ADVERTIZED

ads ads ads ads ads

Kamis, 10 September 2009

Horeg-horegan Komunis ing Surakarta II

Lanjutan dari tembang Horeg-horegan Komunis ing Surakarta yang diambil dari Kitab WIWARATAMA karya dari Raden Ayu Bandiyah Soetarmi Prodjokoesoemo anak dari BKPH.Kolonel Poerbodiningrat dan cucu dari Pakoe Boewono IX dan juga keponakan dari Pakoe Boewono X,Raja di Karaton Soerakarta.

Dalam kidung itu mengisahkan sejarah pergolakan di Soerakarta yang diawali rencana-rencana dari awal mula pergerakan-pergerakan yang berpaham Komunis yang sejak semula menghancurkan Karaton Soerakarta dan ingin mengkhianati Pancasila dan UUD 1945. Dan didalam kidung ini pula membongkar salah satu sandi atau kode dari kelompok Komunis pada tahun 1926 salah satunya sandi RM.Koesen ini adalah singkatan dari gerak mereka yaitu : R = rudapeksa (memaksakan kehendak), M = mbedhah (membongkar dengan cara merusak), K = ketir-ketir (membuat rasa tidak aman dan nyaman), O = ontran-ontran (huru-hara atau kerusuhan), S = sangsara (membuat sengsara orang lain dengan kejam), E = edan (tindakan gila/brutal), N = nekat (tindakan yang tanpa pikir panjang), jadi bisa dikatakan gerak mereka/komunis selalu melakukan Rudapeksa dan Mbedhah,yang membuat rasa Ketir-ketir, dengan cara Ontran-ontran,menebar Sangsara, ditambah pula dengan tindakan yang Edan-edanan dan Nekat.

Para pembaca pasti bertanya kenapa penulis menamakan blogspotnya dengan nama RM.Koesen ? jawabnya adalah penulis berusaha memberitahukan pada pembaca bahwa ciri-ciri dari pergerakan komunis/bahaya laten komunis seperti yang terurai dalam kata RM.Koesen dalam huruf demi huruf, dan nama di blogspot ini RM.Koesen tidak ada sangkut pautnya dengan satu nama atau tokoh tertentu, ataupun masalah apapun yang ada sangkut pautnya dengan suatu nama atau tokoh tertentu. Adapun kesamaan nama blogspot penulis dengan suatu nama atau tokoh tertentu bukanlah suatu kesengajaan dari kami, dalam arti ini adalah ketidaksengajaan kami. Makanya kami sependapat apabila komunis beserta antek-anteknya dan bahaya latennya harus dihapuskan sampai seakarakarnya dari muka bumi Indonesia.Hidup dan Saktilah Pancasila.


(Vertaald in het Nederlands:)

Vervolg van Horeg song horegan communistische ING overgenomen uit het Boek van Surakarta WIWARATAMA werk van Raden Ayu Bandiyah Soetarmi Prodjokoesoemo kinderen van BKPH.Kolonel Poerbodiningrat en kleinzoon van Pakoe Boewono IX en ook de nicht van Pakoe Boewono X, Koning van het Paleis Soerakarta.

In een ballade die de geschiedenis van de onrust in Soerakarta dat de plannen vanaf het begin van bewegingen die de communistische verstandige vanaf het begin tot het Paleis Soerakarta vernietigen en wil de Pancasila en 1945 Grondwet verraden begint vertelt. En in deze ballad ook te ontmantelen een van de wachtwoord of code van de communistische fractie in 1926 een van hen RM.Koesen wachtwoord dit is de afkorting van hun beweging, te weten: R = rudapeksa (opleggen van de wil), M = mbedhah (unload door beschadiging), K = angstige (maken gevoel van onveiligheid en comfortabel), O = ontran-ontran (rellen of oproer), S = lijden (het maken van andere mensen ongelukkig door wrede), E = crazy (gek actie / brutale), N = roekeloze (handelingen zonder na te denken), dus het kan gezegd worden van hun beweging / communisten altijd Rudapeksa en Mbedhah, wat logisch is angstig, door Ontran-ontran, verspreid lijden, in combinatie met actie-edanan Edan doen en plannen te blijven draaien.

De lezer moet zich afvragen waarom de auteur de naam blogspotnya met RM.Koesen naam? Het antwoord is de auteur probeert de lezer dat de kenmerken van de communistische beweging / gevaar latente communisten zijn uiteengezet in RM.Koesen zei in letter voor letter te vertellen, en namen in deze blogspot RM.Koesen had niets te maken met een naam of een specifiek karakter, of eventuele problemen die niets te maken hebben met een naam of een bepaalde figuur. De gemeenschappelijke naam blogspot schrijver met een naam of een bepaald karakter is geen bewuste actie van ons, in zekere zin is dit onze kans. Dus wij zijn het eens als de communisten en hun volgelingen en latente gevaar moet worden geëlimineerd uit het gezicht van de aarde tot seakarakarnya Saktilah Indonesia.Hidup en Pancasila.

1. Sumawana pra janma kang sami

Hadudunung neng kidul kadhatyan

Njawining baluwartine

Yen arsa darbe prelu

Kabetahan mring jro cempuri

Kapeksa kakalangan

Lampahe ngalangut

Mongka sagunging bedhahan

Pakampungan kang kanjog mring baluwarti

Wus tinutup sadaya


2. Dadya tansah sami kontrang-kantring

Hatemahan pangresulanira

Mring para parentah dene

Kerosan karasanipun

Dhatan ngagem sathithik edhing

Nir takeraning tepa

Tepasing tumuwuh

Mongka wus kacetheng weca

Sabarang reh yen tilar sathithik edhing

Wekasan kapitunan

3. Anane kang samya mbeg winadi

Kumasura sarosa sahasa

Meksa hamisesa wose

Tan liyan saking dennya mung

Kaoncatan sathithik edhing

Marma lamun rinasa

Rinasa ing kalbu

Nut gumelaring kahanan

Ingkang prelu jinagi den emi-emi

Mung atining kawula

4. Lestariya hawya kongkah-kongkih

Hawya kongsi tuwuh hangresula

Tetepa setya tresnane

Mring Panjenengan Ratu

Dennya ngreksa hayem ngayomi

Kasusahaning pra kawula

Sepuh sarta timur

Kuciwa para pratewa

Para luhur miwah para bretya pati

Kang samya alit manah

5. Ngulah tata tentreming nagari

Rebut dhucung suk-sukan kumedah

Kumedah ngalela dhewe

Tangeh sarju ngengimpun

Sunaraning janmi kang sami

Kabregan Kablabagan

Sandeya kalamun

Suda tan mrih lamuna

Kang mangkone nedya den kumewahi

Luhur kamulyanira

6. Wus ndelalah karsaning Hyang Widdhi

Dennya muter panggilingane cakra

Laras lan kalamangsane

Marma yen wus ginulung

Hawewaton lakuning batin

Tanpa karya ngresula

Manceni nenuntun

Karana ubenging dunya

Wus jinangka jangkane den ukur kongsi

Tetep tan kena cidra


Arti yang tersurat di dalam pupuh tembang di atas ialah :

1. Demikian pula rakyat dan abdidalem yang tinggal di sebelah selatan bangunan Karaton Surakarta dan diluar Baluwarti, kalau ada keperluan dengan sanak saudaranya yang tinggal di dalam kompleks Baluwarti, terpaksa terhadang oleh para prajurit Karaton Surakarta, sehingga membuat bingung rakyat, padahal semua pintu menuju kompleks Baluwarti maupun kompleks bangunan Karaton Surakarta ditutup semua dan dijaga oleh para prajurit Karaton Surakarta.

2. Keadaan semacam itu menyebabkan gundah gulana pada rakyat dan abdidalem, dan mengakibatkan pula keluh kesah dihati rakyat dan abdidalem yang tinggal di dalam kompleks Karaton maupun yang tinggal diluar kompleks Karaton Surakarta pada para Pemegang Pemerintahan Karaton Surakarta, namun demikian para pemegang pemerintahan Karaton Surakarta pun kewalahan mengatasi keadaan, yang dalam benak sanubari mereka berkata : kenapa mereka para gerombolan komunis yang mengacau tidak berpedoman Sathithik Edhing –Sedikit berbagi (atau bermusyawarah) berbicara dengan para Pemegang Pemerintahan Karaton Surakarta?, sehingga ada tepa slira atau saling menghargai sesama, padahal segala sesuatu yang kita kerjakan jika meninggalkan sikap sedikit berbagi pasti akan berakhir pada kerugian dan kesengsaraan bagi rakyat dan abdidalem dan bagi pihak-pihak manapun.

3. Ada lagi beberapa golongan yang berada di dalam tata pemegang Pemerintahan Karaton Surakarta yang tertular paham Komunis yang geraknya sangat rahasia, dan menguasai di dalam Pemerintahan Karaton Surakarta yang ingin melengserkan Sinuwun dan menghancurkan Karaton Surakarta, mereka begitu memaksa serta menekan Sinuwun, hal ini terjadi karena mereka meninggalkan Sathithik Edhing-Sedikit Berbagi atau saling berbagi dan menghargai, sehingga timbul penekanan yang dirasa oleh Sinuwun sangat menyentuh hati dikarenakan keadaan disekitar Sinuwun terlihat kacau balau, namun Sinuwun bersikap arif dan bijaksana yaitu menjaga keadaan supaya tidak mempengaruhi perasaan rakyat dan abdidalem.

4. Sambil melihat keadaan semacam itu Sinuwun memohon pada Tuhan agar tetap lestari tahta dan kerajaannya, dan jangan sampai terjadi keluh kesah di dalam Karaton maupun di hati rakyat dan abdidalem, serta tetap setia dan cinta pada Sinuwun yang selalu menjaga mengayomi para rakyat dan abdidalemnya baik yang muda maupun yang tua, para punggawa kerajaan yang berkecil hati.

5. Para gerombolan pengacau yang berhaluan komunis melakukan huru-hara itu sambil menyebarkan isu bahwa mereka berbuat anarkhis untuk tujuan menjaga ketentraman Negara, dengan cara merebut Karaton Surakarta dan melengserkan Sinuwun, serta bermufakat untuk membentuk pemerintah dan negara sendiri, bersama-sama dengan rakyat dan abdidalem yang setuju dengan paham Komunis berhimpun ,melawan Pemerintah Karaton Surakarta, namun tidak semua rakyat dan abdidalem yang yang setuju dengan paham komunis, yaitu mereka yang berhati mulia dan tidak berpikiran picik.

6. Memang sudah menjadi kehendak dari Hyang Widdhi yaitu Tuhan Sang Pencipta, yang memutar roda kehidupan selaras dengan waktunya, roda kehidupan tetap dan selalu berputar, berdasar pada perjalanan rohani kita serta tidak berkeluh kesah, Dia selalu menuntun menurut berputarnya roda kehidupan, semuanya telah diatur dan terukur oleh-Nya, apapun yang Dia kehendaki terjadi haruslah terjadi।

(Vertaald in het Nederlands:)

Wat betekent dat het geschreven is in de strofe hierboven lied is:

1. Ook is folk en rechter werknemers die wonen in het zuiden van het gebouw en buiten Baluwarti Surakarta, als er in een behoefte en zijn verwanten die leefde in de complexe Baluwarti, gehinderd door de soldaten gedwongen om Surakarta, waardoor de mensen in de war, maar alle deuren naar de complexe en Baluwarti Surakarta Palace complex van gebouwen alle gesloten en bewaakt door soldaten van Surakarta Palace.

2. Dergelijke omstandigheden leiden Hartzeer bij de mensen en rechter medewerkers, en leidde ook tot klachten en rechtszaken medewerkers in het hart van de mensen die wonen in het paleis complex, alsmede degenen die buiten het Surakarta Palace complex aan de houder van de regering Palace in Surakarta, maar de zittende regering was onder de indruk te overwinnen Surakarta omstandigheden, die in de geest van het hart zeggen ze: waarom ze verpest de horden van communisten die zich niet laten leiden door Sathithik Edhing shared-bits (of reden) om te spreken met de houder van de regering Palace in Surakarta, dus er is tepa slira of respect voor anderen, maar alles wat we? doen als links om een ​​beetje houding zal zeker eindigen in het verlies en de ellende voor de mensen en rechter werknemers en voor alle partijen te delen.

3. Er zijn weer verschillende klassen die in goede governance Surakarta houder die verworven communisten begrepen dat de motie is zeer vertrouwelijk en gemasterd in de regering Palace in Surakarta, die wilde Sinuwun af te zetten en het paleis van Surakarta vernietigen, ze zijn zo meeslepend en drukken Sinuwun, dit gebeurt omdat ze paar links Sathithik Edhing-Sharing of wederzijdse uitwisseling en respect, waarbij de nadruk die wordt gevoeld door Sinuwun erg ontroerend, omdat de omstandigheden rond de Sinuwun chaotische look verhoogd, maar Sinuwun verstandig en voorzichtig om de situatie te waarborgen heeft geen invloed op de gevoelens van mensen en gerechtelijke medewerkers.

4. Terwijl het zien van dergelijke omstandigheden Sinuwun bedelen God om duurzame troon en zijn koninkrijk te blijven, en niet voor klachten in het paleis en in de harten van de mensen en rechter werknemers, en trouw blijven en in liefde met de Sinuwun die altijd te behouden en beschermen van de mensen van zowel jonge abdidalemnya en oud, de koninklijke hoveling die ontmoedigd.

5. De communistische-leunend gepeupel-rel doen terwijl het verspreiden van geruchten dat anarchisten ze doen voor het doel van het handhaven van de rust van de Staat, door middel grijpen en af ​​te zetten Sinuwun Surakarta Palace en instemmen met een regering en het land zelf vormen samen met de mensen en rechter werknemers die is het eens met de communistische begrijpen gemonteerd, tegen de regering Palace in Surakarta, maar niet alle mensen en rechter medewerkers die die akkoord gaan met het communisme, namelijk die edele en niet bekrompen.

6. Het is uitgegroeid tot de wil van Hyang Widdhi namelijk God, de Schepper, die het wiel van het leven draaide in harmonie met zijn tijd, het wiel van het leven nog steeds en altijd draaien, gebaseerd op onze spirituele reis en niet klagen, hij altijd geleid door de wielen van het leven, alles is geregeld en meetbare door Hem, wat Hij wil gebeurt moeten gebeuren.


SISIPAN TEMBANG YANG MASIH TERMASUK SERAT WIWARATAMA:

PENGETAN

INGKANG SINUHUN KANGJENG SUSUHUNAN P.B.VI

ING SURAKARTA

DURMA

  1. Penget Kangjeng Gusti Pangeran Harya

Hamengku Bumi nguni

Ingkang angka pisan

Hing nagri Surakarta

Putradalem Sri Bupati

Gusti Saliya

Mijil ing Prameswari

  1. Putra nata Pakubuwana ping tiga

Nomer kalih likur inggih

Saking Prameswara

Kangjeng Ratu Kencana

Raden Mas Saliya nguni

Hing Surakarta

Miyos jroning cempuri

  1. Miyos neng jroning pura ing Surakarta

Ri Akad Pon marengi

Ping jam tiga siyang

Langkungnya kalih dasa

Inggih kalih dasa menit

Ing jro kadhatyan

Wulan Rabingulakir

  1. Ping dwi dasa tanggalnya alip warsanya

Wuku Mandasiya nggih

Mandasiya Kamsiyah

Ginatra trusing cipta

Samangke den sangkalani

Sadaya suka

Nyipta suka ing ati

  1. Kang wiwara terus horeging bawana (1699)

Dennya sinengkalani

Ingkang haminulya

Miyos ing guwa garba

Suka bungah ing jro puri

Para nayaka

Pra seba sukeng ati

  1. Hangancik ing yuswa tiga welas warsa

Kala yuswa puniki

Langkung kalih wulan

Kalih hari ing ngakat

Hanuju ri Setu Legi

Pangeran Harya

Mataram wangi inggih

  1. Tanggal kaping kalih likur Madhangkungan

Wulan Jumadilakir

Ingkang Be warsanya

Saha sinengkalannya

Nembah nut dhawuhing Gusti (1712)

Katedhan asma

Pangeran Mataram Wangi

  1. Duk yuswa pitulas warsa kawan wulan

Langkung ing kalih ari

Jumeneng njeng Nata

Hing nagri Surakarta

Pangran Harya Mangkubumi

Kang pinengetan

Hari respati manis

  1. Hing ping kalih likur wulan ruwah maktal

Ehe ingkang winarsi

Dennya tinengeran

Hingkang rasa cinipta

Rinasa rasa ciptaning

Pandhita rasa (1716)

Hingkang sinengkalani

  1. Hing yuswa sekawan dasa tiga warsa

Sangang wulan tuwin nggih

Langkung nemblas dina

Karsaning Hyang Bathara

Pun kinendhangaken saking

Jroning kadhatyan

Surakarta nagri

  1. Kendhangaken saking nagri Surakarta

Hing malem akad pahing

Hingkang kaping nemnya

Marengi wulan sapar

Warsa dal galungan nguni

Kinarsa kendhang

Medal saking cempuri

SINOM

1) Tiniti sengkalanira

Guna dadi pandhita ji (1743)

Mring pulo ngambon semana

Antawis sadasa warsi

Langkung sekawan tengsi

Wolulikur hari kondur

Mring nagri Surakarta

Duk semana hamarengi

Setu kliwon rejeb tanggal ping sekawan

2) Tahun wawu wuku wayang

Mulat tata swara jati (1753)

Wanci jam kalih wlas siyang

Rawuh Surakarta nagri

Nen jujug gireki

Hing daleming putra mantu

Kang kadya paparabnya

Njeng Gusti Pangran Dipati

Puruba ing nagri Surakarta

3) Yuswa seket catur warsa

Sangang wulan sawlas hari

Kondur maring rahmatullah

Nuju malem soma kasih

Sapar tanggal ping kalih

Wanci jam sadasa dalu

Jimakir wukunya wayang

Dadi tata pandhita ji (1754)

Sumaryan neng pajimatan ing Lawiyan

PAKUBUWANA VI

DHANDHANG GULA

1. Mamanise Kangjeng Sri Bupati

Ingkang kaping nem Mangkubuwana

Ing surakarta pamase

Putradalem Sinuhun

Kaping gangsal kang miyos saking

Raden Sasrakusuma

Timure jujuluk

Bandara Radyan Mas Sapardan

Miyos eneng jro pura Surakartadi

Hari Raditya Kresna

2. Tanggal kaping pitulas marengi

Wulan Sapar je windu sancaya

Hing wuku warigalite

Condra sangkalanipun

Dadi mulat sabdaning gati (1734)

Yuswa nem belas warsa

Myang sadasa tengsu

Langkung kalih likur dina

Madeg Nata nuju hari soma kasih

Tanggal kaping sadasa

3. Tanggal kaping pitulas marengi

Wulan Sapar Je windu sancaya

Hing wuku warigalite

Condra sangkalanipun

Dadi mulat sabdaning nabi (1734)

Nuju april wulannya

Tanggal ping nem likur

Ngarasa ngesthining ndriya

Tedhak maring nagri ngambon marengi

Ya sewu wolungatus sat

4. Wuku wuye sura dal kang warsi

Hing kunthara sinengkalannya

Tunggal gati sabdaning pamase (1751)

Duk yuswa tiga likur

Taun Langkung sadasa tengsi

Karsa kendel denira

Hangasta kaprabun

Jengkar saking Surakarta

Tedhak maring nagari ngambon marengi

Hari respati mulya

5. Wuku wuye sura dal kang warsi

Hing kunthara sinengkalannya

Tunggal gati sabdaning pamase (1751)

Surya September nuju

Ponca wlasnya den sangkalani

Dadine pangar carna

Yuswa kawan likur

Jengkar saking prajanya

Ri respati kaliwn mring ngambon nagri

Dulkijah Jimawalnya

6. Tanggal kaping wolulas winilis

Wulan Besar hing taun Jimawal

Langkir Sangara windune

Sinengkalan hanuju

Gora gati swaraning bumi (1757)

Juni kaping sadasa

Sewu wolungatus

Tigang dasa dupi yuswa

Kawandasa tri warsa myang sang Narpati

Sri Bupati Sang Nata

PRALAMPITA

DHANDHANG GULA

1. Duk jamane jawa hanengahi

Hana mantri pangreksa sasotya

Kawarta kalimput tyase

Wus kalong longan mawut

Cipta antuk sikuning Gusti

Dennya mamrih mangun harja

Nedhasing jajantung

Pasa salikur slasa

Jroning warsa jimakir sirnakken gati

Samadyaning harjana (1850)

(sekitar tanggal 8 Juni 1920, tgl 21 bulan Pasa 1850 Tahun Jimakir Windu Kuntara, atau tanggal 21 Ramadhan 1338H)

2. Sru bratadi prajane kawuri

Sakaliring wadi kamandaka

Keneng daya upatane

Duk nalika karsa kukut

Kekerane kabeh kala ing

Tan kenaha pinenggaka

Puwara miduhung

Gegetun temah drasa

Dresing waspa nyengka hananing pangesthi

Ngiris asmara laya

3. Yeking mangka pralambanging gati

Ginupita mrih dadya darsana

Sinung tepa palupine

Lepiyan tindakipun

Nara praja myang bretyapati

Kang samya pinarcaya

Mandegani laku

Kalakon tanpa sangsaya

Saya wimbuh kamulyan kaluhuraning

Gusti kang paring boga