yang ingin menonjol dalam kelompok kaum berpaham Komunis, yang dalam istilah tembang karya dari R.Ay.Bandiyah Soetarmi Prodjokoesoemo adalah “ Sabarang Reh yen Tilar Sethithik Edhing Wekasan Bakal Kapitunan “

Yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah apapun tindakan, pola pikir, perkataan, sikap dan perilaku bila meninggalkan azas kekeluargaan dan musyawarah mufakat (disitir dari ucapan Bung Hatta) maka hasilnya terjadi kerugian/kesengsaraan besar bagi pihak-pihak yang meninggalkan azas-azas tersebut tadi. Karena apabila pihak-pihak tertentu yang meninggalkan azas-azas tersebut tadi pastilah dapat di peralat oleh suatu politik-politik dari Negara-negara tertentu yang punya kepentingan yang merugikan/menyengsarakan rakyat. Coba bila diantara pihak-pihak yang berhaluan keras mau berunding dan merapatkan barisan dengan Karaton Soerakarta, pastilah akan terjadi kedamaian yang berujung pada ketentraman dan kemakmuran bersama, tapi lain halnya apabila ada

didalampihak-pihak yang berhaluan keras oknum-oknumnya mempunyai ambisi menjadi pemimpin yang tak terkontrol kepemimpinan dan kekuasaannya, maka jawaban nya adalah memang disengaja untuk melakukan Sabarang Reh sing Tilar Sathithik Edhing Wekasan Bakal Kapitunan, itu yang mereka inginkan karena mereka berpendapat lebih baik mendobrak,membongkar,merusak, dan memporakporandakan setelah itu baru membangunnya kembali diatas dasar puing-puing kerusakan dan tumpukan masalah sebelumnya, dan mereka tidak berpikiran kalau nanti tumpukan masalah itu timbul dikelak kemudian hari, layaknya bagai anak kecil yang tidak dituruti permintaannya lalu mengamuk sejadi-jadinya dan merusak apapun dan tanpa berpikir panjang lebih dahulu. Maka oleh karena itu kami penulis sangat setuju dengan tindakan Proaktif Bapak Presiden Soeharto untuk menumpas habis Komunis,ajaran-ajaranya,dan antek-anteknya dari bumi Indonesia (agar stabilitas Keamanan dan Pertahanan Negara Indonesia tetap Stabil dan terkendali senantiasa, dan rakyat aman sentausa,adil dan makmur) dan Dunia pada umumnya. Dari uraian kami tadi pembaca bias menyimak sejarah pergolakan pemberontakan komunis tahun 1926 dari kaca pandang mereka, seperti uraian dibawah ini:



Pemberontakan 1926

Pemberontakan 1926 yang direkayasa dari Keputusan Prambanan yang berakibat bunuh diri bagi perjuangan nasional rakyat Indonesia melawan penjajah waktu itu. Pemberontakan 1926 hanya merupakan gejolak kerusuhan dan keributan kecil di beberapa daerah di Indonesia. Maka dengan mudah dalam waktu singkat pihak penjajah Belanda dapat mengakhirinya. Akibatnya ribuan pejuang politik ditangkap dan ditahan. Ada yang disiksa, ada yang dibunuh dan banyak yang dibuang ke Boven Digoel, Irian Jaya. Peristiwa ini dijadikan dalih oleh Belanda untuk menangkap, menahan dan membuang setiap orang yang melawan mereka, sekalipun bukan PKI. Maka perjaungan nasional mendapat pukulan yang sangat berat dan mengalami kemunduran besar serta lumpuh selama bertahun-tahun.

Pergulatan Tan Malaka dengan partai komunis di dunia sangatlah jelas. Ia tidak hanya mempunyai hak untuk memberi usul-usul dan dan mengadakan kritik tetapi juga hak untuk mengucapkan vetonya atas aksi-aksi yang dilakukan partai komunis di daerah kerjanya. Tan Malaka juga harus mengadakan pengawasan supaya anggaran dasar, program dan taktik dari Komintern (Komunis Internasional) dan Profintern seperti yang telah ditentukan di kongres-kongres Moskwa diikuti oleh kaum komunis dunia. Dengan demikian tanggung-jawabnya sebagai wakil Komintern lebih berat dari keanggotaannya di PKI.


Pada bulan Januari 1926

Pada bulan Januari 1926, pemerintah Hindia Belanda memutuskan menangkap Musso, tetapi ia menghilang. Ternyata Musso kabur ke Singapura. Kemudian ia bersama Alimin ke Moskow untuk membicarakan Keputusan Prambanan, setelah Tan Malaka sebagai wakil Comintern yang ditemui Alimin di Manila, menolak keputusan PKI mengadakan pemberontakan (Keputusan Prambanan). Di sana mereka berdua mendapat jawaban dari Stalin, tidak diperkenankan mengadakan pemberontakan. Bahkan keduanya dipersilahkan tinggal selama tiga bulan untuk mendapat indoktrinasi kembali atas teori perjuangan revolusioner. Akhirnya mereka disuruh pulang dengan membawa keputusan, bahwa Stelin melarang PKI mengadakan pemberontakan. Tetapi ketika mereka dalam perjalanan pulang ke Indonesia. Pemberontakan meletus pada bulan November 1926 di Jawa Barat dan Sumatera Barat pada bulan 1927. Akibatnya PKI dibubarkan dan semua aktivisnya dibuang. Akhirnya Musso kembali ke Uni Soviet untuk sekolah lagi sebagai ‘petugas’ Comintern.

PEMBERONTAKAN KOMUNIS PADA TAHUN 1926

Setelah berhasil menanamkan pengaruhnya di dalam tubuh SI yang cukup besar, maka PKI mulai memanfaatkan pengaruhnya untuk menggerakkan organisasi masa rakyat dengan menggunakan bendera SI untuk melakukan pergolakan fisik melawan pemerintah Hindia Belanda. Upaya PKI ini berhasil mencetuskan pergolakan diberbagai tempat, yaitu pada 12-14 Nopember 1926 di Kerisidenan Jakarta,12 Nopmever sampai 5 Desember di Banten, 12-18 Nopember 1926 di Priangan, 17-23 Nopember 1926 di Surakarta, 12 Nopember -15 Desmber 1926 di Kediri dan 1 januari-28 Februari 1927 di Silungkang (Sumatera Barat). Namun Pergolakan ini dapat diatasi oleh pemerintah Hindia Belanda dan banyak tokoh komunis-nasionalis yang ditangkap dan di penjarakan, bahkan ada yang dibuang Ke Digul tanah merah (Irian Jaya).

Pada tahun 1920 di Indonesia paham Marxisme mulai berkembang pesat

Pada tahun 1920 di Indonesia paham Marxisme mulai berkembang pesat

dan meluas, hal ini bisa dibuktikan dengan didirikannya PKI (Partai Komunis Indonesia) di Semarang oleh Semaun dan Darsono. Kemudian di Surabaya yang dipelopori oleh HOS Tjokroaminoto mendirikan Sarekat Islam yang berpaham Marxisme. Seperti diketahui sebelumnya Sarekat Islam merupakan organisasi

yang berpaham Islam dengan melihat kehadiran PKI yang lebih diterima masyarakat kecil, kemudian HOS Tjokroaminoto bersama Sarekat Islam mengadopsi dan ajaran Marxisme untuk dipadukan dengan ajaran Islam yang

kemudian melahirkan sintesa “Islam dan Sosialis” yang lebih diterima masyarakat (Alam 2004:371). Bung Hatta menentang paham profit oriented tetapi Bung Hatta mencoba mensejajarkan manusia sebagai makhluk tuhan agar memperoleh perlakukan yang sama dari negara denngan tidak menindas salah satu golongan oleh golongan yang lain .Bung Hatta memberikan pemahaman mengenai sosialisme yang berkaca dari kehidupan didesa yang berupa gotong royong dan azas kekeluargaan yang merupakan kesinambungan dari kolektivisme yang beraturan. Pada intinya Bung

Hatta menginginkan tidak adanya pemimpin yang besar yang tidak tekontrol untuk melaksanakan segala keinginannya, sebaliknya beliau menginginkan azas kekeluargaan yang dan mufakat untuk tidak mencari permusuhan tetapi menggali kebenaran bersama.

Pada akhir tahun 1911 dan awal 1912, barulah Ummat Islam mulai bangun dan berbangkit dari tidurnya. Dengan pimpinan Haji Samanhudi (Solo) dan kemudian di bantu, dilanjutkan dan di pimpin oleh Umar Said Cokroaminoto, maka didirikanlah Sarekat Dagang Islam (SDI) yang akhirnya bernamakan ke jurusan sosial dan ekonomi dengan dasar keagamaan (Islam), perhimpunan ini bersifat massal meliputi seluruh Ummat Islam, sehingga getaran langkah dan geraknya amat besar pengaruhnya dan berkumandang jauh-jauh melintasi lautan seluruh Nusantara dari Aceh hingga Merauke. Di dalam dan terutama setelah Perang Dunia Pertama (1914-1918) dan kemudian daripada ditanda-tanganinya Perjanjian Damai Versailles (1919), maka pemerintah jajahan Hindia Belanda mempergunakan taktik licin : Menina-bobokan bangsa Indonesia, dengan “pemberian hak-hak politik” (walaupun amat sederhana dan kecil sekali), sehingga dibentuknyalah Volksraad dan badan-badan kenegaraan yang lainnya.

Taktik ini didahului dengan hidangan “makanan yang lezat, manis dan gurih” --sesuai dengan lidah Indonesia-- berupa duurte tooslaq, kenaikan pangkat, pemberian berbagai-bagai bintang, tanda-tanda jasa dan lain-lain. Sementara itu, nyanyian merdu “November-Belofte” dilagukan dengan meriahnya di bawah pimpinan seorang kopelmeester yang cerdik, pandai, ulung dan bijaksana sesuai dengan tugasnya (Gubernur Jenderal) Idenburg.

Nyanyian yang serupa itu perlu didengungkan dan ditiupkan di dalam tiap-tiap telinga bangsa Indonesia. Sebab jika terjadi kerusuhan atau pemberontakan rakyat, maka Pemerintah Belanda pada waktu itu belum mempunyai kekuatan yang mencukupi untuk mengatasinya bagi mempertahankan kedudukan dan kekuasaan pemerintah jajahan Belanda di Indonesia, sedang kekuatan dari negeri Belanda sendiri tidak mungkin begitu saja dialirkan ke Indonesia sebagai bantuan karena Belanda harus mempertahankan kebebasan (neutraliteit) negaranya.

Beberapa tahun kemudian daripada itu, pemeritah jajahan Belanda menunjukkan tangan besi dan melakukan tindakan-tindakan keras dalam segala lapangan (zaman Gubernur Jenderal De Fook).

2. Sementara itu Sarekat Islam beralih sifat dan usahanya, menjadilah sebuah perhimpunan politik berdasarkan keputusan kongresnya di Madiun (1922). Partai Syarikat Islam Hindia-Timur dan 8 tahun kemudian berubah menjadi Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), Kongres Jakarta dengan sendi dasar yang lebih kuat dan teguh serta program politik, ekonomi dan lain-lain yang lebih luas.

Dalam pada itu Sarekat Islam menderita kerusakan dan perpecahan di dalamnya dengan karena infiltrasi Komunis (periksalah di bawah, sehingga terbelah menjadi Sarekat Islam Putih dan Sarekat Islam Merah yang akhirnya merupakan 2 partai politik yang senantiasa bertentangan satu dengan lainnya), yakni Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dengan karena tekanan pihak pemerintah jajahan Belanda waktu itu atas kaum pergerakan umumnya, maka sikap ke (co-operation) menjadi non (non co-operation). Mereka keluarlah dari badan-badan perwakilan yang di bentuk pemerintah jajahan pada waktu itu.

3. Semasa keadaan politik di Indonesia agak panas dan perhubungan antara kaum pergerakan --terutama PSII-- menjadi tegang, makaa terdengarlah dengan sayup-sayup tapi cukup jelas dan terang coup d’etat kaum Wahabi dengan pimpinan Abdul ‘Aziz ibnu Sa’ud yang telah berhasil merebut kekuasaan negara dari tangan Syarif Husein, tangan-tangan dan boneka Inggris di Jaziratul Arab (1925).

Kemenangan kaum Wahabi dan pindahnya kekuasaan negeri Arab dari Syarif Husein kepada Abdul ‘Aziz ibnu Sa’ud tidak sedikit pengaruh, harga dan nilainya bagi perhimpunan dan pergerakan Islam di Indonesia. Dengan segera Ummat Islam di Indonesia mempersatukan diri di dalam suatu (permufakatan federasi) merupakan satu blok Islam yang lalu mengirimkan utusannya ke negeri Arab, yakni Umar Said Cokroaminoto dan K.H. Mas Mansyur (masing-masing dari PSII dan Muhammadiyah).

Kesempatan itu dipergunakan untuk menyelenggarakan sebuah Kongres Seluruh Alam Islam, yang Ummat Islam Indonesia pun menjadi salah satu anggotanya dengan nama Mu’tamar-ul ‘Alam-il-Islami farul-Hindisy-Syarqiyah (MAIHS), Kongres Seluruh Alam Islam cabang Hindia Timur. Ikhtisar Ummat Islam Indonesia ke jurusan Pan-Islamisme ini gagal disebabkan karena halangan dan rintangan, saingan dan tantangan pihak Imperialis (terutama Inggris), karena Ummat Islam sendiri belum cukup besar kesadaran dan himmahnya untuk melaksanakan dan mewujudkan buktinya Pan-Islamisme itu, meskipun berpuluh-puluh tahun sebelumnya telah dianjurkan dimulaikan oleh pemimpin-pemimpin Islam Internasional yang amat masyhur, seperti Jamaludin al-Afghani, Muhammad Abduh dan Amir al-Husainy. Setelah mati dan buntunya usaha Islam Internasional yang pertama itu, maka diutusnyalah untuk kedua kalinya K.H. Agus Salim ke negeri Arab. Maka dibentuknyalah sebuah perhimpunan Islam Internasional --pengganti MAIHS yang kandas dan terdampar di lautan karang-- bernamakan Ansharul-Haremain (Pembela kedua Tanah Suci, Mekkah dan Madinah). Selain daripada jalan keluar melalui Pan-Islamisme, maka Ummat Islam Indonesia (baca : PSII) mencari pula jalan keluar ke jurusan Internasional “kiri dan Merah-muda” (socialistis, social demokratis dan agak Komunistis). Maka didapatnyalah hubungan administratif antara PSII dengan Liga anti-Imperialisme, anti-Kapitalisme dan anti-jajahan, lembaga mana berpusat di Eropa Barat.

Usaha ini segera menemui jalan buntu, dan putus sama sekali. Di antara sebab-sebabnya, perlulah di catat tekanan dan tindakan keras daripada pihak Parket pemerintah jajahan Belanda waktu itu. Berkenaan dengan itu, maka keadaan pergerakan politik, sosial, ekonomis, keagamaan dan lain-lain di Indonesia pada waktu itu tidak seberapa mencapai kemajuan, lesu dan kurang semangat seakan-akan hampir diam (statis).

4. Pada zaman awal kedudukan Jepang, maka semuanya perhimpunan-perhimpunan politik Islam dibunuhnyalah. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) dan kemudian MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia), kedua-duanya buatan Jepang --dengan perantaraan agen-agennya kyai-kyai ala Tokyo-- merupakan lembaga dan medan pertempuran. Oleh pihak Islam muda, pihak revolusioner dan progresif, lembaga ini di pakai untuk menyusun dan mengatur “gerakan bawah tanah”, seperti juga yang dilakukan oleh kawan-kawan seperjuangan lainnya di Hookookai dan lain-lain badan “kebaktian” buatan “saudara tua” itu.

Benih-benih subversief di masa “sangkar emas” Jepang --yang sesungguhnya merupakan kamp konsentrasi, kamp tawanan yang halus-- di masa nanti menghadapi Revolusi Nasional, menjadi pendorong dan daya-kekuatan yang hebat.



KOMUNISME

1. Revolusi Komunisme di Rusia yang terjadi pada akhir Perang Dunia Pertama (1917), adalah salah satu patok yang maha penting di dalam sejarah dunia, terutama yang mengenai perkembangan Komunis Internasional. Segera kemudian daripada selesainya Perang Dunia Pertama itu (1919), maka agen-agen Komunis Internasional dengan pimpinan langsung dari Rusia --Internasional III-- menyebar dan menyelundup ke dalam hampir tiap-tiap negara di seluruh dunia. Juga di Indonesia. Dalam pemasukan dan perkembangan Komunisme di Indonesia, antara lain perlu di catat nama beberapa orang Belanda, seperti Baars dan Sneevlit. Di antara murid-muridnya yang amat setia, bolehlah di sebut Sama’un, Darsono, Marco (Kartodikromo), Alimin, Muso, Ali-archam, Tan Malaka dan lain-lain lagi.

Dengan cara menginjeksi racun Komunisme ke dalam tubuh dan jiwanya pemimpin-pemimpin Sarekat Islam pada waktu itu, maka dengan segera perhimpunan tersebut belah menjadi dua aliran yang bertentangan satu dengan lainnya sebagai musuh yang tak kenal damai.

Keputusan tentang adanya party-dicipline dalam Kongres Sarekat Islam tahun 1921 memisahkan dua aliran dan anasir itu, sehingga masing-masing berdiri dengan bentuk Partai Sarekat Islam Putih menjadi Partai Syarikat Islam Hindia-Timur (akhirnya PSII) dan Sarekat Islam Merah menyalurkan aliran Merahnya di dalam Partai Komunis Indonesia (PKI).

Sikap pemerintah jajahan pada waktu itu “melihat dan menanti”, sedang dalam prakteknya merupakan politik “adu domba” --devide et impera-- antara Partai Syarikat Islam Indonesia dan Partai Komunis Indonesia dengan selalu diselang-selingi oleh tindakan-tindakan yang “tidak langsung” (inderekt) : memukul kedua belah pihak, dengan membangunkan gerombolan-gerombolan Sarekat Hijau, Daf’us-Sial, al-Hasanatul-Khairiyah dan lain-lain (dalam zaman akhir juga tampak gerombolan cap Jangkar) ialah alat-alat pengacau yang dibiayai dan di pimpin langsung atau tidak langsung oleh pemerintah jajahan. Semangat Komunis muda yang berkobar-kobar waktu itu --dengan pusat (Central Comite) di Semarang, dengan kiblat Moskow dan dengan petunjuk-petunjuk langsung daripada agen-agen Lenin-- ingin segera dan cepat-cepat mencapaikan maksud dan tujuannya, merampas kekuasaan dari tangan pemerintah jajahan Hindia-Belanda.

Peristiwa itu terjadi pada akhir tahun 1926 dan terkenal dengan nama pemberontakan Komunis. Dalam tarikh tercatat sebagai coup d’etat Komunisme yang pertama. Dengan peristiwa itu yang sesungguhnya karena perbuatan provokasinya yang sudah agak lama sebelumnya sengaja diselundupkan ke dalam tubuhnya Komunisme Indonesia, maka pihak pemerintah jajahan mempunyai “alasan yang cukup kuat dan sah” untuk membasmi dan membinasakan “Komunisme”. Beribu-ribu manusia, laki-laki dan perempuan, tua dan muda menjadi korban perjuangan, korban Komunisme, di buang-diasingkan ke Boven Digul.

Di antara pemimpin-pemimpin yang ikut dalam pembuangan itu ialah Marco yang beberapa tahun kemudian meninggal di tanah pengasingan itu. Di dalam peristiwa tahun 1926 terebut di atas, baiklah di catat nama seorang agen provokator bikinan Belanda, pengkhianat Komunisme di Indonesia ialah Sanusi, seorang alat-penjajah Belanda, pemimpin Komunis gadungan.

Adapun pemimpin-pemimpin lainnya, mereka cepat-cepat meninggalkan Indonesia pergi ke luar negeri menuju ke jurusan Moskow. Di antara mereka yang mendapat “angin baik” bisa sampai di ibukota Komunis itu, sedang sebagian besar lainnya terdampar di tengah jalan (Singapura, Bangkok, Rangoon, Shanghai). Di antara mereka ini, bolehlah di catat nama-nama Tan Malaka, Alimin, Muso, Sama’un, Darsono dan Subakat.

Sampai dimana mereka itu setia kepada organisasinya (di Rusia) nyatalah dengan terang-benderang di kala mula pertama berkobar Revolusi Nasional di Indonesia (1945), terutama setelah revolusi tersebut agak reda. Mereka pulang kembali ke pangkalan semula, kecuali beberapa orang. Tentu dengan tugas-tugas daripada induk-organisasinya.

2. Sejak waktu itu hingga berakhirnya pemerintah jajahan Belanda (awal 1942), maka tidaklah tampak tanda-tanda bahwa Komunis di Indonesia akan hidup, bangun dan bangkit kembali seakan-akan pingsan kena pukau dan pukulan yang sangat hebat.

Nasionalisme di Indonesia timbul karena factor-faktor seperti berikut yaitu:

1. Pemerintahan belanda sendiri yang bersifat asing , menekan rakyat, sehingga timbul paham kesadaran kebangsaan.

2. Pertentangan kebdayaan, social, dan agama. Agama dijadikan sebagai alat unruk menyatukan tekad dan menumbuhkan paham kebangsaan.

3. Persamaan bahasa yang digunakan yaitu melayu.

4. Dasar kesusilaan yang mlahirkan rasa ketidakpuasan terhadap pemerintahan belanda

5. Kemajuan teknologi seperti radio da surat kabar serta kemudahan untuk mengadakan hubungan dengan kalangan lain.

6. Adanya hubungan dengan kerajaan belanda, sehingga bangsa Indonesia belajar berpolitik. Sehingga semakin bertambah rasa kebangsaan dan keinginan terbebas dari penjajahan.

7. Adanya kaum terpelajar baik dari pendidikan barat mupun lainnya yang memimpin pergerakan.

8. Kerajaan belanda yang gagal memberikan pekerjaan terhadap kaum terpelajar hindia belanda sehingga golonganyang membahayakan terhadap pemerintahan colonial.

9. Adanya semangat mental dengan tumbuhnya masionalisme di asia seperti perlawanan filipna terhadap spanyol, jepang melawan rusia, kisah perjuangan orang India.

10. Penindasan yang dilakukan colonial belanda terhadap rakyat dalambidang ekonomi, social, politik menyebabkan terjadinya berbagai perlawanan terhadap belanda baik dari kalangan rakyat pribumi ataupun dari kalangan bangsa belanda sendiri. (Khoo Girlbert:1976).

Referensi :

  1. Gerakan 30 September ( Pemberontakan Partai Komunis Indonesia). 1994. Sekretariat Negara Republik Indonesia; Jakarta.
  2. Sodiq Mustafa, dkk. 2004. Sejarah untuk Kelas 3 SMA dan MA. Tiga Serangkai; Solo.

Khoo, Gilbert. 1976. Sejarah Asia Tenggara Sejak Tahun 1500. Kuala Lumpur. Penerbit Fajar Bakti SDN.BHD.

Suhartono. 2001. Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo Sampai Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

www. wikipedia. Nasionalisme Indonesia. Diakses Tanggal 4 Juli 2008.



(Vertaald in het Nederlands:)

Foto RM.KOESEN

(Zoon van zijn broer PB.IX PB.X)


(Kan worden bekeken op: KITLV (Koninklijk Instituute Taal-, Laand-, en Volkenkunde)

http://kitlv.pictura-dp.nl/index.php?option=com_memorix&Itemid=28&task=result&searchplugin=e

envoudigdistkitlv&onderwerp=Surakarta&rpp=30&cp=4)


Hurly-Hara (Javaans: Horegan Horeg-communistische) in Surakarta optreden als gevolg van het

gedrag van sommige partijen die willen opvallen op een verstandige groep communisten, het

lied werken in termen van R.Ay.Bandiyah Soetarmi Prodjokoesoemo is "Sabarang Reh yen Tilar

Sethithik zal Wekasan Edhing Kapitunan "

Dit betekent in de Indonesische taal is iedere actie, denkpatronen, spraak, houding en

gedrag bij het verlaten van de beginselen van verwantschap en consensus overeenkomst

(geciteerd uit de uitspraken van Bung Hatta) dan is het resultaat van het verlies / grote

ellende voor degenen die afzien van deze beginselen eerder. Want als bepaalde partijen die

afzien van de beginselen die zij was zeker kan peralat worden door een politiek van bepaalde

landen die belangen hebben die schade / leed voor de mensen. Proberen als tussen de partijen

te zullen onderhandelen over onbuigzame en sluiten de rangen met het Paleis Soerakarta, dus

er zal vrede die leidt tot vrede en welvaart samen te zijn, maar het is anders als er

didalampihak-partij-oknumnya onbuigzame elementen hebben ambities om een ​​leider die niet

wordt gecontroleerd leiderschap en macht zijn, dan is het inderdaad opzettelijke antwoorden

op Tilar Sabarang Reh Sathithik Edhing Wekasan Kapitunan zullen zingen, dat is wat ze

willen, omdat ze wijzen op een betere break uit elkaar te halen, , schade, en vernietigd pas

daarna weer op te bouwen op basis van puin schade en stapels van de vorige problemen, en ze

denk niet dat het probleem zal stack voorgedaan dikelak later, als een als een klein kind

die niet gehoorzaamd wordt zijn verzoek en vervolgens ongecontroleerd en schade woedde dan

ook en zonder eerst na te denken. Dus daarom zijn we het roerend eens met meneer de

president Soeharto proactieve maatregelen om de communisten uit, ajaranya leringen, en zijn

handlangers van de Aarde Indonesië (voor de stabiliteit van de veiligheids-en defensiebeleid

Negara Indonesia crush bleef stabiel en onder controle altijd, en mensen Sentausa veilige,

eerlijke en welvarende) en de Wereld in het algemeen. Uit de beschrijving hadden we

geluisterd naar lezer bias turbulente geschiedenis van de communistische opstand in 1926

vanuit hun perspectief glas, zoals een beschrijving hieronder:



Rebellion 1926

Rebellion 1926, ontworpen door het besluit dat Prambanan zelfmoord geleid voor de nationale

strijd van het Indonesische volk tegen de indringers op dat moment. 1926 Rebellion onrust en

onrust is slechts een kleine opschudding in verschillende regio's in Indonesië. Zo

gemakkelijk in een korte tijd de Nederlandse kolonisten te beëindigen. Als gevolg daarvan

duizenden politieke strijders gevangen genomen en opgesloten. Er werden gemarteld, sommigen

werden gedood en velen werden verbannen naar Digoel, Irian Jaya. Dit evenement wordt

gebruikt als een voorwendsel van de Nederlandse te arresteren, vast te houden en verwijder

alle mensen die zich verzetten tegen hen zijn, zelfs indien niet de PKI. Dus de nationale

perjaungan kreeg een heel zware klap en liep een grote tegenslag en verlamd voor jaren.

Tan Malaka's worstelen met de communistische partij in de wereld is heel duidelijk. Hij

heeft niet alleen het recht om suggesties en geven kritiek en gedrag maar ook het recht om

zijn veto uit te spreken over de acties ondernomen op het gebied van zijn communistische

partij uit te spreken. Tan Malaka moet ook toezicht op te voeren om de statuten, programma's

en de tactiek van de Komintern (Communistische Internationale) en Profintern zoals het is

vastgesteld in het Congres, werd het congres in Moskou, gevolgd door de communistische

wereld. Zo zijn verantwoordelijkheden als vertegenwoordiger van de Komintern is zwaarder dan

zijn lidmaatschap van de PKI.


In de maand januari 1926

In januari 1926 besloot de Nederlandse regering om Musso arresteren, maar hij verdween.

Blijkbaar Musso vluchtte naar Singapore. Vervolgens deelde hij Alimin naar Moskou om het

besluit van Prambanan te bespreken, na Tan Malaka als Komintern vertegenwoordiger die Alimin

ontmoet in Manilla, weigerde rebellie PKI (Beschikking Prambanan) te maken. Daar hebben ze

allebei een reactie van Stalin, is niet toegestaan ​​om de opstand te houden. In feite zijn

beide zijn van harte welkom om te verblijven voor drie maanden om weer op de theorie van de

indoctrinatie revolutionaire strijd. Ze eindelijk naar huis gestuurd met een besluit, dat

Stelin PKI houd rebellie verbiedt. Maar wanneer ze op de weg terug naar Indonesië. Opstand

uitbrak in november 1926 in West-Java en West-Sumatra in 1927. Als gevolg hiervan werd de

PKI ontbonden en alle activisten verwijderd. Musso uiteindelijk terug naar de Sovjet-Unie om

de school weer als 'officieren' Komintern.

Communistische opstand in het jaar 1926

Na het succesvol inbedden zijn plaats in een vrij groot lichaam van SI, de PKI begonnen om

hun invloed te gebruiken om de mensen te mobiliseren met behulp van de SI vlag om een

​​fysieke strijd tegen de Nederlanders uit te voeren. PKI inspanning is succesvol ontstond

onrust in veel plaatsen, dat wil zeggen op 12 tot 14 november 1926 in Jakarta Kerisidenan,

12 Nopmever tot en met 5 december in Banten, 12-18 november 1926 in de Preanger, 17-23

november 1926 in Surakarta, 12 november 1926 -15 Desmber in Kediri en 1 januari-28 februari,

1927 op Silungkang (West Sumatra). Maar deze onrust kan worden opgelost door de Nederlandse

overheid en vele communistische-nationalistische leider die werd gearresteerd en in de

gevangenis, en sommige zelfs op de grond gegooid Digoel rood (Irian Jaya).
In 1920 in Indonesië marxisme begon te snel groeien

In 1920 in Indonesië marxisme begon te snel groeien

en wijdverbreide, kan worden aangetoond met de oprichting van de PKI (Indonesische

Communistische Partij) in Semarang door Semaun en Darsono. Vervolgens in Surabaya, die werd

ontwikkeld door de HOS Tjokroaminoto vast een verstandige SI marxisme. Zoals eerder bekend

is SI is een organisatie

De islam is het verstandig om te kijken naar een meer aanvaardbare PKI aanwezigheid van

kleine gemeenschappen, dan HOS Tjokroaminoto met SI goedgekeurd en in combinatie met de leer

van het marxisme de islamitische leer

later gaf de geboorte tot de synthese van "Islam en de socialisten 'meer sociaal

aanvaardbaar (Natuur 2004:371). Bung Hatta tegen te begrijpen Bung Hatta winstoogmerk, maar

probeer de mens als een schepsel van God af te stemmen met het oog op de gelijke behandeling

van staat denngan te verkrijgen, niet de ene groep onderdrukt door een andere groep. Bung

Hatta geven inzicht van het socialisme dat glas van het dorpsleven in de vorm van

wederzijdse hulp en principes familie, die een voortzetting is van het collectivisme dat

uniform. In essentie Bung

Hatta wil dat de afwezigheid van een groot leider die niet tekontrol het verrichten van al

haar wensen, integendeel, hij wil het principe van de verwantschap die en een consensus om

niet op zoek vijandelijkheden te bereiken, maar opgraven de waarheid samen.

In het najaar van 1911 en begin 1912, toen moslims beginnen te ontwaken en opstaan ​​uit

zijn slaap. Met de leiding van Haji Samanhudi (Solo) en later in de ondersteunende, gevolgd

en geleid door Umar zei Cokroaminoto, de SI werd gevestigde islamitische Handel (SDI), die

uiteindelijk bernamakan naar de afdeling van de sociale en economische basis van religie

(Islam), deze verbanden zijn massa bestrijkt het hele Islamitische Ummah, zodat trillingen

en beweging is erg grote stap effect en weerklinken helemaal over de oceaan in de gehele

archipel van Atjeh naar Merauke. Binnen en vooral na de Eerste Wereldoorlog (1914-1918) en

later dan de ondertekening van de vrede van Versailles Verdrag (1919), dan is het

Nederlands-Indië koloniale overheid gebruikt gladde tactiek: Menina-bobokan Indonesische

natie, met "de toekenning van politieke rechten" ( Hoewel zeer eenvoudig en klein), dus

dibentuknyalah Volksraad en overheidsinstellingen andere.

Deze tactiek werd voorafgegaan door een maaltijd "voedingsmiddelen die heerlijke, zoete en

hartige" - in overeenstemming met de Indonesische taal - een duurte tooslaq, promotie,

waarbij alle soorten van sterren, tekens en andere diensten. Intussen is de melodieuze song

"November-Belofte" gezongen op het ritme van meriahnya onder leiding van een kopelmeester

een slimme, slim, handig en verstandig in overeenstemming met hun taken

(gouverneur-generaal) Idenburg.

Soortgelijke gezangen die moeten worden zoemden en geborreld in elk oor van Indonesië. Want

als er rellen of volksopstand, dan is de Nederlandse regering op dat moment nog niet over

voldoende kracht om ze te overwinnen positie en macht van de Nederlandse koloniale regering

in Indonesië te handhaven, terwijl de kracht van Nederland zelf kan niet simpelweg worden

overgedragen aan Indonesië als steun, omdat de Nederland had verdedigen de vrijheid

(neutraliteit) land.

Een paar jaar later dan dat, pemeritah Nederlandse kolonie zien de ijzeren vuist en harde

maatregelen uit te voeren op elk terrein (de tijd van gouverneur-generaal De Fook).

2. Ondertussen schakelaar SI en de aard van haar activiteiten, wordt een politieke

vereniging gebaseerd op het besluit congres in Madiun (1922). Sarekat Islamitische Partij

van Oost-Indië en 8 jaar later omgezet in Sarekat partij Islam Indonesia (PSII), het Congres

van Jakarta met een sterkere basis gewrichten en stevige alsmede politieke programma's,

economische en andere breder.

In de tussentijd SI lijden schade en breuk in met als gevolg van de communistische

infiltratie (check hieronder, zodat de te splitsen in SI SI Rood Wit en dat uiteindelijk de

twee politieke partijen die voortdurend met elkaar in tegenspraak), de Partij van de

Islamitische Sarekat Indonesië ( PSII) en de Indonesische Communistische Partij (PKI).

Met de druk van de Nederlandse koloniale overheid in die tijd van de beweging in het

algemeen, de houding ten opzichte van de (co-operatie) op een niet (niet-samenwerking). Ze

verlaten de vertegenwoordigende organen in de vorm van koloniale overheid in die tijd.

3. Tijdens de politieke situatie in Indonesië in plaats van warm en het verband tussen de

beweging - vooral PSII - worden gespannen, makaa gehoord door de zwakke, maar heel duidelijk

en helder staatsgreep met de leiders van de Wahhabi Abdul 'Aziz ibn Sa'ud die met succes

staatsmacht te grijpen uit de handen van Sharif Hussein, de handen en marionet van de

Britten in de Arabische Jaziratul (1925).

De overwinning van de Wahhabieten en de verplaatsing van de macht van Sharif Hussein

Arabische land Abdul 'Aziz ibn Sa'ud niet de minste invloed op de prijs en de waarde ervan

voor de samenleving en de islamitische beweging in Indonesië. Met moslims in Indonesië zich

onmiddellijk te verenigen in een (consensus federatie) is een islamitisch blok en stuurde

gezanten naar Arabische landen, te weten Umar zei Cokroaminoto en KH Mas Mansour (elk van

PSII en Muhammadiyah).

De gelegenheid werd gebruikt om een ​​All Natural Islamitisch Congres te organiseren, had de

Indonesische moslims uitgegroeid tot een van de leden bij naam Mu'tamar-ul

"Alam-il-Islami-Hindisy farul-Syarqiyah (MAIHS), All Natural Islamitisch Congres tak van de

Oost-Indië. Samenvatting van de Indonesische moslims naar de afdeling van de pan-islamisme

is mislukt als gevolg van obstakels en hindernissen, concurrenten en de uitdagingen van de

imperialisten (voornamelijk Britse), omdat de moslims zelf zijn niet groot genoeg bewustzijn

en himmahnya uit te voeren en het bewijs van het pan-islamisme te realiseren, hoewel scores

afgelopen decennia is aanbevolen geïnitieerd door de Internationale Islamitische leiders

zijn erg beroemd, net als Jamaluddin al-Afghani, Mohammed Abduh en Amir al-Husainy. Na de

dood en het aanhangsel van de eerste internationale islamitische bedrijf, dan voor de tweede

keer diutusnyalah KH Agus Salim, om het Arabische land. Dus dibentuknyalah een

internationale islamitische verenigingen - bernamakan Ansharul-Haremain (tweede Verdedigers

van het Heilige Land, Mekka en Medina) - die de grond en vervanging MAIHS gestrand in de

oceaan riffen liep. Andere dan de weg naar buiten via de pan-islamisme, het islamitische

Ummah Indonesië (lees: PSII) ook een manier vinden om de internationale majors "links en de

Rode-jongeren" (socialistis, sociaal-democratische en enigszins communistisch). Dus

didapatnyalah bestuurlijke verhouding tussen PSII met de Liga van anti-imperialisme,

anti-kapitalisme en anti-koloniaal, die het instituut is gevestigd in West-Europa.

Deze inspanning al snel raakte een doodlopende weg, en uitval in totaal. Onder de oorzaken,

is het noodzakelijk de druk record en hardhandig optreden Parket dan de Nederlandse

koloniale overheid in die tijd. In verband met die, dan is de toestand van politieke

bewegingen, sociale, economische, religieuze en andere in Indonesië op dat moment niet veel

vooruitgang, lethargie en gebrek van de geest als het bijna stilstaande (statische).

4. In de vroege dagen van de Japanse standpunt, dan zijn alle islamitische politieke

verenigingen dibunuhnyalah. Masyumi (Shura Raad van islamitische Indonesië), en vervolgens

MIAI (Ala Indonesische Islamitische Raad), beide gemaakt in Japan - door tussenkomst van

haar agenten Kyai Kyai-ala Tokio - zijn de instellingen en het slagveld. Door jonge

islamitische partij, de revolutionaire en progressieve, deze instelling in gebruik is te

organiseren en te reguleren "ondergrondse beweging", evenals die van andere kameraden in

wapens en andere Hookookai lichaam "aanbidding" kunstmatige "oudere broer" was .

Subversief zaden in de "gouden kooi 'van Japan - dat is eigenlijk een concentratiekamp,

​​gevangenis kamp subtiel - in de toekomst zal worden geconfronteerd met de Nationale

Revolutie, werd de rij-en power-grote macht.



COMMUNISME

1. Communistische revolutie in Rusland die zich aan het einde van de Eerste Wereldoorlog

(1917), is een van de belangrijkste participaties in de geschiedenis van de wereld, met name

over de ontwikkeling van de Communistische Internationale. Binnenkort later dan de

voltooiing van de Eerste Wereldoorlog (1919), de Internationale Kommunistische agenten met

directe leiding van Rusland - Internationale III - te verspreiden en te infiltreren in bijna

elk land ter wereld. Ook in Indonesië. In de toetreding en de groei van het communisme in

Indonesië, onder andere, hebben gewezen op de naam van sommige Nederlanders, zoals Baars en

Sneevlit. Onder zijn studenten zijn zeer loyaal, zo-zo genoemd Sama'un, Darsono, Marco

(Kartodikromo), Alimin, Muso, Ali-archam, Tan Malaka en weer anderen.

Door middel van het communisme gif injecteren in het lichaam en de ziel SI leiders op dat

moment, de onmiddellijke associatie is gesplitst in twee stromen die strijdig zijn met

elkaar als de vijand geen vrede kennen.

De beslissing over de partij-vakgebied in het SI congres in 1921 naar de twee afzonderlijke

stromen en elementen ervan, zodat elke stand met de vorm SI White Party werd de Partij van

de Islamitische Sarekat Oost-Indië (eindelijk PSII) en SI roodheid van het rode kanaal

stroom in Indonesische Communistische Partij (PKI).

Koloniale overheid houding op dat moment "zien en wachten", is in de praktijk een beleid van

"schiet op de schapen" - divide et impera - de Partij van de Islamitische Sarekat Indonesië

en de Indonesische Communistische Partij altijd afgewisseld met de acties die "indirecte

"(inderekt): slaan beide partijen, met bendes wakker SI Groen, Daf'us-Shit,

al-Hasanatul-Khair en anderen (in de laatste dagen cap is ook zichtbaar bende Anchor) was de

indringer instrumenten worden gefinancierd en direct of indirect geleid door de koloniale

overheid. De geest van een jonge communist, die stond in lichterlaaie op dat moment - met de

centrale (Centraal Comite) in Semarang, het Mekka van Moskou en met directe instructies in

plaats van agenten van Lenin - onmiddellijk en snel slijten de intentie en het doel, de

macht greep uit handen van de Nederlands-Indië koloniale overheid.

Het gebeurde aan het eind van 1926 en is bekend onder de naam van de communistische opstand.

In de kroniek was geregistreerd als een staatsgreep communisme eerste. Met de feitelijke

gebeurtenis, omdat de daad van provocatie die een tijdje is geweest voordat opzettelijk

gesmokkeld in het lichaam van het communisme Indonesië, de koloniale autoriteiten hadden

"redelijke grond en legitieme" uit te roeien en te vernietigen "communisme". Duizenden

mensen, mannen en vrouwen, jong en oud het slachtoffer geworden van de strijd, de

slachtoffers van het communisme, in flue-verbannen naar Boven Digoel.

Onder de leiders die hebben deelgenomen aan de verwijdering van het was Marco die enkele

jaren later overleed in het land van ballingschap. In het geval van 1926 terebut boven, laat

het record op naam van een agent provocateur zelfgemaakte Nederlandse verrader van het

communisme in Indonesië is Sanoesi, een tool-Nederlandse kolonisten, de communistische

leider nep.

Als voor de andere leiders, ze snel links Indonesië naar het buitenland te gaan om de majors

in Moskou te gaan. Onder degenen die ontvangen "goede wind" zou kunnen worden tot de

communistische hoofdstad, terwijl de meeste anderen waren gestrand in het midden van de weg

(Singapore, Bangkok, Rangoon, Shanghai). Onder hen, de zo-zo op de plaat de namen van Tan

Malaka, Alimin, Muso, Sama'un, Darsono en Subakat.

Waar ze werden loyaal aan de organisatie (in het Russisch) is duidelijk met de helverlichte

eerste opgelaaid in de vroege fase van de Nationale Revolutie in Indonesië (1945), vooral na

de revolutie enigszins was afgenomen. Ze ging terug naar zijn oorspronkelijke basis, behalve

voor sommige mensen. Natuurlijk met de taken dan de ouder-organisatie.

2. Vanaf dat tijdstip tot het einde van de Nederlandse koloniale overheid (begin 1942), is

het niet op zoek naar tekenen dat de communisten in Indonesië nog zou leven, wakker en weer

opstaan ​​als de belastingplichtige pukau zwakke en zeer zware klap.

Nationalisme in Indonesië ontstaan ​​als gevolg van factoren zoals de volgende, te weten:

1. Nederlandse overheid zelf die vreemd is, de mensen, die het nationale bewustzijn verhoogd

onderdrukken begrepen.

2. Conflicten kebdayaan, sociale en religieuze. Religie wordt gebruikt als een instrument om

unruk vastberadenheid en het wederzijdse begrip van nationaliteit te verenigen.

3. De vergelijking die in de Maleise taal.

4. Mlahirkan fundamenteel gevoel van fatsoen, dat ontevredenheid met de Nederlandse overheid

5. Vooruitgang in de technologie zoals radio en kranten da eenvoudig om de betrekkingen te

voeren met andere kringen.

6. Het bestaan ​​van een relatie met de Koninklijke Nederlandse, zodat het Indonesische volk

de politiek te leren. Dus het groeiend gevoel van de natie en een verlangen vrij van

kolonialisme.

7. Bestaan ​​van intellectuelen uit zowel andere mupun westerse opvoeding die de beweging

heeft geleid.

8. Koninkrijk van Nederland die niet aan hun taken naar de hoogopgeleide Indische

Nederlanders geven zodat golonganyang schade tegen de koloniale overheersing.

9. Het bestaan ​​van de geestelijke met de groeiende geest masionalisme in Azië, zoals

filipna weerstand tegen Spanje, Japan tegen Rusland, het verhaal van de strijd van Indianen.

10. Nederlandse koloniale onderdrukking begaan tegen het volk dalambidang economische,

sociale, politieke oorzaken van de weerstand tegen de Nederlandse zowel vanuit de inheemse

bevolking of van de Nederlandse natie zelf. (Khoo Girlbert: 1976).

Referentie:

1. 30 september-beweging (Indonesische Communistische Partij van Opstand). 1994.

Secretariaat van de Republiek Indonesië, Jakarta.
2. Sodiq Mustafa, et al.. 2004. Geschiedenis voor graad 3 SMA en MA. De Drie; Solo.

Khoo, Gilbert. 1976. Zuidoost-Aziatische geschiedenis sinds het jaar 1500. Kuala Lumpur.

Uitgever Fajar Bakti SDN.BHD.

Suhartono. 2001. Geschiedenis van de Nationale Beweging van Budi Utomo Up proclamatie

1908-1945. Yogyakarta. Student Reader.

www. wikipedia. Indonesische nationalisme. 04 juli 2008 geopend.


Kamis, 10 September 2009

Horeg-horegan Komunis ing Surakarta II

Lanjutan dari tembang Horeg-horegan Komunis ing Surakarta yang diambil dari Kitab WIWARATAMA karya dari Raden Ayu Bandiyah Soetarmi Prodjokoesoemo anak dari BKPH.Kolonel Poerbodiningrat dan cucu dari Pakoe Boewono IX dan juga keponakan dari Pakoe Boewono X,Raja di Karaton Soerakarta.

Dalam kidung itu mengisahkan sejarah pergolakan di Soerakarta yang diawali rencana-rencana dari awal mula pergerakan-pergerakan yang berpaham Komunis yang sejak semula menghancurkan Karaton Soerakarta dan ingin mengkhianati Pancasila dan UUD 1945. Dan didalam kidung ini pula membongkar salah satu sandi atau kode dari kelompok Komunis pada tahun 1926 salah satunya sandi RM.Koesen ini adalah singkatan dari gerak mereka yaitu : R = rudapeksa (memaksakan kehendak), M = mbedhah (membongkar dengan cara merusak), K = ketir-ketir (membuat rasa tidak aman dan nyaman), O = ontran-ontran (huru-hara atau kerusuhan), S = sangsara (membuat sengsara orang lain dengan kejam), E = edan (tindakan gila/brutal), N = nekat (tindakan yang tanpa pikir panjang), jadi bisa dikatakan gerak mereka/komunis selalu melakukan Rudapeksa dan Mbedhah,yang membuat rasa Ketir-ketir, dengan cara Ontran-ontran,menebar Sangsara, ditambah pula dengan tindakan yang Edan-edanan dan Nekat.

Para pembaca pasti bertanya kenapa penulis menamakan blogspotnya dengan nama RM.Koesen ? jawabnya adalah penulis berusaha memberitahukan pada pembaca bahwa ciri-ciri dari pergerakan komunis/bahaya laten komunis seperti yang terurai dalam kata RM.Koesen dalam huruf demi huruf, dan nama di blogspot ini RM.Koesen tidak ada sangkut pautnya dengan satu nama atau tokoh tertentu, ataupun masalah apapun yang ada sangkut pautnya dengan suatu nama atau tokoh tertentu. Adapun kesamaan nama blogspot penulis dengan suatu nama atau tokoh tertentu bukanlah suatu kesengajaan dari kami, dalam arti ini adalah ketidaksengajaan kami. Makanya kami sependapat apabila komunis beserta antek-anteknya dan bahaya latennya harus dihapuskan sampai seakarakarnya dari muka bumi Indonesia.Hidup dan Saktilah Pancasila.


(Vertaald in het Nederlands:)

Vervolg van Horeg song horegan communistische ING overgenomen uit het Boek van Surakarta WIWARATAMA werk van Raden Ayu Bandiyah Soetarmi Prodjokoesoemo kinderen van BKPH.Kolonel Poerbodiningrat en kleinzoon van Pakoe Boewono IX en ook de nicht van Pakoe Boewono X, Koning van het Paleis Soerakarta.

In een ballade die de geschiedenis van de onrust in Soerakarta dat de plannen vanaf het begin van bewegingen die de communistische verstandige vanaf het begin tot het Paleis Soerakarta vernietigen en wil de Pancasila en 1945 Grondwet verraden begint vertelt. En in deze ballad ook te ontmantelen een van de wachtwoord of code van de communistische fractie in 1926 een van hen RM.Koesen wachtwoord dit is de afkorting van hun beweging, te weten: R = rudapeksa (opleggen van de wil), M = mbedhah (unload door beschadiging), K = angstige (maken gevoel van onveiligheid en comfortabel), O = ontran-ontran (rellen of oproer), S = lijden (het maken van andere mensen ongelukkig door wrede), E = crazy (gek actie / brutale), N = roekeloze (handelingen zonder na te denken), dus het kan gezegd worden van hun beweging / communisten altijd Rudapeksa en Mbedhah, wat logisch is angstig, door Ontran-ontran, verspreid lijden, in combinatie met actie-edanan Edan doen en plannen te blijven draaien.

De lezer moet zich afvragen waarom de auteur de naam blogspotnya met RM.Koesen naam? Het antwoord is de auteur probeert de lezer dat de kenmerken van de communistische beweging / gevaar latente communisten zijn uiteengezet in RM.Koesen zei in letter voor letter te vertellen, en namen in deze blogspot RM.Koesen had niets te maken met een naam of een specifiek karakter, of eventuele problemen die niets te maken hebben met een naam of een bepaalde figuur. De gemeenschappelijke naam blogspot schrijver met een naam of een bepaald karakter is geen bewuste actie van ons, in zekere zin is dit onze kans. Dus wij zijn het eens als de communisten en hun volgelingen en latente gevaar moet worden geëlimineerd uit het gezicht van de aarde tot seakarakarnya Saktilah Indonesia.Hidup en Pancasila.

1. Sumawana pra janma kang sami

Hadudunung neng kidul kadhatyan

Njawining baluwartine

Yen arsa darbe prelu

Kabetahan mring jro cempuri

Kapeksa kakalangan

Lampahe ngalangut

Mongka sagunging bedhahan

Pakampungan kang kanjog mring baluwarti

Wus tinutup sadaya


2. Dadya tansah sami kontrang-kantring

Hatemahan pangresulanira

Mring para parentah dene

Kerosan karasanipun

Dhatan ngagem sathithik edhing

Nir takeraning tepa

Tepasing tumuwuh

Mongka wus kacetheng weca

Sabarang reh yen tilar sathithik edhing

Wekasan kapitunan

3. Anane kang samya mbeg winadi

Kumasura sarosa sahasa

Meksa hamisesa wose

Tan liyan saking dennya mung

Kaoncatan sathithik edhing

Marma lamun rinasa

Rinasa ing kalbu

Nut gumelaring kahanan

Ingkang prelu jinagi den emi-emi

Mung atining kawula

4. Lestariya hawya kongkah-kongkih

Hawya kongsi tuwuh hangresula

Tetepa setya tresnane

Mring Panjenengan Ratu

Dennya ngreksa hayem ngayomi

Kasusahaning pra kawula

Sepuh sarta timur

Kuciwa para pratewa

Para luhur miwah para bretya pati

Kang samya alit manah

5. Ngulah tata tentreming nagari

Rebut dhucung suk-sukan kumedah

Kumedah ngalela dhewe

Tangeh sarju ngengimpun

Sunaraning janmi kang sami

Kabregan Kablabagan

Sandeya kalamun

Suda tan mrih lamuna

Kang mangkone nedya den kumewahi

Luhur kamulyanira

6. Wus ndelalah karsaning Hyang Widdhi

Dennya muter panggilingane cakra

Laras lan kalamangsane

Marma yen wus ginulung

Hawewaton lakuning batin

Tanpa karya ngresula

Manceni nenuntun

Karana ubenging dunya

Wus jinangka jangkane den ukur kongsi

Tetep tan kena cidra


Arti yang tersurat di dalam pupuh tembang di atas ialah :

1. Demikian pula rakyat dan abdidalem yang tinggal di sebelah selatan bangunan Karaton Surakarta dan diluar Baluwarti, kalau ada keperluan dengan sanak saudaranya yang tinggal di dalam kompleks Baluwarti, terpaksa terhadang oleh para prajurit Karaton Surakarta, sehingga membuat bingung rakyat, padahal semua pintu menuju kompleks Baluwarti maupun kompleks bangunan Karaton Surakarta ditutup semua dan dijaga oleh para prajurit Karaton Surakarta.

2. Keadaan semacam itu menyebabkan gundah gulana pada rakyat dan abdidalem, dan mengakibatkan pula keluh kesah dihati rakyat dan abdidalem yang tinggal di dalam kompleks Karaton maupun yang tinggal diluar kompleks Karaton Surakarta pada para Pemegang Pemerintahan Karaton Surakarta, namun demikian para pemegang pemerintahan Karaton Surakarta pun kewalahan mengatasi keadaan, yang dalam benak sanubari mereka berkata : kenapa mereka para gerombolan komunis yang mengacau tidak berpedoman Sathithik Edhing –Sedikit berbagi (atau bermusyawarah) berbicara dengan para Pemegang Pemerintahan Karaton Surakarta?, sehingga ada tepa slira atau saling menghargai sesama, padahal segala sesuatu yang kita kerjakan jika meninggalkan sikap sedikit berbagi pasti akan berakhir pada kerugian dan kesengsaraan bagi rakyat dan abdidalem dan bagi pihak-pihak manapun.

3. Ada lagi beberapa golongan yang berada di dalam tata pemegang Pemerintahan Karaton Surakarta yang tertular paham Komunis yang geraknya sangat rahasia, dan menguasai di dalam Pemerintahan Karaton Surakarta yang ingin melengserkan Sinuwun dan menghancurkan Karaton Surakarta, mereka begitu memaksa serta menekan Sinuwun, hal ini terjadi karena mereka meninggalkan Sathithik Edhing-Sedikit Berbagi atau saling berbagi dan menghargai, sehingga timbul penekanan yang dirasa oleh Sinuwun sangat menyentuh hati dikarenakan keadaan disekitar Sinuwun terlihat kacau balau, namun Sinuwun bersikap arif dan bijaksana yaitu menjaga keadaan supaya tidak mempengaruhi perasaan rakyat dan abdidalem.

4. Sambil melihat keadaan semacam itu Sinuwun memohon pada Tuhan agar tetap lestari tahta dan kerajaannya, dan jangan sampai terjadi keluh kesah di dalam Karaton maupun di hati rakyat dan abdidalem, serta tetap setia dan cinta pada Sinuwun yang selalu menjaga mengayomi para rakyat dan abdidalemnya baik yang muda maupun yang tua, para punggawa kerajaan yang berkecil hati.

5. Para gerombolan pengacau yang berhaluan komunis melakukan huru-hara itu sambil menyebarkan isu bahwa mereka berbuat anarkhis untuk tujuan menjaga ketentraman Negara, dengan cara merebut Karaton Surakarta dan melengserkan Sinuwun, serta bermufakat untuk membentuk pemerintah dan negara sendiri, bersama-sama dengan rakyat dan abdidalem yang setuju dengan paham Komunis berhimpun ,melawan Pemerintah Karaton Surakarta, namun tidak semua rakyat dan abdidalem yang yang setuju dengan paham komunis, yaitu mereka yang berhati mulia dan tidak berpikiran picik.

6. Memang sudah menjadi kehendak dari Hyang Widdhi yaitu Tuhan Sang Pencipta, yang memutar roda kehidupan selaras dengan waktunya, roda kehidupan tetap dan selalu berputar, berdasar pada perjalanan rohani kita serta tidak berkeluh kesah, Dia selalu menuntun menurut berputarnya roda kehidupan, semuanya telah diatur dan terukur oleh-Nya, apapun yang Dia kehendaki terjadi haruslah terjadi।

(Vertaald in het Nederlands:)

Wat betekent dat het geschreven is in de strofe hierboven lied is:

1. Ook is folk en rechter werknemers die wonen in het zuiden van het gebouw en buiten Baluwarti Surakarta, als er in een behoefte en zijn verwanten die leefde in de complexe Baluwarti, gehinderd door de soldaten gedwongen om Surakarta, waardoor de mensen in de war, maar alle deuren naar de complexe en Baluwarti Surakarta Palace complex van gebouwen alle gesloten en bewaakt door soldaten van Surakarta Palace.

2. Dergelijke omstandigheden leiden Hartzeer bij de mensen en rechter medewerkers, en leidde ook tot klachten en rechtszaken medewerkers in het hart van de mensen die wonen in het paleis complex, alsmede degenen die buiten het Surakarta Palace complex aan de houder van de regering Palace in Surakarta, maar de zittende regering was onder de indruk te overwinnen Surakarta omstandigheden, die in de geest van het hart zeggen ze: waarom ze verpest de horden van communisten die zich niet laten leiden door Sathithik Edhing shared-bits (of reden) om te spreken met de houder van de regering Palace in Surakarta, dus er is tepa slira of respect voor anderen, maar alles wat we? doen als links om een ​​beetje houding zal zeker eindigen in het verlies en de ellende voor de mensen en rechter werknemers en voor alle partijen te delen.

3. Er zijn weer verschillende klassen die in goede governance Surakarta houder die verworven communisten begrepen dat de motie is zeer vertrouwelijk en gemasterd in de regering Palace in Surakarta, die wilde Sinuwun af te zetten en het paleis van Surakarta vernietigen, ze zijn zo meeslepend en drukken Sinuwun, dit gebeurt omdat ze paar links Sathithik Edhing-Sharing of wederzijdse uitwisseling en respect, waarbij de nadruk die wordt gevoeld door Sinuwun erg ontroerend, omdat de omstandigheden rond de Sinuwun chaotische look verhoogd, maar Sinuwun verstandig en voorzichtig om de situatie te waarborgen heeft geen invloed op de gevoelens van mensen en gerechtelijke medewerkers.

4. Terwijl het zien van dergelijke omstandigheden Sinuwun bedelen God om duurzame troon en zijn koninkrijk te blijven, en niet voor klachten in het paleis en in de harten van de mensen en rechter werknemers, en trouw blijven en in liefde met de Sinuwun die altijd te behouden en beschermen van de mensen van zowel jonge abdidalemnya en oud, de koninklijke hoveling die ontmoedigd.

5. De communistische-leunend gepeupel-rel doen terwijl het verspreiden van geruchten dat anarchisten ze doen voor het doel van het handhaven van de rust van de Staat, door middel grijpen en af ​​te zetten Sinuwun Surakarta Palace en instemmen met een regering en het land zelf vormen samen met de mensen en rechter werknemers die is het eens met de communistische begrijpen gemonteerd, tegen de regering Palace in Surakarta, maar niet alle mensen en rechter medewerkers die die akkoord gaan met het communisme, namelijk die edele en niet bekrompen.

6. Het is uitgegroeid tot de wil van Hyang Widdhi namelijk God, de Schepper, die het wiel van het leven draaide in harmonie met zijn tijd, het wiel van het leven nog steeds en altijd draaien, gebaseerd op onze spirituele reis en niet klagen, hij altijd geleid door de wielen van het leven, alles is geregeld en meetbare door Hem, wat Hij wil gebeurt moeten gebeuren.


SISIPAN TEMBANG YANG MASIH TERMASUK SERAT WIWARATAMA:

PENGETAN

INGKANG SINUHUN KANGJENG SUSUHUNAN P.B.VI

ING SURAKARTA

DURMA

  1. Penget Kangjeng Gusti Pangeran Harya

Hamengku Bumi nguni

Ingkang angka pisan

Hing nagri Surakarta

Putradalem Sri Bupati

Gusti Saliya

Mijil ing Prameswari

  1. Putra nata Pakubuwana ping tiga

Nomer kalih likur inggih

Saking Prameswara

Kangjeng Ratu Kencana

Raden Mas Saliya nguni

Hing Surakarta

Miyos jroning cempuri

  1. Miyos neng jroning pura ing Surakarta

Ri Akad Pon marengi

Ping jam tiga siyang

Langkungnya kalih dasa

Inggih kalih dasa menit

Ing jro kadhatyan

Wulan Rabingulakir

  1. Ping dwi dasa tanggalnya alip warsanya

Wuku Mandasiya nggih

Mandasiya Kamsiyah

Ginatra trusing cipta

Samangke den sangkalani

Sadaya suka

Nyipta suka ing ati

  1. Kang wiwara terus horeging bawana (1699)

Dennya sinengkalani

Ingkang haminulya

Miyos ing guwa garba

Suka bungah ing jro puri

Para nayaka

Pra seba sukeng ati

  1. Hangancik ing yuswa tiga welas warsa

Kala yuswa puniki

Langkung kalih wulan

Kalih hari ing ngakat

Hanuju ri Setu Legi

Pangeran Harya

Mataram wangi inggih

  1. Tanggal kaping kalih likur Madhangkungan

Wulan Jumadilakir

Ingkang Be warsanya

Saha sinengkalannya

Nembah nut dhawuhing Gusti (1712)

Katedhan asma

Pangeran Mataram Wangi

  1. Duk yuswa pitulas warsa kawan wulan

Langkung ing kalih ari

Jumeneng njeng Nata

Hing nagri Surakarta

Pangran Harya Mangkubumi

Kang pinengetan

Hari respati manis

  1. Hing ping kalih likur wulan ruwah maktal

Ehe ingkang winarsi

Dennya tinengeran

Hingkang rasa cinipta

Rinasa rasa ciptaning

Pandhita rasa (1716)

Hingkang sinengkalani

  1. Hing yuswa sekawan dasa tiga warsa

Sangang wulan tuwin nggih

Langkung nemblas dina

Karsaning Hyang Bathara

Pun kinendhangaken saking

Jroning kadhatyan

Surakarta nagri

  1. Kendhangaken saking nagri Surakarta

Hing malem akad pahing

Hingkang kaping nemnya

Marengi wulan sapar

Warsa dal galungan nguni

Kinarsa kendhang

Medal saking cempuri

SINOM

1) Tiniti sengkalanira

Guna dadi pandhita ji (1743)

Mring pulo ngambon semana

Antawis sadasa warsi

Langkung sekawan tengsi

Wolulikur hari kondur

Mring nagri Surakarta

Duk semana hamarengi

Setu kliwon rejeb tanggal ping sekawan

2) Tahun wawu wuku wayang

Mulat tata swara jati (1753)

Wanci jam kalih wlas siyang

Rawuh Surakarta nagri

Nen jujug gireki

Hing daleming putra mantu

Kang kadya paparabnya

Njeng Gusti Pangran Dipati

Puruba ing nagri Surakarta

3) Yuswa seket catur warsa

Sangang wulan sawlas hari

Kondur maring rahmatullah

Nuju malem soma kasih

Sapar tanggal ping kalih

Wanci jam sadasa dalu

Jimakir wukunya wayang

Dadi tata pandhita ji (1754)

Sumaryan neng pajimatan ing Lawiyan

PAKUBUWANA VI

DHANDHANG GULA

1. Mamanise Kangjeng Sri Bupati

Ingkang kaping nem Mangkubuwana

Ing surakarta pamase

Putradalem Sinuhun

Kaping gangsal kang miyos saking

Raden Sasrakusuma

Timure jujuluk

Bandara Radyan Mas Sapardan

Miyos eneng jro pura Surakartadi

Hari Raditya Kresna

2. Tanggal kaping pitulas marengi

Wulan Sapar je windu sancaya

Hing wuku warigalite

Condra sangkalanipun

Dadi mulat sabdaning gati (1734)

Yuswa nem belas warsa

Myang sadasa tengsu

Langkung kalih likur dina

Madeg Nata nuju hari soma kasih

Tanggal kaping sadasa

3. Tanggal kaping pitulas marengi

Wulan Sapar Je windu sancaya

Hing wuku warigalite

Condra sangkalanipun

Dadi mulat sabdaning nabi (1734)

Nuju april wulannya

Tanggal ping nem likur

Ngarasa ngesthining ndriya

Tedhak maring nagri ngambon marengi

Ya sewu wolungatus sat

4. Wuku wuye sura dal kang warsi

Hing kunthara sinengkalannya

Tunggal gati sabdaning pamase (1751)

Duk yuswa tiga likur

Taun Langkung sadasa tengsi

Karsa kendel denira

Hangasta kaprabun

Jengkar saking Surakarta

Tedhak maring nagari ngambon marengi

Hari respati mulya

5. Wuku wuye sura dal kang warsi

Hing kunthara sinengkalannya

Tunggal gati sabdaning pamase (1751)

Surya September nuju

Ponca wlasnya den sangkalani

Dadine pangar carna

Yuswa kawan likur

Jengkar saking prajanya

Ri respati kaliwn mring ngambon nagri

Dulkijah Jimawalnya

6. Tanggal kaping wolulas winilis

Wulan Besar hing taun Jimawal

Langkir Sangara windune

Sinengkalan hanuju

Gora gati swaraning bumi (1757)

Juni kaping sadasa

Sewu wolungatus

Tigang dasa dupi yuswa

Kawandasa tri warsa myang sang Narpati

Sri Bupati Sang Nata

PRALAMPITA

DHANDHANG GULA

1. Duk jamane jawa hanengahi

Hana mantri pangreksa sasotya

Kawarta kalimput tyase

Wus kalong longan mawut

Cipta antuk sikuning Gusti

Dennya mamrih mangun harja

Nedhasing jajantung

Pasa salikur slasa

Jroning warsa jimakir sirnakken gati

Samadyaning harjana (1850)

(sekitar tanggal 8 Juni 1920, tgl 21 bulan Pasa 1850 Tahun Jimakir Windu Kuntara, atau tanggal 21 Ramadhan 1338H)

2. Sru bratadi prajane kawuri

Sakaliring wadi kamandaka

Keneng daya upatane

Duk nalika karsa kukut

Kekerane kabeh kala ing

Tan kenaha pinenggaka

Puwara miduhung

Gegetun temah drasa

Dresing waspa nyengka hananing pangesthi

Ngiris asmara laya

3. Yeking mangka pralambanging gati

Ginupita mrih dadya darsana

Sinung tepa palupine

Lepiyan tindakipun

Nara praja myang bretyapati

Kang samya pinarcaya

Mandegani laku

Kalakon tanpa sangsaya

Saya wimbuh kamulyan kaluhuraning

Gusti kang paring boga