ADVERTIZED

ads ads ads ads ads

Senin, 01 Februari 2010

KEMBALI PADA KISAH SEJARAH HIDUP RM.KOESEN BANDORO KANGDJENG PANGERAN HARIO KOLONEL POERBODININGRAT (KISAH KELUARGA YANG BERBAKTI..), YAITU :

SEJARAH MENGENAI TANAH-TANAH HAK MILIK ( EIGENDOM VERPONDING ) ATAS NAMA RADEN MAS KOESEN DAN HUBUNGANNYA DENGAN RADEN MAS KOESEN S.I.S.K.S. PAKOE BOEWONO VIII



LATAR BELAKANG PEMBELIAN DAN PENSERTIFIKATAN TANAH-TANAH EIGENDOM VERPONDING.

Bermula pada perjuangan RM.Koesen atau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat dari Negara Karaton Soerakarta Hadiningrat dalam melawan pengeksploitasian yang selalu dilakukan oleh para-para pedagang Eropa yang tergabung di dalam Veerenigde de Indiesche Compagnie (yang diawali dengan curangnya para-para pedagang Eropa yang tergabung di dalam Verenigde de Indiesche Compagnie mengatasnamakan Pemerintah dan Ratu Belanda yang berakibat semakin menyempitnya wilayah Negara Karaton Soerakarta Hadiningrat menjadi seluas 3.359,63 km2, hal inilah yang menjadikan terketuk hatinya lalu memohon pada ayahnya yaitu S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX, untuk membeli dan mensertifikatkan (Acte van Eigendom Verponding) tanah-tanah se nusantara pada tahun 1870, berhubung Beliau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat/ RM.Koesen mendapatkan keuntungan dari hasil bisnis & perdagangan dengan Bank Pusat Pemerintah Kerajaan Inggris dan Belanda (bisa dikatakan pensertifikatan dan pembelian tanah-tanah senusantara itu beliau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat membelinya dengan uang beliau sendiri mengacu pada Soerat Pikoekoeh No.204 (yang di keluarkan paada hari Jum'at Pahing, 2 September 1881,8 Sawal 1810 Tahun JIMAKIR Windu ADI Wuku PAHANG,7 Syawal 1298H) dan dipertegas pada Surat Keterangan Asalsilsilah /Waris No.19/Ks./.V./2009 tertanggal 14 Mei 2009 (yang bertepatan pada hari kamis pahing 14 Mei 2009,19 Jumadilawal 1942 Tahun Je Windu Kuntara Wuku Tambir,19 Jumadilawal 1430 H),bahwa RM.Koesen atau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat juga diperkenankan/ditugaskan memakai nama asing atau belanda misalnya nama : Paul van Verhoeven atau Meyer atau A.A.de Groote atau nama belanda lainnya, jadi apabila nantinya beredar Acte Eigendom Verponding ada yang atas nama bukan RM.Koesen atau Heer Koesen atau Inlander Koesen,namun atas nama asing sebenarnya adalah mengacu pada Heer Koesen, ini adalah bagian dari strategi RM.Koesen atau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat bersama dengan adiknya RM.Malikoel Choesno atau S.I.S.I.M.Pakoe Boewono X) pada bidang pengendalian kestabilan moneter di kedua Negara tersebut) dalam melawan pengeksploitasian yang selalu dilakukan oleh para-para pedagang Eropa yang tergabung di dalam Verenigde de Indiesche Compagnie, maka oleh S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX memerintahkan pada Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat/ RM.Koesen melakukan pembelian-pembelian dan pensertifikatan-pensertifikatan tanah-tanah,untuk menekan dan mengendalikan ekonomi dari para-para pedagang Eropa (VOC). Sehingga dari terkendalinya ekonomi dan moneter para-para pedagang Eropa (VOC) itu ,maka terkendali pulalah kekuatan politik dan militer mereka. Maka oleh S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX memerintahkan kepada Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat untuk membeli dan mensertifikatkan tanah-tanah tersebut pada notaris belanda. Adapun pensertifikatan tanah-tanah itu dengan nama Heer Koesen atau Inlander Heer Koesen. Namun dalam hal ini Pemerintah nederland indie beserta para pedagang Eropa dalam VOC merasa dirugikan, dan kurang bebas dalam berdagang dan pengeksploitasiannya, sehingga pada masa S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX, Pemerintah Nederland Indie beserta VOC berlomba-lomba menumbangkan S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX tersebut, dengan taktik devide et impera-nya mengajukan calon pengganti Raja/ mengkandidatkan R.M.Kasan menjadi Raja (padahal dari S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX telah memilih R.M.Koesen atau B.K.P.H.Kolonel Poerbodiningrat menjadi Raja untuk menggantikan ayahnya (tertuang dalam Serat Pikoekoeh No.204).Kenapa Pemerintah Nederland Indie beserta VOC-nya mengkandidatkan Raden Mas Kasan atau nantinya berganti nama sendiri dengan Raden Mas Malikoel Choesno? Alasannya adalah karena Raden Mas Kasan atau nantinya berganti nama sendiri dengan Raden Mas Malikoel Choesno kebarat-baratan dan cenderung memihak Belanda, namun kalau Raden Mas Koesen atau Bendoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat lebih menentang Belanda.Apabila dikaitkan dengan S.I.S.K.S.Pakoe Boewono VIII bahwa Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat mempunyai nama kecil Bandoro Raden Mas koesen atau Raden Mas Koesen, karena beliau adalah memiliki garis keturunan dari S.I.S.K.S.Pakoe Boewono VIII yang bernama kecil Raden Mas Koesen, melalui ibu beliau yaitu Raden Adjeng Koesnijah istri dari S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX, Raden Adjeng Koesnijah ini adalah cucu dari S.I.S.K.S.Pakoe Boewono VIII (Raden Mas Koesen) melalui ibunya yaitu Goesti Kangdjeng Ratoe Bendoro yang menikah dengan Kangdjeng Pangeran Hario Hadiwidjojo II dari Mangkoenagaran. Goesti Kangdjeng Ratoe Bendoro lahir dari S.I.S.K.S.Pakoe Boewono VIII (Raden Mas Koesen) dengan Goesti Kangdjeng Ratoe Pakoe Boewono atau yang mempunyai nama lain Goesti Kangdjeng Ratoe Poerbo ( yang mempunyai nama kecil Bendoro Raden Adjeng Ngaisah ).

Melalui pernikahan Goesti Kangdjeng Ratoe Bendoro dengan Kangdjeng Pangeran Hario Hadiwidjojo II tadi melahirkan diantaranya ada anak perempuannya yang kembar yaitu Raden Adjeng Koesnijah dan Raden Adjeng Koestijah. Dari Raden Adjeng Koesnijah dengan S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX melahirkan Raden Mas Koesen yang nantinya setelah dewasa bernama Bendoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat , namun dari Raden Adjeng Koestijah dengan S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX melahirkan Raden Mas Kasan yang juga bernama Raden Mas Malikoel Choesno yang kelak menjadi S.I.S.I.M. Pakoe Boewono X.


PERKEMBANGAN DARI MASA KE MASA

Pada jaman saat-saat bergantinya raja di Kraton Soerakarta Hadiningrat, hingga terlegitimasinya Raden Mas Kasan atau nama lain Raden Mas Malikoel Choesno menjadi S.I.S.I.M.Pakoe Boewono X hingga pada masa pemerintahannya, telah banyak terjadi pengkaburan sejarah Raden Mas Koesen atau Bendoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat yang dilakukan ol

eh para-para pedagang Eropa yang tergabung di dalam Verenigde de Indiesche Compagnie dan Pemerintah Belanda,yaitu :

  1. Nama dari Raden Mas Koesen diganti menjadi nama Raden Mas Abadi atau Raden Mas Said.
  2. Nama dari ibu kandung Raden Mas Koesen yaitu Raden Adjeng Koesnijah disamarkan dan diganti nama Raden Dojoasmoro.
  3. Silsilah ibu kandung Raden Mas Koesen yaitu Raden Adjeng Koesnijah yang termasuk cucu dari S.I.S.K.S.Pakoe Boewono VIII (Raden Mas Koesen) disamarkan dan diganti kepada silsilahnya Raden Dojoasmoro keturunan dari Raden Pandji Poespodikromo dari alur S.I.S.K.S.Pakoe Boewono II.
  4. Keluarga/anak keturunan dari Raden Mas Koesen atau B.K.P.H.Kolonel Poerbodiningrat dikejar-kejar oleh pihak Sinuwun yang baru yaitu para-para pedagang Eropa yang tergabung di dalam Verenigde de Indiesche Compagnie dan Pemerintah Belanda yang menga tasnamakan Pakoe Boewono X (karena Raden Mas Koesen atau B.K.P.H.Kolonel Poerbodiningrat kalah suksesi dengan Raden Mas Kasan atau Raden Mas Malikoel Choesno).
  5. Tempat-tempat atau rumah-rumah yang jadi persinggahan/bermukimnya beliau di porak porandakan, yang akhirnya beliau berpindah-pindah dari satu rumah ke rumah yang lainnya (sekarang masih dapat di jumpai petilasannya).
  6. Tempat-tempat atau rumah-rumah yang jadi milik beliau di srobot oleh orang-orang yang tidak jelas atas suruhan para-para pedagang Eropa yang tergabung di dalam Verenigde de Indiesche Compagnie dan Pemerintah Belanda dengan menekan Pakoe Boewono X (sekarang masih dapat dijumpai).
  7. Segala assetnya direbut dan dikuasai oleh para-para pedagang Eropa yang tergabung di dalam Verenigde de Indiesche Compagnie dan Pemerintah Belanda yang mengatasnamakan Pakoe Boewono X (meskipun direbut & dikuasai,namun asset-asset itu sudah bernama beli au).Selain itu pada saat ini pun banyak beredar dokumen asli tapi palsu (surat-surat dokumen acte eigendom verponding yang dibuat sekarang namun menggunakan kertas-kertas ber plaagzegel kuno/lama,tinta-tinta stempel kuno/lama,tinta-tinta untuk tanda tangan yang seumuran tahun 1700-1900, dan mesin ketik-mesin ketik buatan awal munculnya mesin ketik, yang mereka dapat beli di toko-toko loakan di negara Belanda ) yang menyebutkan bahwa Raden Mas Koesen atau Bandoro Kangdjeng Panger an Hario kolonel Poerbodiningrat telah menjual/menghibahkan pada pihak-pihak asing,namun pihak-pihak/orang-orang yang bermartabat dan terhormat (beliau-beliau para pemalsu ini adalah orang-orang yang sakit hati pada Kepemimpinan Kraton,ORLA maupun ORBA) yang membuat surat-surat dokumen asli tapi palsu, mereka tidak dapat menunjukkan surat-surat dokumen jual-beli antara Raden Mas Koesen atau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat dengan pihak-pihak asing, atau pihak m anapun ( karena surat-surat dokumen pemalsuan buatan mereka tidak ada arsipnya pada Balai Harta Peninggalan,Badan Arsip Nasional,Badan Arsip Internasional ,Badan Arsip di Negara Belanda,Badan Arsip di Vatikan, dan Badan Arsip di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tujuan sebenarnya mereka pemalsu-pemalsu itu adalah ingin mencari uang kecil-kecilan sambil mengacak-acak/mengobrak-abrik sistem pertanahan Nasional yang sudah carut marut dan tak punya landasan berpijak menjadi semakin carut marut.Dan sampai akhir kapan pun Beliau tidak pernah menjual atau menghibahkan kepada pihak-pihak manapun, karena itu perintah dari ayahanda Beliau Sinuwun PB.IX,dan juga kesepakatan bersama dengan Sinuwun PB.X.Padahal para pembaca ketahui bahwa Raden Mas Koesen atau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat adalah penentang pihak-pihak asing termasuk Belanda, jadi tidaklah mungkin Beliau menjual apalagi menghibahkan pada pihak-pihak asing termasuk Belanda.Dengan demikian surat-surat dokumen tersebut adalah kami nyatakan Palsu.(mohon untuk Badan Pertanahan Nasional untuk mewaspadainya).
  8. Anak keturunannya yaitu putrinya bernama Raden Adjeng Bandijah atau Raden Adjeng Soetarmi yaitu hasil pernikahan beliau dengan Raden Adjeng Soemasti d ari Mangkoenagoro III dan IV, itupun dikejar-kejar hingga menyamar menjadi anaknya petani bernama Mas Demang Pontjadiprono.
  9. Cucu keturunan beliau bernama Raden Mas Soegiyo atau Raden Mas Darsita di titipkan pada adik dari suami Raden Adjeng Soetarmi atau Raden Adjeng Bandijah (karena dikejar-kejar oleh ORLA maupun ORBA).

Dan pada akhirnya jaman ORLA, anak keturunan dari beliau di kejar-kejar juga oleh Bung Karno dan rezimnya, tanah-tanahnya berikut rumah-rumahnya dirampas dan disrobot melalui peraturan-peraturan pemerintah NKRI (demikian juga perlakuan Pemerintah Repoeblik Indonesia masa itu terhadap Karaton Soerakarta), seperti pada :

  1. Pada tahun 1939 (pra Kemerdekaan NKRI) yaitu pada Politiek Contrak S.I.S.K.S.Pakoe Boewono XI pasal 10 di Staatblad 1939 yaitu : mengenai harta-harta Krat on semua ( baik harta-harta pribadi Raja dan harta-harta Negara Karaton Soerakarta Hadiningrat) menjadi milik Negara dan Pemerintah Republik Indonesia.
  2. Pada tanggal 19 November 1951 yaitu pada Kepoetoesan Menteri Dalam Negeri No.66/5/26 yang isinya bahwa Pemerintah mengingkari ganti rugi (bahasa jawa: arta tetempah siti) tanah-tanah pada Karaton Soerakarta dan pemerintah Republik Indonesia berusaha mengatur harta-harta Karaton semua.
  3. Pada tanggal 9 Juni 1954 yaitu pada Kepoetoesan Panitia Reorganisasi Pemerintah Rapoeblik Indonesia yang diketuai Bapak Residen Soedarmo dari Soerabaia S oerat Kepoetoesan Nomer: 66/37/17 yang isinya : Pemerintah Repoeblik Indonesia mewajibkan bagi Karaton Soerakarta untuk mendaftar harta-hartanya semua.
  4. Pada tanggal 24 Agustus 1957 yaitu : pada Kepoetoesan Menteri Dalam Negeri Nomer:Dex48/3/37 yang isinya : Kategori barang-barang/harta-harta Karaton Soerakarta yang menjadi milik Negara dan Pemerintah Repoeblik Indonesia adalah Banyak dalang,saw unggaling cs. Dan barang-barang tersebut tidak boleh dijaminkan ke Bank.
  5. Dalam tahun 1954 ada resolusi dari salah satu Sentana/Kerabat Raja (dari Pakoe Boewono I s/d X), karena banyak banyak pusaka dan barang-barang atau harta-harta Karaton Soerakarta yang keluar, hal; ini yang menumbuhkan rasa tidak percaya pada S.I.S.K.S.Pakoe Boewono XII.
  6. Dari tahun 1954 hingga tahun 1957 terjadi Sengketa di antara Kerabat Karaton Soerakarta dengan Karaton Soerakarta, dikarenakan terbitnya Soerat Kepoeto esan Panitia Reorganisasi tertanggal 9 juni 1954 Nomer:66/37/17.

Bila dilihat pada peristiwa yang tertera pada diktum 1 sampai dengan 6 diatas jelas pula bahwa tanah-tanah eigendom verponding pribadi R.M.Koesen ikut dianggap sebagai tanah-tanah milik negara dan pemerintah Repoeblik Indonesia. Seperti juga Tanah-tanah pribadi R.M.Koesen yang dulu pada zaman rezim para-para pedagang Eropa yang tergabung di dalam Verenigde de Indiesche Compagnie dan Pemerintah Belanda yang mengatasnamakan S.I.S.I.M.Pakoe Boewono X ditahan d

an disrobot dan dijadikan Civile Lyd untuk kepentingan rezim dan para pedagang Eropa dalam VOC-nya menjarah dan memanfaatkan tanah-tanah pribadi R.M.Koesen, tanpa persetujuan R.M.Koesen. Namun bila melihat kejadian yang tertera di atas terlihat bahwa Pemerintah Repoeblik Indonesia tidak mengakui tentang tanah-tanah Domein Karaton Soerakarta, terbukti bahwa semua tanah-tanah menjadi milik negara dan pemerintah Repoeblik Indonesia.

Demikian juga pada jaman ORBA pun hampir sama dengan cara-cara yang diterapkan ORLA (demikian juga perlakuan Pemerintah Republik Indonesia terhadap Karaton Soerakarta), seperti pada :

  1. Pada tanggal 16 juli 1988 yaitu : pada Surat Keputusan Presiden Pemerintah Republik Indonesia, Nomer :23 , yang isinya : Pemerintah dan Negara Republik Indonesia mengakui dan menetapkan bahwa harta-harta dan tanah-tanah Karaton Soerakarta adalah hanya di dalam beteng karaton yaitu dari gladag hingga gading (yang termasuk di dalamnya : alun-alun ki dul, alun-alun lor, baluwarti complex dan cepuri complex).
  2. Hal lain yang terjadi adalah perpolitikan di soerakarta yang dibuat sedemikian rupa oleh politikus-politikus dan rezim yang berkuasa saat itu (ORLA maupun ORBA) sehingga di kalangan kerabat-kerabat Karaton Soerakarta saling berseteru dan/atau bersengketa yaitu seperti kejadian pada waktu itu : Badan Kesejahteraan Karaton Soerakarta berhasil mengurus tanah pe sanggrahan Giriwoyo (Krapyak Kandang Menjangan) yang dipakai RPKAD, sebenarnya Karaton menerima uang penjualan tanah itu (ganti rugi) tetapi ada pengakuan dari Sentana atau Kerabat S.I.S.I.M.Pakoe Boewono X bahwa pesanggrahan/tanah pesanggrahan itu milik warisan dari Goesti Kangdjeng Ratoe Pambajoen PB.X, jadi dalam hal ini yang menerima uang hasil penjualan tanah (ganti rugi) ialah Bendoro Raden Ajoe Martodiningrat. Dari kejadian saling berebut/sengketa antara Karaton Soerakarta (dalam hal ini Badan Kesejahteraan Karaton Soerakarta) dengan Bendoro Raden Ajoe Martodiningrat itu sehingga Karaton berdiam diri tidak melanjutka n mengurus harta-harta dan tanah-tanah Karaton Soerakarta lainnya, takut kalau-kalau terjadi saling berebut/sengketa lagi.

Perlakuan Pemerintah Republik Indonesia terhadap pewaris R.M.Koesen pun sama seperti perlakuan Pemerintah Republik Indonesia terhadap Karaton Soerakarta. Dan bila melihat kejadian yang tertera di atas terlihat bahwa Pemerintah Repoeblik Indonesia mengakui bahwa tana

h-tanah Karaton hanya sebatas atau hanya di dalam beteng karaton yaitu dari gladag hingga gading (yang termasuk di dalamnya : alun-alun kidul, alun-alun lor, baluwarti complex dan cepuri complex), dan mengenai tanah-tanah Domein Karaton Soerakarta dalam hal ini Pemerintah Republik Indonesia tidak mengakui dan Pemerintah Republik Indonesia tetap menyatakan tanah-tanah tersebut menjadi milik negara dan pemerintah Republik Indonesia.


KESIMPULAN

Apabila ditilik dari sejarah bahwa Raden Mas Koesen putra PB.IX no.24 telah mengalami kekerasan dan ancaman fisik maupun psikologi demikian juga mengalami pembunuhan karakter,yaitu:

1.Penyrobotan & pendudukan , pengambil-alihan hak secara paksa, perusakan, penghilangan dan penghancuran dokumen-dokumen, tanah-tanah, dan semua bentuk asset-asset kekayaan pribadi yang terkait dengan beliau baik secara langsung maupun tid

ak langsung.

2.Pengkaburan garis kelahiran dan/atau silsilah, pemanipulasian data kelahiran, nama ibu kandung dan silsilah dari ibu kandung, mungkin penukaran ibu kandung/pembuangan ibu/anak dialihkan atau diberikan ke orang lain dan bersilsilah berbeda yang graad-nya/ kedudukan sosial & ekonominya lebih rendah.

3.Pengkaburan sejarah dan pengabdian beliau pada Negara K

araton Soerakarta Hadiningrat.

4.Pemfitnahan dan Pempolitisiran beliau dan keluarga.

5.Pembunuhan karakter beliau di kancah perpolitikan

dan militer.

6.Penghasutan pada semua saudara sekandung (se-ayah) disuruh untuk memusuhi beliau dan keluarga.

7.Upaya pengejaran yang dilakukan oleh para-para pedaga

ng Eropa yang tergabung di dalam Verenigde de Indiesche Compagnie dan Pemerintah Belanda yang mengatasnamakan Pakoe Boewono X kepada beliau dan keluarga untuk di eksekusi karena di nilai makar terhadap pemerintah yang sah dan berdaulat pada waktu itu.

Sehingga setelah kita tilik dari kejadian demi kejadian dari masa ke masa, maka nampak disini bahwa hal ini akan menjadi pro dan kontra di kalangan di dalam Karaton Soerakarta Hadiningrat. Mereka mengatakan dengan tegas bahwa Raden Mas Koesen adalah S.I.S.K.S.Pakoe Boewono VIII , karena masa kecilnya bernama Raden Mas Koesen. Maka saya dapat mengatakan pula

bahwa beliau eyang saya Bendoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat mempunyai na

ma kecil Raden Mas Koesen alasannya adalah karena beliau alur dari S.I.S.K.S.Pakoe Boewono VIII melalui pernikahan dengan Goesti Kangdjeng Ratoe Pakoe Boewono atau yang mempunyai nama lain Goesti Kangdjeng Ratoe Poerbo ( yang mempunyai nama kecil Bendoro Raden Adjeng Ngaisah., melahirkan Goesti Kangdjeng Ratoe Bendoro yang menikah dengan Kangdjeng Pa

ngeran Hario Hadiwidjojo II yang melahirkan beberapa anak diantaranya adalah anak perempuannya yang kembar yaitu Raden Adjeng Koesnijah dan Raden Adjeng Koestijah yang kedua-duanya menikah dengan S

.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX. Dan dari alur Raden Adjeng Koesnijah melahirkan Raden Mas Koesen (yang kelak bernama B.K.P.H.Kolonel Poerbodiningrat -yang sebenarnya apabila di tarik garis lurus keatas akan dijumpai bahwa B.K.P.H.Kolonel Poerbodiningrat/Raden Mas

Koesen alur dari Raden Mas Said/Pangeran Sambernyowo Mangkoenagoro I, sehingga sering kali beliau disebut juga Raden Mas Said). Tetapi dari alur Raden Adjeng Koestijah melahirkan Raden Mas Kasan

(yang kelak bernama Raden Mas Goesti Malikoel Choesno atau S.I.S.I.M.Pakoe Boewono X -adapun Raden Mas Kasan berubah nama menjadi Raden Mas Malikoel Choesno, karena berawal dari seringnya S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX menyebut-nyebut dan mengagumi Sang Pencipta (Allah) dengan sebutan Allah Sang Malikoel Choesno. Akhirnya di saat-saat S.I.S.K.S.Pak

oe Boewono IX sakit (yang oleh pemerintah Hindia Belanda dan para pedagang Eropa yang tergabung dalam VOC, Karaton Soerakarta Hadiningrat harus segera mengadakan pelantikan Raja yang Baru, maka te

rjadilah peristiwa suksesi menjadi Raja), pada peristiwa itulah terjadi banyak sekali perang kepentingan di antaranya putra-putra S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX, kerabat-kerabat Raja dari PB.I sampai dengan PB.VIII, kerabat-kerabat Mangkoenagoro I sampai dengan Mangkoena

goro IV, kerabat-kerabat kerajaan di 250 kerajaan se-Nusantara, Pemerintah Hindia Belanda, da

n Para pedagang Eropa yang tergabung dalam VOC. Dengan seringnya S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX menyebut Allah-nya dengan sebutan Allah Sang Malikoel Choesno, maka hal inilah dijadikan tren politik oleh Raden Mas Kasan sehingga Raden Mas Kasan berubah nama menjadi Raden Mas Malikoel Choesno. Hal mengenai kisah Raden Mas Koesen dan Raden Mas Kasan ini telah menjadi legenda di kalangan petinggi-petinggi Karaton Soerakarta Hadiningrat dengan Legenda Kasan K

oesen PB.IX (yang sering disebut-sebut oleh pujangga Ronggowarsito dengan Pudhak Sinumpet atau Satriyo Piningit).

Jadi dalam hal ini saya menegaskan bahwa be

liau B.K.P.H.Kolonel Poerbodiningrat nama kecilnya bernama Raden Mas Koesen, namun silsilah dan sejarah serta garis/alur lahir disamarkan dan dikaburkan serta dim

anipulasi oleh para-para pedagang Eropa yang tergabung di dalam Verenigde de Indiesche Compagnie dan Pemerintah Belanda yang mengatasnamakan Pakoe Boewono X, setelah Raden Mas Koesen kalah suksesi Raja.

Demikianlah sekelumit ringkasan dari sejarah ,yang sebenarnya masih banyak penjelasan-penjelasan beserta intrik-intrik politiknya.Bisa dikatakan bahwa kalau ta

npa adanya Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat/RM.Koesen, mungkin semua tanah menjadi milik para -para pedagang Eropa (kartel-kartel) yang tergabung di dalam V.O.C dan pemerintah Belanda, tetapi karena jasa beliau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat/RM.Koesen sehingga semua tanah-tanah se nusantara menjadi milik pribadi beliau dan dapat diselamatkan dari para-para kartel.

Selain itu Beliau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario

photo : Surat Tugas & Penyerahan Tahta & semua kekayaan dari S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX
pada B.K.P.H.Kolonel Poerbodiningrat & keturunannya dalam
Soerat Pikoekoeh Angka 204 dan Soerat Pikoekoeh Angka 10

photo: Letter of Assignment & Submission of all the wealth of the Throne & SISKSPakoe Boewono IX
on BKPHKolonel Poerbodiningrat & his decendants in
Soerat Pikoekoeh Figures 204 and Soerat Pikoekoeh Figures 10

Foto: Brief van Opdracht & Indienen van alle rijkdom van de Troon & SISKSPakoe Boewono IX
op BKPHKolonel Poerbodiningrat & hij afstammelingen in
Soerat Pikoekoeh figuren 204 en Soerat Pikoekoeh Cijfers 10


photo/gambar : Surat Keterangan dari Karaton Surakarta yang ikut menegaskan Soerat Pikoekoeh 204 dan 10

Kalau demikian siapa sih Raja Surakarta yang sebenarnya yg sah secara Hukum kami atau Hangabehi ???

Sebenarnya sejak PB.X (namun sudah ada kesepakatan bersama dengan B.K.P.H.Kolonel Poerbodiningrat melalui Soerat Pikoekoeh angka 10,dengan kesepakatan setelah PB.X yang bertahta adalah kami,ternyata tidak), PB.XI dan PB.XII pun mereka hanya menang secara suksesi fisik dan tanpa surat dari Sinuwun Pakoe Boewono sebelumnya. Jadi Daerah Istimewa Surakarta (D.I.S.) itu untuk siapa?, Raja yang mana?, Kepentingan siapa?,apakah untuk kepentingan rakyat atau golongan-golongan tertentu dalam Karaton Surakarta?,............


photo / image: Certificate of Surakarta Palace participating Soerat Pikoekoeh 204 confirmed and 10

If so who's the real King of Surakarta who our legitimate laws or Hangabehi?

Actually since PB.X (but already there is mutual agreement with BKPHKolonel Poerbodiningrat through Soerat Pikoekoeh number 10, with the agreement that reigned after PB.X is us, it was not), and PB.XII PB.XI ever they just won a succession of physical and without a letter from Sinuwun Pakoe Boewono before. So the Special Region of Surakarta (DIS) for whom?, King of where?, Interests whom?, Whether for the benefit of the people or certain factions in the Surakarta Palace ?,............

foto / afbeelding: Certificaat van Surakarta Paleis deelnemende Soerat Pikoekoeh 204 bevestigd en 10

Als dat zo is wie is de echte koning van Surakarta, die onze legitieme wetten of Hangabehi?

Eigenlijk sinds PB.X (maar nu al is er in overleg met BKPHKolonel Poerbodiningrat door middel van Soerat Pikoekoeh nummer 10, met de afspraak dat heerste na PB.X is ons was het niet), en PB.XII PB.XI ze ooit heb net een opeenvolging van fysische en zonder een brief van Sinuwun Pakoe Boewono tevoren. Dus de speciale regio van Surakarta (DIS), voor wie?, De koning van waar?, Interesses wie?, Of ten behoeve van de bevolking of bepaalde groepen in de Surakarta Paleis ?,............


Kolonel Poerbodiningrat/ RM।Koesen mendapatkan perintah dari S.I.S.K.S P.B.IX untuk memindahkan seluruh rekening,tabungan,metal deposit di seluruh dunia ke Swisserisch Bank Gesselschaft (SBG) yang sekarang lebih dikenal UBS (Union Bank of Switzerland) pada tahun 1880-1881 ,dalam hal ini Beliau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat/ RM.Koesen bersama RM. Choesno Malikis atau Raden Mas Kasan yang juga bernama Raden Mas Malikoel Choesno atau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Djojokoesoemo yang kelak menjadi S.I.S.I.M. Pakoe Boewono X dan RM. Satrio atau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Tjakraningrat.

Ternyata setelah saya analisa dengan seksama bahwa Perintah S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX pada B.K.P.Kolonel Ariyo Poerbodiningrat (eyang saya ) tahun 1881 untuk memindahkan kuota yang sangat besar yang disimpan oleh nenek moyang saya di Negara-negara luar negeri ke salah satu bank di Eropa yaitu di Swizerisch Bank Gesselschaft dan juga UBS Bank di Negara Swiss berasal dari :

Kerajaan-Kerajaan di Nusantara yang pada awal abad ke-1 (0-100M) (dan juga sebenarnya pada zaman Babylonia, kurang lebih 2000 SM, Temples of Babylon begitulah nama bank pada masa itu kerajaan-kerajaan di nusantara ini telah mengadakan perdagangan dengannya. Kegiatan utama bank itu adalah transaksi peminjaman emas dan perak pada kalangan pedagang yang membutuhkan dengan memungut biaya tertentu. Pada 500 SM kegiatan perbankan telah berkembang, tidak mengherankan jika pada zaman Romawi kegiatan perbankan telah meliputi praktek tukar menukar uang, menerima deposito, memberi kredit dan transfer dana. Tentunya semuanya dilakukan dengan cara yang sangat sederhana.)
Era perbankan modern dimulai pada abad 15-16. Mulanya pada awal abad itu di Inggris, Belanda dan Belgia muncullah Goldsmith’s Note atau Surat Tukang Emas. Para tukang emas masa itu bersedia menerima uang logam (emas dan perak) untuk disimpan, dan tanda bukti penyimpanan emas ini berlaku sebagai surat deposito yang disebut Goldsmith’s Note.
Dalam perkembangannya surat tukang emas itu digunakan sebagai alat pembayaran. Bahkan tanpa jaminan cadangan emas atau perak sekalipun, surat semacam Goldsmith’s Note (yang identik dengan Notgeld (atau alat pembayaran/catatan pembayaran darurat jaman Pemerintahan Jerman tahun 1918-1924) diterima sebagai alat pembayaran, tentunya dengan dukungan dan jaminan dari pihak Raja, penguasa juga pengusaha dan otoritas lainnya yang dipercaya pada saat itu (inilah cikal bakal uang kertas yang diedarkan perbankan pada masa itu)
telah mengenal perdagangan antar kawasan yang berkembang subur antara Asia Timur (diwakili China/Tiongkok), Asia Tenggara (diwakili Nusantara yang sekarang bernama Indonesia), Asia Selatan (diwakili India) dan Asia Barat (diwakili Persia/Media Persia), dimana ikut juga para pedagang Arab ,Eropa, dan negara-negara di Timur Tengah. Adapun Kerajaan-Kerajaan di Nusantara , adalah yang dimulai dari : Kerajaan Salakanagara,dilanjutkan ke Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda Galuh, Kerajaan Kalingga, Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Medang/Mataram Hindhu,Kerajaan Kahuripan,Kerajaan Janggala, Kerajaan Kediri, Kerajaan Singhasari, Kerajaan Majapahit,Kesultanan Demak,Kesultanan Pajang,Kesultanan Mataram Islam,hingga pada Kerajaan Kesunanan Kartasura dan Kesunanan Surakarta serta Kesultanan Yogyakarta.

Mata perdagangan komoditi (ekspor)nya kerajaan-kerajaan di nusantara (Indonesia) ini : kopi,lada,padi, kapas, madu, rotan, serta kayu cendana ,rempah-rempah,garam, merica pala, adas, cengkeh, kayu gaharu, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun.

Dan lawan dagang mereka komoditi (impor) berupa : kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan tembaga.

Meskipun Kerajaan-Kerajaan di Nusantara tersebut telah mempunyai mata uang sendiri namun dalam jalur perdagangan internasional mereka masih melakukan tukar menukar barang-barang komoditi (impor) seperti : emas,perak,tembaga,sutra,porselen,permata,mutiara, barang keramik, dan barang dari besi, dalam kuota yang sangat besar.

Bisa dibayangkan apabila dalam satu tahun ada banyak transaksi dalam kuota yang besar, maka dalam satu masa suatu Kerajaan akan mendapatkan bertumpuk-tumpuk cadangan emas, dan barang-barang komoditi (impor) yang lain.

Dan ini berlanjut pada Kerajaan penerusnya ditambah dengan transaksi dalam kuota yang besar pula yang dilakukan oleh Kerajaan penerusnya pada masa mereka. Indikasi banyaknya kuota perdagangan yang dilakukan oleh Kerajaan-kerajaan di Nusantara semakin menguat dengan adanya kejadian kapal-kapal yang mengangkut barang-barang dagang komoditi impor dengan kuota tonase yang cukup besar yang karam di pesisir pantura pada tahun 1601-1875 (dapat anda baca pada http://kapal karam.html)dan mungkin tahun-tahun setelah itu juga terjadi.

Kemitraan dagang pada jalur perdagangan melalui jalur darat dan laut antara Kerajaan-Kerajaan di Nusantara dengan pedagang-pedagang Tiongkok/China,India,Arab,dan Persia, tidak menutup kemungkinan juga kemitraan perdagangan dengan bangsa-bangsa di Eropa, dimulai dari Yunani dan Romawi pada abad ke-1 (0-100 M), (namun ada temuan lainnya lagi bahwa kerajaan-kerajaan di nusantara ini sudah mengadakan hubungan perdagangan dengan Mesir, salah satunya kota Barus atau yang juga disebut Fansur yang terletak di daerah pesisir Barat Pulau Sumatera yang menghasilkan kapur barus yang diolah dari kayu kamfer dari kota itu telah dibawa ke Mesir untuk dipergunakan bagi pembalseman mayat pada zaman kekuasaan Firaun sejak Ramses II atau sekitar 5. 000 tahun sebelum Masehi, dapat anda baca dan pelajari pada : http://students.itb.ac.id/~hadi102/E-books/Islamic/Tsaqofah/Islam%20Masuk%20ke%20Nusantara.pdf atau pada : www.eramuslim.com )

dan hubungan kemitraan ini telah terjalin berlangsung sangat lama, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa pada zaman Kerajaan Majapahit pada tahun 1404 M ( Karena di beberapa kota pada mitra dagang Kerajaan-kerajaan di Nusantara di Eropa yang menjadi pusat perdagangan, berdiri lembaga perbankan, misalnya Barcelona (1401), Genoa (1404), Venesia (1587), Milan (1593), Amsterdam (1609), Hamburg (1619), dan London (1694).Adapun proses munculnya lembaga Bank Sentral mulai tampak sekitar paruh kedua abad ke-18, tepatnya saat Raja Inggris menunjuk Bank of England sebagai Bank Sirkulasi dan bankers bank di wilayah Inggris pada 1773. Langkah tersebut kemudian diikuti oleh Perancis dengan menunjuk Banque de France (1800), Swedia menunjuk Riskbank (1809), dan Belanda menunjuk De Nederlandsche Bank (1814) sebagai Bank Sentral-nya.) pada saat itu pula kerajaan-kerajaan sudah mengenal “menabung/menyimpan” di bank-bank di benua Eropa melalui berdagang.

Karena bisa ada kemungkinan bahwa Kerajaan-Kerajaan di Nusantara yang berdagang hingga ke Eropa pasti diharuskan mengikuti aturan-aturan main di Eropa yang diatur dengan sistem perbankan perdagangan internasional kala itu.

Hal ini oleh Kerajaan-Kerajaan di Nusantara dibiarkan tersimpan pada bank-bank di Eropa dari mulai zaman Kerajaan Majapahit hingga pada zaman Kerajaan Kesunanan Surakarta (Karena Kesunanan Surakarta adalah penerus langsung Kerajaan Majapahit melalui Kerajaan Mataram dan Kesunanan Kartasura, sehingga pewaris sah Kerajaan Majapahit adalah Kesunanan Surakarta sebelum terjadi Perjanjian Giyanti 1755 M ) pada tahun 1881. Barang-barang komoditi yang boleh tersimpan pada bank-bank di Eropa adalah : emas,perak,tembaga, permata,mutiara,dan logam mulia-logam mulia serta batu mulia-batu mulia yang lain.

Sehingga jelas analisa saya terbukti bahwa atas perintah S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX pada B.K.P.Kolonel Ariyo Poerbodiningrat (eyang saya) tahun 1881,bahwa eyang saya mendapat perintah dari S.I.S.K.S.Pakoe Boewono IX untuk memindahkan semuanya dari semua bank di Eropa dipindahkan ke UBS, sehingga terjadilah pemindahan barang-barang komoditi Kerajaan-Kerajaan di Nusantara sebelum zaman Kerajaan Majapahit hingga zaman Kerajaan Majapahit sampai dengan pada zaman Kerajaan Kesunanan Surakarta yang tersimpan di Eropa (Inggris,Portugis,Spanyol,Prancis,dan Belanda/Jerman),China,Amerika,dan Timur Tengah ada indikasi bahwa belum pernah diambil oleh nenek moyang Kerajaan-kerajaan di Nusantara hingga pada tahun 1881 , dipindahkan ke salah satu Bank di Eropa yaitu Swisserische Bank Gesellschaft atau Union Bank of Switzerland (UBS). Karena alasannya UBS adalah Metal Deposit Bank (Bank Internasional untuk Menyimpan Logam Mulia), selain itu UBS ini adalah bank yang stabil karena berada di negara Swiss yang terkenal netral atau tidak terpengaruh negara-negara Eropa lainnya. Dan akhirnya dkumen asset ang ada kaitannya dengan sejarah leluhur Karaton Soerakarta Hadiningrat-Dinasti Mataram II Panembahan Senopati yang sebagai kelanjutan dari Kerajaan di Nusantara yang ada sejak 5.000 SM melalui Kerajaan Majapahit berubah kepemilikan dengan nama kepemilikan bernama : Mr.IR.Soekarno (yang mengatasnamakan rakyat dan bangsa Indonesia) yang tersimpan di UBS Swiss, dalam hal ini dokumen-dokumen dan asset-asset fisik berupa logam mulianya benar, hanya mungkin yang masih menjadi perdebatan antara pihak Karaton Soerakarta,pihak Internasional dengan pihak pemerintah Indonesia adalah cara mengumpulkan atau mendapatkannya asset-asset berupa dokumen-dokumen dan semua logam mulia itu. Namun menurut saya,penulis, perdebatan-perdebatan dan polemic biarlah tetap menjadi polemic saja, karena pada kenyataannya semua dokumen dan logam mulia sudah atas nama Mr.Ir.Soekarno, Mr.Soewarno dkk sebagai perwakilan kami anak bangsa ini. MERDEKA !!!

NB: Bank UBS di Swiss mempunyai cabang-cabang di beberapa negara di seluruh dunia ini, diantaranya: German: Schweizerische Bankgesellschaft (SBG), Italian: Unione di Banche Svizzere (UBS), French: Union de Banques Suisses (UBS), Spanish: Unión de Bancos Suizos (UBS), Japanese: Swiss Union Ginko (UBS), Arabic: Bank Al Ittihad Al Swissri (UBS), Portuguese: União de Bancos Suiços (UBS)।

SEJARAH KERAJAAN-KERAJAAN DI NUSANTARA DAN SEKTOR PERDAGANGANNYA

Kerajaan-Kerajaan di Nusantara pada awal abad ke-1 (0-100M) telah mengenal perdagangan antar kawasan yang berkembang subur antara Asia Timur (diwakili China/Tiongkok), Asia Tenggara (diwakili Nusantara), Asia Selatan (diwakili India) dan Asia Barat (diwakili Persia), dimana ikut juga para pedagang Arab dan Negara-negara di Timur Tengah. Adapun Kerajaan-Kerajaan di Nusantara :

I.Kerajaan Salakanagara

Salakanagara, berdasarkan Naskah Wangsakerta - Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara (yang disusun sebuah panitia dengan ketuanya Pangeran Wangsakerta) diperkirakan merupakan kerajaan paling awal yang ada di Nusantara. Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Konon, kota inilah yang disebut Argyre oleh Ptolemeus (Gubernur di Yunani) dalam tahun 150 M, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang.

Raja pertama Salakanagara bernama Dewawarman yang berasal dari India. Ia mula-mula menjadi duta negaranya (India) di Pulau Jawa Rajatapura adalah ibukota Salakanagara yang hingga tahun 362 M menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).

Sementara Jayasinghawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Maurya.

MATA PERDAGANGANNYA ; bidang ekspor :lada , kapas, madu, rotan, serta kayu cendana (garam, merica pala, padi,adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu: kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan tembaga (Wheatley, 1959).), dan hasil-hasil bumi. , bidang impornya : emas,perak,tembaga,sutra,porselen dan permata

HUBUNGAN INTERNASIONAL dengan : India,Yunani,Romawi dan Tiongkok.

II.Kerajaan Tarumanagara

Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan sebuah "kota pelabuhan sungai" yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan Cianten. Pada Naskah Wangsakerta dari Cirebon itu, Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati, sedangkan putranya di tepi kali Candrabaga.

MATA PERDAGANGANNYA , bidang ekspor : kopi,lada, kapas, madu, rotan, serta kayu cendana ( garam, merica pala,padi, adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu: kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan tembaga (Wheatley, 1959).), dan hasil-hasil bumi, bidang impornya : emas,perak,tembaga,sutra,porselen dan permata.

HUBUNGAN INTERNASIONAL dengan : India,Yunani,Romawi dan Tiongkok.

III.Kerajaan Sunda Galuh

Kerajaan Sunda Galuh adalah suatu kerajaan yang merupakan penyatuan dua kerajaan besar di Tanah Sunda yang saling terkait erat, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Kedua kerajaan tersebut merupakan pecahan dari kerajaan Tarumanagara. Tarusbawa yang berasal dari Kerajaan Sunda Sambawa, di tahun 669 M menggantikan kedudukan mertuanya yaitu Linggawarman raja Tarumanagara yang terakhir. Karena pamor Tarumanagara pada zamannya sudah sangat menurun, ia ingin mengembalikan keharuman zaman Purnawarman yang berkedudukan di purasaba (ibukota) Sundapura.

MATA PERDAGANGANNYA , bidang ekspor : kopi,lada, kapas, madu, rotan, serta kayu cendana (garam, merica pala,padi, adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu: kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan tembaga (Wheatley, 1959).), dan hasil-hasil bumi, bidang impornya : emas,perak,tembaga,sutra,porselen dan permata.

HUBUNGAN INTERNASIONAL dengan: India,Yunani,Romawi dan Tiongkok.

IV.Kerajaan Kalingga

Kalingga adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Tengah, yang pusatnya berada di daerah Kabupaten Jepara sekarang. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.

Putri Maharani Shima, PARWATI, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang bernama MANDIMINYAK, yang kemudian menjadi raja ke 2 dari Kerajaan Galuh.

MATA PERDAGANGANNYA , bidang ekspor : kopi,lada, kapas, madu, rotan, serta kayu cendana ( garam, merica pala, padi,adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu: kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan tembaga (Wheatley, 1959). ),dan hasil-hasil bumi, bidang impornya : emas,perak,tembaga,sutra,porselen dan permata.

HUBUNGAN INTERNASIONAL dengan: India,Yunani,Romawi dan Tiongkok.

V.Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran adalah sebuah kerajaan yang diperkirakan beribukotanya di Pakuan (Bogor) di Jawa Barat. Dalam naskah-naskah kuno nusantara, kerajaan ini sering pula disebut dengan nama Negeri Sunda, Pasundan, atau berdasarkan nama ibukotanya yaitu Pakuan Pajajaran. Beberapa catatan menyebutkan bahwa kerajaan ini didirikan tahun 923 oleh Sri Jayabhupati, seperti yang disebutkan dalam prasasti Sanghyang Tapak. Sejarah kerajaan ini tidak dapat terlepas dari kerajaan-kerajaan pendahulunya di daerah Jawa Barat, yaitu Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, dan Kawali.

MATA PERDAGANGANNYA , bidang ekspor : kopi,lada, kapas, madu, rotan, serta kayu cendana garam, merica pala, padi,adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu: kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan tembaga (Wheatley, 1959).), dan hasil-hasil bumi, bidang impornya : emas,perak,tembaga,sutra,porselen dan permata.

HUBUNGAN INTERNASIONAL dengan: India,Yunani,Romawi dan Tiongkok.

VI.Kerajaan Medang

Kerajaan Medang adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian pindah ke Jawa Timur pada abad ke-10, dan akhirnya runtuh pada awal abad Kerajaan Medang periode Jawa Tengah biasa pula disebut dengan nama Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu.ke-II.

Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan jelas bahwa raja pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu) adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

MATA PERDAGANGANNYA , bidang ekspor : kopi,lada, kapas, madu, rotan, serta kayu cendana (garam, merica pala, padi,adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu: kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan tembaga (Wheatley, 1959).), dan hasil-hasil bumi, bidang impornya : emas,perak,tembaga,sutra,porselen dan permata.

HUBUNGAN INTERNASIONAL dengan: India,Yunani,Romawi dan Tiongkok.

VII.Kerajaan Kahuripan

Kahuripan adalah nama yang lazim dipakai untuk sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Airlangga pada tahun 1009. Kerajaan ini dibangun sebagai kelanjutan Kerajaan Medang yang runtuh tahun 1006.

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membagi kerajaannya menjadi dua, yaitu bagian barat bernama Kadiri beribu kota di Daha, diserahkan kepada Sri Samarawijaya, serta bagian timur bernama Janggala beribu kota di Kahuripan, diserahkan kepada Mapanji Garasakan.

Pararaton mencatat beberapa nama yang pernah menjabat sebagai Bhatara i Kahuripan, atau disingkat Bhre Kahuripan. Yang pertama ialah Tribhuwana Tunggadewi putri Raden Wijaya. Setelah tahun 1319, pemerintahannya dibantu oleh Gajah Mada yang diangkat sebagai patih Kahuripan, karena berjasa menumpas pemberontakan Ra Kuti.

Hayam Wuruk sewaktu menjabat yuwaraja juga berkedudukan sebagai raja Kahuripan bergelar Jiwanarajyapratistha. Setelah naik takhta Majapahit, gelar Bhre Kahuripan kembali dijabat ibunya, yaitu Tribhuwana Tunggadewi.

Sepeninggal Tribhuwana Tunggadewi yang menjabat Bhre Kahuripan adalah cucunya, yang bernama Surawardhani. Lalu digantikan putranya, yaitu Ratnapangkaja.

MATA PERDAGANGANNYA , bidang ekspor : kopi,lada, kapas, madu, rotan, serta kayu cendana (garam, merica pala, padi,adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu: kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan tembaga (Wheatley, 1959).), dan hasil-hasil bumi, bidang impornya : emas,perak,tembaga,sutra,porselen dan permata.

HUBUNGAN INTERNASIONAL dengan: India,Yunani,Romawi dan Tiongkok.

VIII.Kerajaan Janggala

Janggala adalah salah satu dari dua pecahan kerajaan yang dipimpin oleh Airlangga dari Wangsa Isyana. Kerajaan ini berdiri tahun 1042, dan berakhir sekitar tahun 1130-an. Lokasi pusat kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di wilayah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Selanjutnya, Panji Asmarabangun digantikan putranya yang bernama Kuda Laleyan, bergelar Prabu Surya Amiluhur. Baru dua tahun bertakhta, Kerajaan Janggala tenggelam oleh bencana banjir. Surya Amiluhur terpaksa pindah ke barat mendirikan Kerajaan Pajajaran.

MATA PERDAGANGANNYA , bidang ekspor : kopi,lada, kapas, madu, rotan, serta kayu cendana (garam, merica pala, padi,adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu: kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan tembaga (Wheatley, 1959).), dan hasil-hasil bumi, bidang impornya : emas,perak,tembaga,sutra,porselen dan permata.

HUBUNGAN INTERNASIONAL dengan: India,Yunani,Romawi dan Tiongkok.

IX.Kerajaan Kadiri

Kerajaan Kadiri atau Kerajaan Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang.

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha.

Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang.

Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan Panjalu mengalami masa kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.

MATA PERDAGANGANNYA , bidang ekspor : kopi,lada, kapas, madu, rotan, serta kayu cendana (garam, merica pala, adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu: kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan tembaga (Wheatley, 1959). ),dan hasil-hasil bumi, bidang impornya : emas,perak,tembaga,sutra,porselen dan permata.

HUBUNGAN INTERNASIONAL dengan: India,Yunani,Romawi,Arab ,dan Tiongkok.

X.Kerajaan Singhasari

Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang.

Berdasarkan prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya ialah Kerajaan Tumapel. Menurut Nagarakretagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja.

Pada tahun 1254, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama Kerajaan Singhasari.

MATA PERDAGANGANNYA , bidang ekspor : kopi,lada, kapas, madu, rotan, serta kayu cendana (garam, merica pala, adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu: kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan tembaga (Wheatley, 1959).), dan hasil-hasil bumi, bidang impornya : emas,perak,tembaga,sutra,porselen dan permata.

HUBUNGAN INTERNASIONAL dengan: India,Yunani,Romawi,Arab, dan Tiongkok.

XI.Majapahit

Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Majapahit menguasai kerajaan-kerajaan lainnya di semenanjung Malaya, Borneo, Sumatra, Bali, dan Filipina.

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu terakhir di semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia.[2] Kekuasaannya terbentang di Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo dan Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.[3]

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina.

Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja.

Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu pada tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana.

MATA PERDAGANGANNYA , bidang ekspor : kopi,lada, kapas, madu, rotan, serta kayu cendana (garam, merica pala, adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu: kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan tembaga (Wheatley, 1959).), dan hasil-hasil bumi, bidang impornya : emas,perak,tembaga,sutra,porselen,permata,mutiara, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan.

HUBUNGAN INTERNASIONAL dengan: India,Yunani,Romawi ,Arab,dan Tiongkok.

Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

Nusantara Sebelum Kedatangan Bangsa Barat

Sebelum kedatangan bangsa barat, Nusantara telah berkembang menjadi wilayah

perdagangan internasional. Pada saat itu terdapat dua jalur perniagaan internasional

yang digunakan oleh para pedagang, yaitu.

1. Jalur perniagaan melalui darat atau lebih dikenal dengan “Jalur Sutra” (Silk

Road) yang dimulai dari daratan Tiongkok (Cina) melalui Asia Tengah,

Turkistan hingga ke Laut Tengah. Jalur ini juga berhubungan dengan jalanjalan

yang dipergunakan oleh kafilah India. Jalur ini merupakan jalur paling

tua yang menghubungkan antara Cina dan Eropa.

2. Jalur perniagaan melalui laut yang dimulai dari Cina melalui Laut Cina

kemudian Selat Malaka, Calicut (India), lalu ke Teluk Persia melalui Syam

(Syuria) sampai ke Laut Tengah atau melalui Laut Merah sampai ke Mesir lalu

menuju Laut Tengah.

Melalui jalur perniagaan laut komoditi ekspor dari wilayah Nusantara menyebar di

pasaran India dan kekaisaran Romawi (Byzantium) yang terus menyebar ke wilayah

Eropa. Komoditi ekspor tersebut antara lain terdiri atas rempah-rempah, kayu wangi,

kapur barus dan kemenyan.

Sejak masa kerajaan lama (baik pada masa kejayaan Hindu-Budha maupun Islam)

pengaruh raja-raja atau sultan-sultan dari masing-masing kerajaan dalam dunia

perdagangan cukup besar. Mereka bertindak tidak sekedar sebagai pengontrol

keamanan atau penarik pajak saja, namun sering kali juga bertindak sebagai pemilik

modal. Pada dasarnya dunia perdagangan di wilayah Nusantara pada waktu itu

mempunyai sifat politis dan kapitalistik. Ada dua kerajaan utama di Nusantara yang

mempunyai andil besar dalam meramaikan perniagaan Internasional pada kurun

abad ke-7 hinga ke-15, yaitu Sriwijaya di Sumatera dan Majapahit di Jawa.

Keduanya adalah kerajaan Hindu-Budha. Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu

kerajaan pantai yang kekuatan ekonominya bertumpu pada perdagangan

internasional. Sriwijaya berhubungan dengan jalan raya perdagangan internasional

dari Cina ke Eropa melalui Selat Malaka.

Pada abad ke-7 hingga ke-13 kerajaan tersebut tumbuh dan berkembang menjadi

pusat perdagangan di wilayah Indonesia Barat, terutama setelah berhasil menguasai

dan mengamankan jalur perdagangan di sekitar Selat Malaka. Sriwijaya mewajibkan

setiap kapal dagang yang lewat Selat Malaka untuk singgah ke pelabuhan Sriwijaya.

Oleh karena itu, kerajaan tersebut sering dikunjungi para pedagang dari Persia,

Arab, India, dan Cina untuk memperdagangkan barang-barang dari negerinya atau

negeri-negeri yang dilaluinya. Barang-barang tersebut antara lain berupa tekstil,

kapur barus, mutiara, kayu berharga, rempah-rempah, gading, kain katun dan

sengkelat, perak, emas, sutera, pecah belah serta gula.

Selain sebagai pusat perdagangan, Sriwijaya juga mempunyai kapal-kapal sendiri

untuk perniagaannya. Pelayaran kapal-kapal niaga Sriwijaya meliputi Asia Tenggara

sampai India, bahkan hingga Madagaskar. Dominasi perdagangan Sriwijaya mulai

mengalami masa surut ketika mendapat serangan dari kerajaan Cola, India pada

abad ke-11. Selanjutnya pada abad ke-13 kedudukannya terdesak oleh kerajaan-kerajaan

di Jawa Timur, terutama Singosari dengan pemimpinnya Kertanegara yang

mengirimkan ekspedisi Pamalayu hingga ke Tumasik.

Akhirnya keberadaan Sriwijaya betul-betul hilang setelah Majapahit mengirimkan

ekspedisi ke wilayah itu. Sejak 1293 sampai 1500 Majapahit yang berpusat di Jawa

(Timur) tampil sebagai pengganti Sriwijaya. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk

dan Patih Gajah Mada, Majapahit mencapai puncak kekuasaannya. Kerajaan tersebut

adalah kerajaan agraris dan sekaligus merupakan kerajaan perdagangan. Dengan

angkatan laut yang kuat, wilayah kekuasaan Majapahit terbentang dari Maluku

hingga Sumatera Utara. Perniagaannya tidak terbatas pada perdagangan dan

pelayaran pantai saja, melainkan juga perdagangan seberang laut melalui Malak

menuju Samudera Hindia.

Pada saat yang sama, menurut Marcopolo, di Sumatera terdapat kerajaan Tumasik

dan Samudra Pasai. Pasai merupakan kerajaan Islam yang mempunyai posisi kuat

dalam bidang politik dan ekonomi sehingga mampu mempertahankan kedaulatannya

atas Malaka. Namun demikian Pasai mengakui kekuasaan kerajaan Hindhu-Budha

Majapahit di Jawa dan juga kekaisaran Cina.. Sebagai pusat perdagangan, Pasai

banyak melakukan hubungan dagang dengan Gujarat, Benggala serta kota-kota

pelabuhan di pantai utara Jawa. Selain lada, Pasai juga mengekspor beberapa

barang dagangan lain, diantaranya yaitu sutra, kapur barus dan emas yang diperoleh

dari daerah pedalaman. Sedangkan sutra, orang-orang Pasai memperoleh

kemampuan mengolah sutra dari orang-orang Cina.

Jaman perdagangan mengakibatkan permintaan secara berkelanjutan akan mata

uang. Mata uang dalam bentuk perak, tembaga dan timah merupakan barang

dagangan paling penting yang mengalir ke wilayah Asia, termasuk Nusantara. Di

wilayah itu terdapat keadaan terbuka yang lebih lama bagi saudagar asing dan mata

uang mereka, meski mata uang pribumi (lokal), khususnya yang dari emas, juga

banyak dicetak. Beberapa uang asing yang telah beredar pada masa itu adalah uang

Cina, Jepang, India dan Persia.

Pada rentang abad ke-9 sampai 13, beberapa kerajaan seperti Kerajaan Kediri, Aceh

dan Sulawesi telah mempunyai uang logam dari emas; kerajaan di Bangka, Cirebon,

Pontianak, Maluku dan Banten telah mempunyai uang logam dari timah, perak dan

tembaga. Emas pada masa itu menjadi alat ukur nilai, selain itu berfungsi juga

sebagai sarana untuk menabung dan tanda status bagi seorang Raja. Namun

demikian jauh sebelum masa itu, masyarakat telah mengenal mata uang dalam

bentuk sederhana sebagai alat pembayaran, seperti manik-manik di Bengkulu dan

Pekalongan, gelang di Majalengka dan Sulawesi Selatan, belincung di Bekasi, Moko

di Nusa Tenggara Timur, dan kerang di Papua.

Mata uang tembaga Cina, dan mata uang lokal yang terbuat dari timah, merupakan

peletak dasar untuk komersialisasi yang makin meningkat di kawasan itu setelah

tahun 1400 (abad ke-15). Mata uang Cina disebut dengan uang cash (sansakerta),

tetapi orang Portugis menyebutnya dengan caixa khususnya untuk mata uang

tembaga Cina yang diekspor dan istilah tersebut juga digunakan oleh bangsa Eropa

yang lainnya. Sedangkan masyarakat Jawa menyebutnya dengan picis. Mata uang ini

berbentuk bulat kecil mempunyai lubang persegi ditengahnya agar dapat diikat

menjadi satu bundel senilai seribu (puon), enam ratus atau jumlah lainnya yang

lazim dilakukan masa itu.

Pada Juni 1599, John Davis, seorang pelaut Inggris yang bekerja pada kapal

Belanda, melaporkan bahwa di Aceh terdapat berbagai macam alat pembayaran

seperti cashes, mas, cowpan (kupang), perdaw dan tayel (tahil). Ia membuat

semacam daftar kurs mata uang di Aceh pada waktu itu, sebagai berikut :

1600 cashes = 1 mas

400 cashes = 1 kupang

5 mas = 4 shilling sterling

4 mas = 1 perdaw (di Aceh disebut pardu)

4 perdaw = 1 tahil

Dalam sumber lain disebutkan pula bahwa satu tail (tahil) sama dengan 16 mas

(dirham). Satu Ringgit Spanyol (Real Spanyol) sama dengan 16 mas (dirham).

XII.Kesultanan Demak

Kesultanan Demak atau Kesultanan Demak Bintara adalah kesultanan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Kesultanan ini sebelumnya merupakan keadipatian (kadipaten) vazal dari kerajaan Majapahit, dan tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya. Kesultanan Demak tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaan Kesultanan Demak beralih ke Kesultanan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir.

Pada saat kerajaan Majapahit mengalami masa surut, secara praktis wilayah-wilayah kekuasaannya mulai memisahkan diri. Wilayah-wilayah yang terbagi menjadi kadipaten-kadipaten tersebut saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit. Pada masa itu arus kekuasaan mengerucut pada dua adipati,[rujukan?] yaitu Raden Patah dan Ki Ageng Pengging. Sementara Raden Patah mendapat dukungan dari Walisongo, Ki Ageng Pengging mendapat dukungan dari Syekh Siti Jenar.

MATA PERDAGANGANNYA , bidang ekspor : kopi,lada, kapas, madu, rotan, serta kayu cendana (garam, merica pala, adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu: kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan tembaga (Wheatley, 1959). ),dan hasil-hasil bumi, bidang impornya : emas,perak,tembaga,sutra,porselen,permata,mutiara, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Demak kelanjutan Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan.

HUBUNGAN INTERNASIONAL : India,Yunani,Romawi,Portugis,Arab, dan Tiongkok.

Demak kelanjutan Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

Perkembangan Eropa : Asal Mula Bank-Bank

Pada 1453 Dinasti Usmani (Ottoman) Turki yang dipimpin oleh Sultan Muhammad II

(1451-1481) berhasil menguasai Konstantinopel, ibu kota Imperium Romawi-

Byzantium (Romawi Timur). Sejak saat itu, pusat perkembangan ekonomi dan politik

dunia abad ke-14 sampai dengan awal abad ke-15 ada di tangan Imperium Turki

Usmani yang segera menguasai wilayah-wilayah strategis yang semula dikuasai oleh

orang-orang Eropa, khususnya Romawi-Byzantium.

Jatuhnya kekuasaan Romawi-Byzantium mengakibatkan tertutupnya perdagangan di

Laut Tengah bagi orang-orang Eropa. Penguasa Turki Usmani menjalankan politik

yang mempersulit pedagang Eropa beroperasi di daerah kekuasaannya. Keadaan

tersebut menyebabkan mundurnya hubungan dagang antara dunia Timur dengan

Eropa, sehingga barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang Eropa

menjadi berkurang di pasaran Eropa, terutama rempah-rempah. Untuk itu para

pedagang Eropa akhirnya mencari jalan alternatif sendiri dengan menjelajah secara

langsung tempat penghasil rempah-rempah tersebut.

Penjelajahan bangsa Eropa ini dipelopori oleh bangsa Spanyol, Portugis dan diikuti

oleh Belanda, Inggris, dan Perancis. Selain faktor jatuhnya Konstantinopel,

penjelajahan bangsa Eropa juga disebabkan oleh beberapa faktor berikut.

1. Semangat Reconquesta, yaitu semangat mengalahkan atau menaklukkan

sebagai pembalasan terhadap kekuasaan Islam dimanapun yang mereka

jumpai

2. Kisah perjalanan Marcopolo ke dunia Timur, yaitu kisah perjalanannya dari

negeri Cina melalui pelayaran atau lautan

3. Penemuan Copernicus yang didukung oleh Galileo yang menyatakan bahwa

bumi bulat

4. Penemuan Kompas (penunjuk arah mata angin)

Maka, pada abad ke-15 dan permulaan abad ke-16, pelaut-pelaut bangsa Eropa

telah berhasil menjelajahi samudera yang luas dan sampai ke negeri-negeri baru

seperti Amerika, Afrika dan Asia termasuk wilayah Nusantara. Semenjak itu kegiatan

perdagangan yang semula berada di Laut Tengah berpindah ke lautan yang lebih

luas yaitu Samudera Atlantik. Dalam perdagangan ini bangsa Spanyol, Belanda,

Inggris, dan Perancis berhasil mendapatkan keuntungan dari pusat-pusat

perdagangan yang sangat strategis dari daerah kekuasaannya. Kekayaan akan

logam mulia mengalir ke Eropa terutama melalui negara Spanyol, Portugis, Belanda,

dan Inggris.

Dari keuntungan perdagangan itulah, pada abad ke-16 dan ke-17 banyak negara

Eropa yang telah berhasil menemukan bentuk dan identitasnya serta telah menjadi

negara nasional yang mempunyai kedudukan kuat di dalam negeri dengan cara

menyelenggarakan administrasi negara melalui sistem birokrasi dan memperkuat

angkatan perangnya. Pada saat itu negara yang paling kaya merupakan negara yang

paling berkuasa karena sanggup memerintah wilayah kekuasaannya yang luas.

Perkembangan yang pesat dalam perdagangan itu melahirkan paham merkantilisme

yang dianut oleh negara-negara di Eropa. Merkantilisme merupakan cara untuk

mengatur kegiatan ekonomi melalui campur tangan Pemerintah dalam pertumbuhan

kapitalisme pada awal jaman modern di Eropa. Negara-negara penganut

merkantilisme menggunakan emas dan perak sebagai standar kekayaan. Kemudian

dilengkapi lagi dengan uang kertas dan berbagai bentuk kredit. Hal ini dilakukan

karena kaum usahawan sangat memerlukan modal dan alat penukar. Paham ini

menopang berlangsungnya kolonialisme dan imperialisme kuno.

Sebagai kelanjutan dari perkembangan tersebut, pada akhir abad ke-18, di Eropa

Barat mulai muncul revolusi industri sebagai perubahan yang radikal dan cepat

terhadap perkembangan kemampuan manusia dalam menciptakan peralatan kerja

untuk meningkatkan hasil produksi. Pada saat itu terjadi perubahan yang cepat di

bidang ekonomi, yaitu dari kegiatan ekonomi agraris beralih ke ekonomi industri

dengan menggunakan mesin. Revolusi Industri berawal dari Inggris, kemudian

berkembang ke daratan Eropa dan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Hingga

nantinya, tatkala negara-negara Eropa mengalami puncak industrialisasi pada abad

ke-19 lahirlah praktek kolonialisme dan imperialisme modern.

Secara umum, revolusi industri mempunyai dampak yang sangat luas dalam

berbagai bidang kehidupan manusia seperti.

1. Munculnya industri secara besar-besaran

2. Munculnya golongan borjuis dan golongan buruh

3. Munculnya urbanisasi, yang ditandai dengan perpindahan penduduk daerah

pertanian ke daerah kota untuk bekerja sebagai buruh industri

4. Munculnya kapitalisme modern, di mana uang memegang peranan yang

sangat penting

Kegiatan ekspansi bangsa Eropa, revolusi perdagangan, dan industrialisasi

mempunyai hubungan erat dengan masalah pemerintahan, perusahaan, dan bank,

terutama sebagai sumber pembiayaan bagi perniagaan perusahaan-perusahaan

Eropa di wilayah koloninya. Embrio perbankan modern pertama kali muncul di Eropa

pada awal abad ke-15 dan 16, meski belum berbentuk lembaga Bank Sentral dan

belum mempunyai standarisasi nilai mata uang. Di beberapa kota yang menjadi

pusat perdagangan, berdiri lembaga perbankan, misalnya Barcelona (1401), Genoa

(1404), Venesia (1587), Milan (1593), Amsterdam (1609), Hamburg (1619), dan

London (1694).

Adapun proses munculnya lembaga Bank Sentral mulai tampak sekitar paruh kedua

abad ke-18, tepatnya saat Raja Inggris menunjuk Bank of England sebagai Bank

Sirkulasi dan bankers bank di wilayah Inggris pada 1773. Langkah tersebut

kemudian diikuti oleh Perancis dengan menunjuk Banque de France (1800), Swedia

menunjuk Riskbank (1809), dan Belanda menunjuk De Nederlandsche Bank (1814)

sebagai Bank Sentral-nya.

Nusantara Sesudah Kedatangan Bangsa Barat

Hingga abad ke-10 pelayaran niaga masih menempuh satu jalur yang tidak terputusputus

dari timur ke barat atau sebaliknya. Sampai dengan abad itu belum ada

pelabuhan-pelabuhan yang memiliki cukup banyak fasilitas untuk dijadikan tempat

singgah dalam jalur niaga yang panjang. Sejak abad ke-10 dan ke-11 muncul kota

pelabuhan yang disebut dengan “emporium”, yaitu suatu kota pelabuhan dengan

fasilitas lengkap yang memudahkan para pelaut untuk memperbaiki kapal-kapalnya

sekaligus melakukan transaksi perdagangan. Dalam setiap emporium biasanya

terdapat pengusaha yang memiliki modal cukup besar sehingga mampu

menyediakan fasilitas kredit, gudang-gudang, usaha dagang dan bahkan sewa dan

jual beli kapal untuk ekspedisi dagang.

Lahirnya sistem”emporia” telah memudahkan pelayaran niaga. Para pedagang tidak

lagi dipaksa untuk menempuh seluruh jalur dari timur ke barat untuk memasarkan

barang dagangannya. Tetapi, dengan menempuh satu emporium saja, maka

komoditi dagangnya akan dibawa para pedagang lain menyebar ke emporiumemporium

di wilayah lain. Dengan demikian sistem emporia telah menyebabkan jalur

perdagangan menjadi lebih pendek. Berbagai emporium yang muncul pada abad itu

adalah Aden dan Mocha di Laut Merah; Muskat, Bandar Abas dan Hormuz di Teluk

Persia; Kambai dan Kalikut di Laut Arab; Satgaon di Teluk Benggala; Zaiton dan

Nanking di Laut Cina serta Malaka di Selat Malaka.

Pada abad ke-15, Malaka mulai menggeser kedudukan Samudra Pasai dalam dunia

perdagangan internasional. Secara geografis, letak Malaka cukup strategis dan lebih

menguntungkan dibandingkan Pasai. Malaka dikenal sebagai pintu gerbang

Nusantara yang terletak pada jalan silang antara wilayah timur dan wilayah barat

Asia. Sebagaimana Sriwijaya, Malaka dapat dikatakan tidak memproduksi sendiri

bahan-bahan hasil bumi atau pertambangannya, tetapi mendatangkan dari wilayah

lain. Namun dengan kekuatan hubungan diplomatiknya dengan berbagai negara kuat

seperti Cina, Siam dan Majapahit, kerajaan Malaka berkembang menjadi emporium

terbesar di kawasan Asia. Terlebih lagi setelah penguasa Malaka menjadi penganut

Islam pada 1414, mendorong semakin banyak pedagang Islam dari Arab dan India

melakukan kegiatan perdagangan di Malaka.

Pesatnya perkembangan Malaka juga didukung oleh kebijakan yang ditempuh para

penguasanya. Mereka berusaha menumbuhkan sistem birokrasi yang dapat

memenuhi tugasnya dalam mengatur perekonomian Malaka. Salah satu jabatan

yang penting dan berkaitan erat dengan perdagangan di pelabuhan adalah

Syahbandar. Di Malaka, terdapat empat syahbandar yang dipilih secara langsung

oleh para pedagang asing dari berbagai kelompok bangsa untuk mengurusi

kepentingan mereka masing-masing. Kedudukan strategis Malaka itu terdengar oleh

orang-orang Portugis yang telah berhasil mendirikan suatu kantor dagang di Goa,

India. Untuk itu Affonso d’Albuquerque, seorang panglima Portugis di Goa

bermaksud mengadakan hubungan dengan Malaka. Suatu utusan Portugis dipimpin

oleh Lopez Squeira pada 1509 tiba di Malaka untuk mengadakan hubungan dagang

dengan Malaka. Namun penguasa Malaka enggan untuk menerimanya, bahkan

mereka menyerang orang-orang Portugis yang tiba di Malaka saat itu. Hingga

akhirnya, dengan dipimpin langsung oleh Panglima Portugis, Affonso d’Albuquerque,

Portugis merebut Malaka pada 1511. Mereka berharap dengan menguasai Malaka

akan dapat merampas seluruh perdagangan merica di Asia. Namun harapan mereka

tidak terpenuhi, mengingat Malaka tidak memproduksi hasil-hasil perdagangan

(ekspor) apa pun, termasuk merica yang mereka cari-cari selama ini. Tetapi Malaka

semata-mata emporium yang berfungsi sebagai pelabuhan transit bagi para

pedagang di wilayah Asia.

Setelah menguasai Malaka, orang-orang Portugis melanjutkan perjalanannya ke

Maluku, tepatnya ke Banda yang merupakan tempat pengumpulan rempah-rempah

di Maluku. Di Banda Portugis mendapatkan pala, cengkeh dan fuli. Rempah-rempah

tersebut mereka tukar dengan bahan pakaian dari India. Dengan ini suasana

perdagangan yang ramai timbul di pulau Banda. Pada 1521 bangsa Spanyol datang

dengan dua kapal melalui Filipina dan Kalimantan Utara menuju kepulauan Maluku,

yaitu Tidore, Bacan dan Jailolo. Kedatangan mereka diterima dengan baik, ketika

mereka pulang beberapa pedagang mereka menetap di Tidore, tetapi mereka

mendapat serangan dari Portugis. Kedatangan bangsa Spanyol ke Maluku tidak

disukai oleh bangsa Portugis, karena mereka tidak menghendaki ada bangsa Eropa

lain yang menjadi pesaing monopoli perdagangan mereka di Maluku. Akan tetapi

karena sikap baik yang ditunjukakan oleh bangsa Spanyol, masyarakat Maluku lebih

menyukai mereka daripada bangsa Portugis. Oleh karena itu kapal-kapal mereka

terus mengunjungi Maluku hingga 1534. Namun karena adanya perjanjian dengan

bangsa Portugis sejak tahun 1534, Spanyol meninggalkan Maluku dan Portugis

mendapat kebebasan penuh untuk melakukan monopoli rempah-rempah di Maluku.

Sejak akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 tiba giliran bagi orang Belanda, Inggris,

Denmark dan Perancis datang ke wilayah Nusantara. Secara khusus, kedatangan

bangsa Belanda didorong oleh dua motif yaitu ekonomi dan petualangan. Pada 1585

ketika Portugal masuk daerah kuasa Spanyol maka peranan bangsa Belanda sebagai

pengangkut dan penyebar rempah-rempah di wilayah Eropa terhenti.

Karena kehilangan mata pencaharian tersebut, bangsa Belanda memutuskan untuk

mendapatkan rempah-rempah secara langsung dari kepulauan Nusantara. Pada

1595 armada bangsa Belanda, yang terdiri dari empat kapal dagang, untuk pertama

kalinya berlayar ke Hindia Timur dibawah pimpinan Cournelis de Houtman. Armada

tersebut sampai di Banten pada 1596. Karena mengharapkan keuntungan yang

berlimpah, permintaan Belanda kepada Banten atas sejumlah besar lada diluar

kemampuannya untuk membayar menimbulkan ketegangan antara mereka.

Kemudian Belanda meninggalkan pelabuhan Banten dengan menembaki kota

Banten. Sikap kasar tersebut menyebar ke seluruh pelabuhan di pesisir utara Jawa,

sehingga Belanda mengalami kesulitan untuk mengadakan hubungan dagang.

Armada pertama tersebut hanya berlayar hingga Bali dan pada 1597 mereka berhasil

kembali ke Belanda dengan membawa banyak rempah-rempah.

Tahun berikutnya, 1598 armada kedua Belanda yang terdiri dari Jacob van Neck,

Waerwijck, Heemskerck di Banten, tiba di banten dan diterima dengan baik oleh

penguasa-penguasa di sana. Hal tersebut disebabkan situasi Banten yang baru saja

mengalami kerugian akibat tindakan orang Portugis dan sikap bangsa Belanda yang

sudah bisa menyesuaikan diri dengan masyarakat Banten. Kedatangan bangsa

Belanda di pelabuhan Tuban dan Maluku juga mendapat sambutan yang baik

daripara penguasa setempat. Hampir setiap pulau di Kepulauan Maluku mereka

singgahi, bahkan mereka juga menempatkan orang-orangnya untuk menampung

hasil panen rempah-rempah. Kedatangan Belanda di Ternate juga diterima dengan

baik karena pada saat itu Sultan Ternate sedang memusuhi Portugis dan Spanyol.

Dengan cara seperti itu, armada Belanda berhasil kembali ke negerinya dengan

kapal-kapal yang sarat muatan rempah-rempah dan keuntungan yang besar.

Pada Maret 1602, setelah perundingan yang alot antara Staten General (Dewan

Perwakilan) dengan perseroan-perseroan di negeri Belanda (Holland dan Zeeland)

dibentuk Vereenidge Oost Indische Compagnie (VOC) berdasarkan suatu oktroi

parlemen yang memberi hak eksklusif kepada perseroan untuk berdagang, berlayar

dan memegang kekuasaan di kawasan antara Tanjung Harapan dan Kepulauan

Salomon. Dalam menjalankan misi dagangnya, VOC mempunyai hak khusus (oktroi)

dalam memperoleh wilayah di Timur, mengadakan perdamaian, perjanjianperjanjian,

menyatakan perang, memiliki kapal perang, mempunyai tentara dan

memiliki benteng pertahanan sendiri.

Tujuan utama dibentuknya VOC seperti tercermin dalam perundingan 15 Januari

1602 adalah untuk “menimbulkan bencana pada musuh dan guna keamanan tanah

air”. Yang dimaksud musuh saat itu adalah Portugis dan Spanyol yang pada kurun

Juni 1580 – Desember 1640 bergabung menjadi satu kekuasaan yang hendak

merebut dominasi perdagangan di Asia. Untuk sementara waktu, melalui VOC

bangsa Belanda masih menjalin hubungan baik bersama masyarakat Nusantara.

Pada tahun-tahun setelah J.P. Coen menjadi Gubernur Jenderal VOC, arah politik

bangsa Belanda semakin jelas bukan hanya terfokus pada perdagangan saja tetapi

juga melaksanakan monopoli perdagangan serta politik kekuasaan terhadap

kerajaan-kerajaan di Nusantara. Lima tahun sebelum menjadi Gubernur Jenderal

(1614) JP Coen berpendapat bahwa perdagangan di Asia harus dilaksanakan dan

dipertahankan dengan perlindungan serta bantuan senjata yang diperoleh dari

keuntungan perdaganga. Menurut Coen perdagangan tidak dapat dipertahankan

tanpa perang, seperti juga perang tidak dapat dipertahankan tanpa perdagangan.

Akhirnya pada Maret 1619 VOC dibawah pimpinan Gubernur Jenderal J.P. Coen

merebut Jayakarta dari tangan Pangeran Wijayakrama dan mengukuhkan

kedudukannya setelah membumi hanguskan kota dengan membangun kota Batavia

di atas puing-puing reruntuhan Jayakarta. Setelah berhasil menguasai Batavia, J.P.

Coen memindahkan kantor pusat dagang VOC dari Ambon ke Batavia, sejak saat itu

Batavia menjadi markas besar perdagangan VOC. Hal itu merupakan langkah paling

penting yang ditempuh oleh bangsa Belanda, mengingat dari Batavia VOC mampu

membangun pusat militer dan administrasi di tempat yang relatif aman bagi

pergudangan dan pertukaran barang serta mudah mencapai jalur-jalur perdagangan

daerah timur Nusantara, Timur Jauh dan Eropa. Pada Desember 1650, VOC tercatat

mempunyai 74 kapal dagang di seluruh wilayah Asia. Jumlah tersebut lebih banyak

dibandingkan jumlah armada para pesaingnya, Inggris, Portugis dan Spanyol. Kapalkapal

dagang VOC dipersenjatai relatif lebih lengkap daripada kapal milik bangsa

lain. Oleh karena itu kapal-kapal Belanda lebih memungkinkan untuk melakukan

berbagai manuver dengan lebih hebat.

Mulai abad ke–15 dapat dikatakan bahwa hampir semua transaksi perdagangan di

Jawa menggunakan mata uang cash milik Cina. Barangkali armada besar Ming

dibawah Cheng Ho itulah yang membuat mata uang Cina begitu terkenal di bandarbandar

kepulauan yang lain seperti Malaka dan Pasai pada awal abad ke-15.

Kemudian penghapusan larangan Kaisar atas perdagangan Cina ke Selatan pada

tahun 1567 tampaknya mengakibatkan arus masuk secara besar-besaran mata uang

tembaga Cina. Akibatnya banyaknya uang yang beredar membuat khawatir Pejabat

Cina, sehingga pada 1590 di Guangdong dan Fujian dibuat mata uang tembaga baru

campuran dengan timah yang murah untuk selanjutnya di edarkan. Pada 1596,

armada pertama Belanda, picis bermutu rendah ini beredar jauh ke pedalaman Jawa.

Karena bermutu rendah, Mata uang picis dari timah campuran tersebut mutunya

dapat dipalsukan dengan mudah. Pada 1633, ketika Belanda (VOC) mulai merasa

bahwa uang picis dapat diperoleh dari orang Cina di Batavia, mereka menjadi

mengetahui bahwa sudah ada industri pembuatan picis Cina di Jawa, khususnya di

Banten, Cirebon dan Jepara. Belanda mengambil keuntungan dari kegiatan tersebut

dengan memberikan timah atas dasar monopoli kepada orang Cina terkemuka di

daerah pendudukan Belanda. Usaha ambil untung VOC tersebut, terhenti ketika

Inggris berhasil memberikan timah dengan harga yang lebih murah. Setelah itu VOC

beralih ke mata uang tembaga sebagai sarana dasarnya untuk memasuki

perekonomian di Asia. Untuk menandingi uang kepeng Cina pada 1727 (atau rentang

waktu 1728–1751) VOC mengedarkan pecahan logam Duit sebagai alat pembayaran

sah menggantikan picis/cash. Namun demikian menurut beberapa catatan periode

penggunaan mata uang picis yang mereka sponsori sangatlah penting guna

membangun Batavia sebagai bandar yang menarik bagi pelaut Nusantara yang

berkeinginan untuk memegang picis dan barang dagangan dari Cina.

Selain itu kedatangan bangsa Barat pada abad ke-16 turut memperbanyak jenis

mata uang yang beredar di wilayah kepulauan Nusantara. Hal tersebut menyebabkan

peranan mata uang lokal semakin terdesak karena beredar tanpa tatanan dan

kontrol yang jelas dan teratur. Salah satu mata uang barat yang paling digemari

secara luas adalah Real Spanyol (Spaanse Matten). Pada abad ke-17 tidak ada mata

uang lokal yang dapat bersaing dengan mata uang Real Spanyol sebagai uang

internasional. Uang itu segera menjadi uang dan satuan hitungan untuk transaksi

internasional. Dalam sepucuk surat dari Gubernur Jenderal dan Dewan VOC di

Batavia kepada negeri Belanda tertanggal 12 Pebruari 1685, mereka minta dikirimi

senilai 350.000 sampai 400.000 Gulden uang yang tersedia, lebih disukai dalam

bentuk real delapan Meksiko/Real Spanyol, karena orang-orang Jawa, Sumatera dan

pulau-pulau sekitarnya lebih menyukai mata uang tersebut karena sudah selama

bertahun-tahun terbiasa menggunakannya.

VOC yang berupaya memonopoli perdagangan di Kepulauan Nusantara meminta ijin

Raja Belanda untuk mencetak mata uang real baru dengan ukuran, berat serta kadar

yang sama untuk menandingi popularitas Real Spanyol. Sekitar awal abad ke-18

mata uang Real Spanyol mulai langka, oleh karena itu kedudukannya mulai tergeser.

Keadaan itu digunakan VOC untuk menjadikan mata uang Belanda (logam perak)

Rijksdaalder sebagai alat pembayaran yang standar di wilayah Nusantara.

Sesungguhnya VOC di Batavia tidak mempunyai mata uang sendiri, membuat uang

merupakan hak kedaulatan VOC yang pelaksanaannya secara ketat berada dalam

pengawasan Staten Generaal. Ketika dalam tahun 1644 –1645 dibuat sejumlah mata

uang darurat dari bahan tembaga dan perak, Heeren XVII langsung memerintahkan

penarikannya dengan sangat. Dengan pengecualian ini, dan selain medali-medali,

VOC tidak membuat uang di Hindia Timur sampai 1744, ketika akhirnya didirikan

sebuah percetakan uang di Batavia. Akibatnya terjadi kekacauan yang besar dalam

peredaran uang di seluruh lingkungan kegiatan VOC. Berbagai macam mata uang

(termasuk Real Spanyol ) yang tiada terbilang jumlahnya dicetak dalam nilai masingmasing.

Hingga sering terjadi perbedaan pendapat antara Heeren XVII dan Gubernur

Jenderal dengan Dewannya di Batavia mengenai penilaian yang berbeda-beda yang

ditetapkan oleh suatu badan.

Pada akhir abad ke-18,VOC telah mengalami kemunduran, beberapa monopolinya di

daerah telah tumbang. Pemerintah Belanda kemudian memulai penyeledikannya

terhadap kondisi VOC dan mengungkap kebangkrutan, skandal dan salah urus dalam

segala bidang. Pada Desember 1794–Januari 1795 Perancis menyerbu negeri

Belanda dan berhasil membentuk pemerintahan boneka Perancis. Berikutnya pada 1

Januari 1800 VOC dibubarkan, kemudian menyusul pembubaran dewan majelis

(Heeren XVII) VOC di Amsterdam. Maka seluruh wilayah kekuasaan VOC beralih

menjadi wilayah kekuasaan pemerintah Belanda.

Pada 1807 Herman William Daendels dikirim ke Batavia untuk menjadi Gubernur

Jenderal di Hindia Timur dengan mengemban tugas reorganisasi pemerintahan,

memperbaiki ekonomi dan mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Daendels

mengalami kesulitan akibat kas pemerintah yang ditinggalkan VOC dalam keadaan

kritis. Ia berusaha meminjam uang sebesar 736.000 Rijksdaalder untuk memperbaiki

kondisi ekonomi di wilayah Hindia Timur, tetapi usaha tersebut tidak berhasil karena

hanya menambah semakin banyaknya mata uang Rijksdaalder yang beredar,

sementara kas pemerintah yang seharusnya ikut menjamin nilai mata uang itu justru

kosong. Daendels dianggap kurang berhasil dalam menjalankan tugasnya, hingga

akhirnya ia diganti oleh Janssen yang kemudian menyerahkan Hindia Timur kepada

Inggris.

Setelah itu pada 1811 Ratu Inggris mengangkat Sir Thomas Stamford Raffles

sebagai Letnan Gubernur Hindia Timur. Pada periode Raffles, ia menarik mata uang

Rijksdaalder sejumlah 8,5 juta (uang kertas) dari peredaran dan dianggap sebagai

hutang pemerintah yang akan dijamin dengan perak. Kemudian mata uang Real

Spanyol dihidupkan kembali sebagai standar mata uang perak. Pada 1813 mata

uang tersebut diganti dengan mata uang Ropij Jawa yang dicetak di Surabaya.

Namun Raffles tidak lama bertahan di Hindia Timur (1811–1815), karena setelah

usainya perang melawan Perancis (Napoleon), Inggris, dan Belanda membuat

kesepakatan bahwa semua wilayah Hindia Timur diserahkan kembali kepada

Belanda. Hal itu menyebabkan upaya Raffles belum sempat memperlihatkan hasilnya

ketika kekuasaannya telah berakhir.

Sejak peralihan kekuasaan tersebut, Hindia Timur disebut sebagai Hindia Belanda

(Nederland Indie) dan diperintah oleh Komisaris Jenderal (1815–1819) yang terdiri

dari Elout, Buyskes dan van der Capellen. Diantara periode tersebut tepatnya pada

1817 pemerintah menerbitkan mata uang baru sebagai ganti Ropij Jawa, yaitu

Gulden Hindia Belanda dengan simbol “f” berarti florin atau gulden. Pada periode itu

pemerintah merasakan beratnya beban kegiatan perekonomian Hindia Belanda tanpa

adanya fasilitas perbankan yang memadai. Dalam hubungan ekspor-impor antara

Hindia Belanda dan Belanda dibutuhkan emas dan perak guna menutupi nilai defisit

dalam Neraca perdagangan. Pemerintah Hindia Belanda harus selalu mendatangkan

emas-perak dari Belanda untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Dan hal itu hanya

bisa dilakukan dengan mudah melalui fasilitas perbankan.

Komisaris Jenderal Leonard Pierre Joseph Burgraaf Du Bus de Gisignies dalam

Kolonisatie Rapport-nya mengatakan bahwa nilai ekspor Jawa sangat rendah jika

dibandingkan dengan daerah koloni Belanda yang lain. Karena itu nilai ekspor Jawa

tidak dapat mengimbangi nilai impornya, terlebih lagi tingkat pendapatan rakyat

yang sangat rendah tidak dapat membayar barang-barang impor secara tunai. Untuk

itu Du Bus menempuh dua kebijakan yaitu menggantikan sistem pemilikan komunal

menjadi individual guna mendorong rakyat untuk bekerja mencari uang dan

mempergunakan lebih banyak modal daripada manusia dengan konsekwensi

mengundang modal asing dari Eropa Barat. Kebijakan “lebih banyak modal daripada

manusia” Du Bus tersebut akhirnya melahirkan gagasan ekonomi liberal yaitu

“kolonisasi Hindia Belanda dengan modal”. Akibat dari kebijakan tersebut akhirnya

menimbulkan kebutuhan akan akan hadirnya lembaga perbankan modern di Hindia

Belanda.

XIII.Kesultanan Pajang

Kesultanan Pajang adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah sebagai kelanjutan Kesultanan Demak. Kompleks keraton, yang sekarang tinggal batas-batas fondasinya saja, berada di perbatasan Kelurahan Pajang, Kota Surakarta dan Desa Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.

Sesungguhnya nama negeri Pajang sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit. Menurut Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365, ada seorang adik perempuan Hayam Wuruk (raja Majapahit saat itu) menjabat sebagai penguasa Pajang, bergelar Bhatara i Pajang, atau disingkat Bhre Pajang. Nama aslinya adalah Dyah Nertaja, yang merupakan ibu dari Wikramawardhana, raja Majapahit selanjutnya.

Dengan dukungan Ratu Kalinyamat (bupati Jepara putri Sultan Trenggana), Hadiwijaya dan para pengikutnya berhasil mengalahkan Arya Penangsang. Ia pun menjadi pewaris takhta Kesultanan Demak, yang ibu kotanya dipindah ke Pajang.

MATA PERDAGANGANNYA , bidang ekspor : kopi,lada, kapas, madu, rotan, serta kayu cendana (garam, merica pala, adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu: kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan tembaga (Wheatley, 1959).), dan hasil-hasil bumi, bidang impornya : emas,perak,tembaga,sutra,porselen,permata,mutiara, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Mataram kelanjutan Demak-Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan.

HUBUNGAN INTERNASIONAL : India,Yunani,Romawi,Portugis,Arab, dan Tiongkok.

Mataram kelanjutan Demak-Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

XIV.Kesultanan Mataram

Kesultanan Mataram adalah kerajaan Islam di Jawa yang didirikan oleh Sutawijaya, keturunan dari Ki Ageng Pemanahan yang mendapat hadiah sebidang tanah dari raja Pajang, Hadiwijaya, atas jasanya. Kerajaan Mataram pada masa keemasannya dapat menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya termasuk Madura serta meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti wilayah Matraman di Jakarta dan sistem persawahan di Karawang.

MATA PERDAGANGANNYA , bidang ekspor : kopi,lada, kapas, madu, rotan, serta kayu cendana garam, merica pala, adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu: kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan tembaga (Wheatley, 1959).), (dan hasil-hasil bumi, bidang impornya : emas,perak,tembaga,sutra,porselen,permata,mutiara, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Mataram kelanjutan Pajang-Demak-Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan.

HUBUNGAN INTERNASIONAL : India,Yunani,Romawi,Portugis,Arab,Spanyol,Inggris,Belanda,dan Tiongkok.

Mataram kelanjutan Pajang-Demak-Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

XV.Kasunanan Kartasura

Kasunanan Kartasura adalah sebuah kerajaan di Pulau Jawa yang berdiri pada tahun 1680 dan berakhir tahun 1742, sebagai kelanjutan dari Kesultanan Mataram. Riwayat kerajaan yang usianya relatif singkat ini cenderung diwarnai oleh perang saudara memperebutkan takhta.

Lokasi pusat Kasunanan Kartasura saat ini diperkirakan terdapat di Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Istana lama Mataram saat itu telah dikuasai oleh Pangeran Puger, putra Amangkurat I lainnya, yang ditugasi sang ayah untuk merebutnya dari tangan Trunajaya. Amangkurat II terpaksa membangun istana baru di Hutan Wanakarta, yang diberi nama Kartasura. Ia mulai pindah ke istana tersebut pada bulan September 1680.

MATA PERDAGANGANNYA , bidang ekspor : kopi,lada, kapas, madu, rotan, serta kayu cendana (garam, merica pala, adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu: kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan tembaga (Wheatley, 1959). ), dan hasil-hasil bumi, bidang impornya : emas,perak,tembaga,sutra,porselen,permata,mutiara, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Kartasura kelanjutan Mataram-Pajang-Demak-Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan.

HUBUNGAN INTERNASIONAL : India,Yunani,Romawi,Portugis,Arab,Spanyol,Inggris,Belanda,dan Tiongkok.

Kartasura kelanjutan Mataram-Pajang-Demak-Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

De Bank Van Leening dan De Bankcourant en Bank van Leening

Hadirnya lembaga perbankan di Hindia Belanda sesungguhnya telah dimulai sejak

masa VOC, yaitu pada perode 1743-1750. Pada saat itu, VOC dipimpin oleh

Gubernur Jenderal Van Imhoff yang menjadikan kondisi perdagangan di Eropa

sebagai acuan dalam menjalankan pemerintahan di Hindia Timur, meskipun

sebenarnya sebagian besar keadaannya jauh berbeda. Akibatnya, lahir banyak

peraturan yang melampui jamannya sehingga gagal dalam pelaksanaannya. Pada

Agustus 1746, dibentuk suatu dewan perdagangan untuk menangani berbagai hal,

seperti penyelesaian kesepakatan dalam perdagangan pihak swasta yang perlu

segera ditangani. Dalam dewan ini, duduk tujuh orang yang diserahi tugas sebagai

penguasa Bank van Leening yang didirikan pada 20 Agustus 1746.

Sebagaimana umumnya bank pada masa itu, jenis kegiatan Bank van Leening tidak

lebih dari suatu rumah pegadaian yang memberikan pinjaman dengan jaminan

barang-barang berupa emas, perak, batu permata, barang-barang perdagangan,

kain-kain, perkakas rumah tangga berukuran dan bernilai sedang serta benda-benda

serupa lainnya. Modal bank ini terdiri atas 300 lembar saham masing-masing bernilai

1000 Ringgit. 200 lembar diantaranya dimiliki Pemerintah dan sisanya oleh pihak

lain, sehingga pada 1 Desember 1746 bank ini sudah dapat beroperasi meski dengan

perlahan karena segala keterbatasannya dalam urusan perdagangan.

Dalam perkembangannya Bank van Leening mengalami kesulitan dalam

mengembangkan modalnya. Hal itu dikarenakan adanya persaingan tidak sehat

dengan para pejabat VOC yang menyalahgunakan kekayaannya dengan pungutan

bunga yang tinggi. Praktek ini menyebabkan jasa bank yang ditawarkan kurang

diminati sehingga pengembangan modal menjadi tersendat-sendat ditambah lagi

bank harus menyerahkan sebagian modalnya dalam bentuk deposito kepada

Pemerintah VOC.

Untuk mengatasi kesulitan tersebut, Pemerintah berdasarkan pasal 1 dari peraturan

Bank van Leening ini akan meningkatkan status bank menjadi bank wesel. Maka

berdasarkan konsep yang disepakati dalam rapat dewan 2 Juni 1752 direncanakan

untuk mendirikan suatu lembaga baru yaitu Bank Courant. Bank Courant ini didirikan

pada 1 September 1752 yang selanjutnya berdasarkan kesepakatan 5 September

1752 digabungkan dengan Bank van Leening sehingga menjadi De Bankcourant en

Bank van Leening. Dengan adanya bank tersebut para pejabat VOC mempunyai

kesempatan untuk menanamkan kekayaan dengan memperoleh bunga dan

mempermudah penatausahaan modalnya.

Sementara itu, sedikit-banyak bank telah mempunyai andil dalam mengembangkan

dunia perdagangan, karena sertifikat deposito atau kertas bank segera beredar

dengan cepat sebagai uang kertas bank yang banyak diminati karena dapat

diuangkan sewaktu-waktu. Karena fungsi tersebut, De Bankcourant en Bank van

Leening dapat dikatakan sebagai pendahulu dari De Javasche Bank pada abad

berikutnya. Namun sebagaimana pendahulunya (Bank van Leening), De Bankcourant

en Bank van Leening juga mengalami kesulitan yang lebih berat. Tapi pihak

Pemerintah VOC tidak mempunyai itikad baik untuk menangani bank meski

mengetahui sebabnya.

Akhirnya pada 1790 terungkap adanya kekurangan uang dalam kas bank sebesar

63.000 Ringgit, sehingga Pemerintah VOC menilai bahwa hal itu tidak dapat

dibiarkan. Maka, melalui keputusan 5 April 1794 bank dinyatakan ditutup. Pihak VOC

mengambil alih dan mengumumkan bahwa kertas bank akan ditukar dalam waktu

dua bulan. Mulai saat itu Bankcourant en Bank van Leening hanya tinggal nama,

meski dibawah pimpinan Gubernur Jenderal Herman William Daendels (1808 – 1811)

pada 14 Juni 1809 bank dinyatakan hidup kembali.

Semasa pemerintahan “antara” Inggris pada periode 1811 – 1816 bank diberi

wewenang untuk mengedarkan uang, tapi mengalami kegagalan total yang berakhir

dengan tidak adanya uang tunai untuk memenuhi kewajiban-kewajiban bank dan

meminta para krediturnya untuk menerima pembayaran berupa kopi, beras dan

sebagainya. Berdasarkan pasal 7 dari konvensi tambahan dengan Inggris tertanggal

24 Juni 1817 bank diambil alih oleh Pemerintah Belanda. Kemudian melalui

pengumuman 27 Januari 1818 kesempatan penukaran uang kertas bank diberikan

sampai 18 Juni 1818 dan setelahnya akan dinyatakan tidak mempunyai nilai lagi.

Dengan demikian bank dinyatakan ditutup.

Sejarah Perkembangan Bank Sentral di Nusantara

Kapal niaga-kapal niaga

Diterjang ombak sampai malaka

Jika tuan hendak membaca

Lupalah jangan sejarah Bank Indonesia

Mari kita ikuti sejarah perkembangan Bank Sentral di Nusantara…

Sebelum kedatangan bangsa barat, Nusantara telah berkembang menjadi wilayah

perdagangan internasional. Pada saat itu terdapat dua jalur perniagaan internasional

yang digunakan oleh para pedagang, jalur darat atau lebih dikenal dengan “Jalur

Sutra” dan jalur laut. Melalui jalur perniagaan yang kedua itulah komoditi ekspor dari

wilayah Nusantara yang antara lain berupa: rempah-rempah, kayu wangi, kapur

barus dan kemenyan, sampai di pasaran India dan kekaisaran Romawi (Byzantium).

Pada masa sebelum kedatangan bangsa barat, ada dua kerajaan utama di Nusantara

yang mempunyai andil besar dalam meramaikan perniagaan Internasional, yaitu

Sriwijaya dan Majapahit. Dalam maraknya perniagaan tersebut belum ada mata

uang baku yang dijadikan nilai standar. Meskipun masyarakat telah mengenal mata

uang dalam bentuk sederhana sebagai alat pembayaran.

Sementara itu pada abad ke-15 bangsa-bangsa Eropa sedang berupaya memperluas

wilayah penjelajahannya di berbagai belahan dunia, termasuk Asia dan Nusantara.

Penjelajahan tersebut dipelopori oleh Spanyol dan Portugis yang kemudian diikuti

oleh Belanda, Inggris dan Perancis sejak jatuhnya Konstantinopel ke tangan

kekuasaan Turki Usmani (1453). Pada abad ke-16 dan 17 berbagai perkembangan

telah terjadi di Eropa, antara lain munculnya paham merkantilisme, yaitu suatu

sistem ekonomi yang memusatkan wewenang pengaturan ekonomi di tangan

pemerintah. Dengan merkantilisme mereka menghimpun dana untuk mendorong

kegiatan penjelajahan. Selanjutnya pada akhir abad ke-18 Revolusi Industri telah

berlangsung di Eropa. Kegiatan industri berkembang dan hasil produksi meningkat

sehingga mendorong kegiatan ekspor ke wilayah Asia, juga Amerika. Pesatnya

perdagangan di Eropa memicu tumbuhnya lembaga pemberi jasa keuangan yang

merupakan cikal-bakal lembaga perbankan modern, antara lain seperti Bank van

Leening di Belanda. Kemudian secara bertahap bank-bank tertentu di wilayah Eropa

seperti Bank of England (1773), Riskbank(1809), Bank of France (1800) berkembang

menjadi Bank Sentral.

Ramainya perdagangan di Asia pada abad ke-15 telah menjadi daya tarik yang

mengantarkan kehadiran ekspedisi perdagangan bangsa-bangsa Eropa di Nusantara.

Terlebih lagi setelah tumbuhnya berbagai kota pelabuhan emporium di sepanjang

jalur perniagaan laut, diantaranya adalah Malaka. Kedatangan bangsa Barat turut

memperbanyak jenis mata uang yang beredar di wilayah Asia Tenggara. Hal tersebut

menyebabkan peranan mata uang lokal semakin terdesak karena beredar tanpa

aturan dan kontrol yang jelas. Uang kepeng Cina, Cassie, mendominasi Jawa dan

Real Spanyol muncul sebagai mata uang barat yang paling digemari secara luas.

Pada 1511 Portugis berhasil menguasai Malaka dan terus bergerak ke arah timur

menuju sumber rempah-rempah di Maluku. Disana mereka menghadapi bangsa

Spanyol yang datang melalui Filipina. Kemudian bangsa Belanda dengan diperkuat

armada tentaranya juga berusaha menguasai sumber-sumber komoditi perdagangan

di Jawa dan Nusantara. Dengan mengibarkan bendera VOC yaitu perusahaan induk

penghimpun perusahan-perusahaan dagang Belanda, mereka mengukuhkan

kekuasaanya di Batavia pada 1619. Untuk memperlancar dan mempermudah

aktifitas perdagangan VOC di Nusantara, pada 1746 didirikan De Bank van Leening

dan kemudian berubah menjadi De Bank Courant en Bank van Leening pada 1752.

Bank van Leening merupakan bank pertama yang beroperasi di Nusantara. Pada

akhir abad ke- 18, VOC telah mengalami kemunduran, bahkan kebangkrutan. Maka

kekuasaan VOC di Nusantara diambil alih oleh Pemerintah Kerajaan Belanda. Setelah

masa pemerintahan Herman William Daendels dan Janssen, Hindia Timur akhirnya

jatuh ke tangan Inggris.

Maka tibalah masa pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles. Pada periode Raffles,

mata uang Rijksdaalder ditarik dari peredaran dan diganti dengan mata uang Real

Spanyol yang selanjutnya pada 1813 diganti dengan mata uang Ropij Jawa. Raffles

tidak lama bertahan di Hindia Timur (1811 – 1815), karena setelah usainya perang

melawan Perancis (Napoleon), Inggris dan Belanda membuat kesepakatan bahwa

semua wilayah Hindia Timur diserahkan kembali kepada Belanda. Sejak saat itu

Hindia Timur disebut sebagai Hindia Belanda (Nederland Indie) dan diperintah oleh

Komisaris Jenderal (1815 – 1819) yang terdiri dari Elout, Buyskes dan van der

Capellen.

XVI.Kasunanan Surakarta

Kasunanan Surakarta Hadiningrat adalah sebuah kerajaan di Jawa Tengah yang berdiri tahun 1745 sebagai kelanjutan dari Kasunanan Kartasura.

Kesunanan Surakarta merupakan kelanjutan Kasunanan Kartasura, yang pada gilirannya adalah kelanjutan Kesultanan Mataram yang runtuh akibat pemberontakan Trunajaya tahun 1677. Kasunanan Kartasura sendiri runtuh akibat pemberontakan orang-orang Cina yang mendapat dukungan dari orang-orang Jawa anti VOC tahun 1742.

Saat itu yang menjadi raja ialah Pakubuwana II. Kota Kartasura berhasil direbut kembali oleh Cakraningrat IV sekutu VOC namun keadaannya sudah rusak parah. Pakubuwana II yang menyingkir ke Ponorogo memutuskan untuk membangun istana baru di desa Sala, bernama Surakarta Hadiningrat.

MATA PERDAGANGANNYA , bidang ekspor : kopi,lada, kapas, madu, rotan, serta kayu cendana (garam, merica pala, adas, cengkeh, kayu gaharu, kayu cendana, damar, kapur barus, gula tebu, pisang, pinang, kapuk, kelapa, gading gajah, kulit penyu, kain sutra dan kain katun. Sedangkan komoditi impor yaitu: kain sutra, payung sutra, pedang, nila, lilin, belanga besi, piring, mangkuk, keramik cina, warangan, tikar pandan, merica, pala, kapur barus, gading, emas, perak dan tembaga (Wheatley, 1959).), dan hasil-hasil bumi, bidang impornya : emas,perak,tembaga,sutra,porselen,permata,mutiara, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Kasunanan Surakarta kelanjutan Kartasura- Mataram-Pajang-Demak-Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan.

HUBUNGAN INTERNASIONAL : India,Yunani,Romawi,Portugis,Arab,Spanyol,Inggris,Belanda,dan Tiongkok.

Kasunanan Surakarta kelanjutan Kartasura- Mataram-Pajang-Demak-Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

Sejarah Perkembangan Bank Sentral di Nusantara

Sebelum kedatangan bangsa barat, Nusantara telah berkembang menjadi wilayah

perdagangan internasional. Pada saat itu terdapat dua jalur perniagaan internasional

yang digunakan oleh para pedagang, jalur darat atau lebih dikenal dengan “Jalur

Sutra” dan jalur laut. Melalui jalur perniagaan yang kedua itulah komoditi ekspor dari

wilayah Nusantara yang antara lain berupa: rempah-rempah, kayu wangi, kapur

barus dan kemenyan, sampai di pasaran India dan kekaisaran Romawi (Byzantium).

Pada masa sebelum kedatangan bangsa barat, ada dua kerajaan utama di Nusantara

yang mempunyai andil besar dalam meramaikan perniagaan Internasional, yaitu

Sriwijaya dan Majapahit. Dalam maraknya perniagaan tersebut belum ada mata

uang baku yang dijadikan nilai standar. Meskipun masyarakat telah mengenal mata

uang dalam bentuk sederhana sebagai alat pembayaran.

Sementara itu pada abad ke-15 bangsa-bangsa Eropa sedang berupaya memperluas

wilayah penjelajahannya di berbagai belahan dunia, termasuk Asia dan Nusantara.

Penjelajahan tersebut dipelopori oleh Spanyol dan Portugis yang kemudian diikuti

oleh Belanda, Inggris dan Perancis sejak jatuhnya Konstantinopel ke tangan

kekuasaan Turki Usmani (1453). Pada abad ke-16 dan 17 berbagai perkembangan

telah terjadi di Eropa, antara lain munculnya paham merkantilisme, yaitu suatu

sistem ekonomi yang memusatkan wewenang pengaturan ekonomi di tangan

pemerintah. Dengan merkantilisme mereka menghimpun dana untuk mendorong

kegiatan penjelajahan. Selanjutnya pada akhir abad ke-18 Revolusi Industri telah

berlangsung di Eropa. Kegiatan industri berkembang dan hasil produksi meningkat

sehingga mendorong kegiatan ekspor ke wilayah Asia, juga Amerika. Pesatnya

perdagangan di Eropa memicu tumbuhnya lembaga pemberi jasa keuangan yang

merupakan cikal-bakal lembaga perbankan modern, antara lain seperti Bank van

Leening di Belanda. Kemudian secara bertahap bank-bank tertentu di wilayah Eropa

seperti Bank of England (1773), Riskbank(1809), Bank of France (1800) berkembang

menjadi Bank Sentral.

Ramainya perdagangan di Asia pada abad ke-15 telah menjadi daya tarik yang

mengantarkan kehadiran ekspedisi perdagangan bangsa-bangsa Eropa di Nusantara.

Terlebih lagi setelah tumbuhnya berbagai kota pelabuhan emporium di sepanjang

jalur perniagaan laut, diantaranya adalah Malaka. Kedatangan bangsa Barat turut

memperbanyak jenis mata uang yang beredar di wilayah Asia Tenggara. Hal tersebut

menyebabkan peranan mata uang lokal semakin terdesak karena beredar tanpa

aturan dan kontrol yang jelas. Uang kepeng Cina, Cassie, mendominasi Jawa dan

Real Spanyol muncul sebagai mata uang barat yang paling digemari secara luas.

Pada 1511 Portugis berhasil menguasai Malaka dan terus bergerak ke arah timur

menuju sumber rempah-rempah di Maluku. Disana mereka menghadapi bangsa

Spanyol yang datang melalui Filipina. Kemudian bangsa Belanda dengan diperkuat

armada tentaranya juga berusaha menguasai sumber-sumber komoditi perdagangan

di Jawa dan Nusantara. Dengan mengibarkan bendera VOC yaitu perusahaan induk

penghimpun perusahan-perusahaan dagang Belanda, mereka mengukuhkan

kekuasaanya di Batavia pada 1619. Untuk memperlancar dan mempermudah

aktifitas perdagangan VOC di Nusantara, pada 1746 didirikan De Bank van Leening

dan kemudian berubah menjadi De Bank Courant en Bank van Leening pada 1752.

Bank van Leening merupakan bank pertama yang beroperasi di Nusantara. Pada

akhir abad ke- 18, VOC telah mengalami kemunduran, bahkan kebangkrutan. Maka

kekuasaan VOC di Nusantara diambil alih oleh Pemerintah Kerajaan Belanda. Setelah

masa pemerintahan Herman William Daendels dan Janssen, Hindia Timur akhirnya

jatuh ke tangan Inggris.

Maka tibalah masa pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles. Pada periode Raffles,

mata uang Rijksdaalder ditarik dari peredaran dan diganti dengan mata uang Real

Spanyol yang selanjutnya pada 1813 diganti dengan mata uang Ropij Jawa. Raffles

tidak lama bertahan di Hindia Timur (1811 – 1815), karena setelah usainya perang

melawan Perancis (Napoleon), Inggris dan Belanda membuat kesepakatan bahwa

semua wilayah Hindia Timur diserahkan kembali kepada Belanda. Sejak saat itu

Hindia Timur disebut sebagai Hindia Belanda (Nederland Indie) dan diperintah oleh

Komisaris Jenderal (1815 – 1819) yang terdiri dari Elout, Buyskes dan van der

Capellen.

DJB berdasarkan Oktroi I – VIII (1828 – 1922)

Gagasan pembentukan bank sirkulasi untuk Hindia Belanda dicetuskan menjelang

keberangkatan Komisaris Jenderal Hindia Belanda Mr. C. T. Elout ke Hindia Belanda.

Kondisi keuangan di Hindia Belanda dianggap telah memerlukan penertiban dan

pengaturan sistem pembayaran dalam bentuk lembaga bank. Pada saat yang sama

kalangan pengusaha di Batavia, Hindia Belanda, telah mendesak didirikannya

lembaga bank guna memenuhi kepentingan bisnis mereka. Meskipun demikian

gagasan tersebut baru mulai diwujudkan ketika Raja Willem I menerbitkan Surat

Kuasa kepada Komisaris Jenderal Hindia Belanda pada 9 Desember 1826. Surat

tersebut memberikan wewenang kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk

membentuk suatu bank berdasarkan wewenang khusus berjangka waktu, atau lazim

disebut Oktroi. Dengan surat kuasa tersebut, pemerintah Hindia Belanda mulai

mempersiapkan berdirinya DJB. Pada 11 Desember 1827, Komisaris Jenderal Hindia

Belanda Leonard Pierre Joseph Burggraaf Du Bus de Gisignies mengeluarkan Surat

Keputusan No. 28 tentang Oktroi dan Ketentuan-Ketentuan mengenai DJB.

Kemudian pada 24 Januari 1828 dengan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Hindia

Belanda No. 25 ditetapkan Akte Pendirian De Javasche Bank. Pada saat yang sama

juga diangkat Mr. C. de Haan sebagai Presiden DJB dan C.J. Smulders sebagai

Sekretaris DJB. Maka terbentuklah De Javasche Bank. Oktroi merupakan ketentuan

dan pedoman b agi DJB dalam menjalankan usahanya. Oktroi DJB pertama berlaku

selama 10 tahun sejak 1 Januari 1828 sampai 31 Desember 1837 dan diperpanjang

sampai dengan 31 Maret 1838. Pada 11 Maret 1828 DJB mencetak uang kertas

pertamakali senilai ƒ 1. 120.000,- dengan pecahan ƒ 1000, ƒ 500, ƒ 300, ƒ 200, ƒ

100, ƒ 50, ƒ 25. Sedangkan untuk mengeluarkan nilai yang lebih kecil, Direksi bank

diwajibkan mengajukan permohonan pada Gubernur Jenderal yang kemudian akan

dilanjutkan ke Negeri Belanda. Pada tahun kedua, DJB mulai membuka kantor

cabang diluar Batavia, yaitu Semarang dan Surabaya. Selanjutnya dalam periode

Oktroi keempat didirikan lima kantor cabang di Jawa maupun luar Jawa yaitu

Padang, Makasar, Cirebon, Solo dan Pasuruan. Kemudian disusul dengan pembukaan

Kantor Cabang Yogyakarta menjelang berakhirnya Oktroi kelima.

Pada periode Oktroi keenam, DJB yang telah berusia 52 tahun melakukan

pembaharuan dasar pendiriannya dengan Akte Pendirian di hadapan Notaris Derk

Bodde di Jakarta pada 22 Maret 1881. Dalam akte baru tersebut, DJB mengubah

statusnya menjadi Naamlooze Vennootschap (N.V.). Dengan perubahan Akte

tersebut, NV.DJB dianggap sebagai perusahaan baru. Selama berlakunya oktroi

keenam, tidak ada penambahan Kantor Cabang baru. Tetapi justru terjadi penutupan

Kantor Cabang Pasuruan pada 31 Maret 1890 karena selalu menderita kerugian

hingga sulit untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oktroi kedelapan

adalah Oktroi DJB terakhir hingga berlakunya DJB Wet pada 1922. Pada periode

Oktroi terakhir ini, DJB banyak mengeluarkan ketentuan baru dalam bidang sistem

pembayaran yang mengarah kepada perbaikan bagi lalu lintas pembayaran di Hindia

Belanda. Oktroi kedepalan berakhir hingga 31 Maret 1921 dan hanya diperpanjang

selama satu tahun sampai dengan 31 Maret 1922.

Periode De Javasche Bankwet 1922 (1922 – 1942)

Pada 31 Maret 1922 diundangkan De Javasche Bankwet 1922. Bankwet 1922 ini

kemudian diubah dan ditambah dengan UU tanggal 30 April 1927 serta UU 13

Nopember 1930. Pada dasarnya De Javasche Bankwet 1922 adalah perpanjangan

dari oktroi kedelapan DJB yang berlaku sebelumnya. Masa berlaku Bankwet 1922

adalah 15 tahun ditambah dengan perpanjangan otomatis satu tahun, selama tidak

ada pembatalan oleh Gubernur Jenderal atau pihak Direksi. Jumlah modal disetor

mengalami perubahan, kerena diperbesar menjadi ƒ 9.000.000,- dan harus dipenuhi

dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh Gubernur Jenderal. Pimpinan DJB pada

periode DJB Wet adalah Direksi yang terdiri dari seorang Presiden dan sekurangkurangnya

dua Direktur, satu diantaranya adalah Sekretaris. Selain itu terdapat

jabatan Presiden Pengganti I, Presiden Pengganti II, Direktur Pengganti I dan

Direktur Pengganti II. Penetapan jumlah Direktur ditentukan oleh rapat bersama

antara Direksi dan Dewan Komisaris.

Sedangkan Dewan Komisaris terdiri dari 5 orang yang merupakan pemegang saham

dengan hak suara (memiliki 4 saham) dan harus seorang Belanda. Dewan

berkewajiban untuk melakukan pengawasan terhadap Direksi, meneliti kebenaran

rekening tahunan berikut pembukuannya sekaligus memberikan persetujuan.

Adapun pembagian tugas dalam DJB pada periode ini terdiri dari tujuh bagian,

diantaranya Bagian Ekonomi Statistik, Sekretaris, Bagian Wesel, Bagian Produksi dan

Bagian Efek-Efek. Pada periode ini DJB berkembang pesat dengan 16 Kantor

Cabang, antara lain : Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Surakarta,

Surabaya, Malang, Kediri, Kutaraja, Medan, Padang, Palembang, Banjarmasin,

Pontianak, Makasar dan Manado. Serta kantor perwakilan di Amsterdam dan New

York.

DJB berdasarkan Oktroi 1 s.d. 8

Kapan bank sirkulasi pertama dibentuk di Hindia Belanda? Bagaimana proses

pembentukannya? Apa dan siapa yang mewujudkannya? Semua akan terjawab

dalam artikel ini. Selain itu, akan dikisahkan pula bagaimana De Javasche Bank,

sebagai pendahulu Bank Indonesia, untuk pertama kalinya menjalankan kegiatan

perbankan di Hindia Belanda. Lalu, bagaimana perkembangan De Javasche Bank

hingga periode okrroi kedelapan?

Mari kita simak kisah berikut ini.

Latar Belakang Pembentukan

Adanya kesulitan keuangan di Hindia Belanda memerlukan penertiban dan

pengaturan sistem pembayaran di Hindia Belanda. Hal itu di Kerajaan Belanda

menimbulkan munculnya gagasan pendirian bank sirkulasi untuk Hindia Belanda.

Tepatnya menjelang keberangkatan Komisaris Jenderal Hindia Belanda Mr. C. T.

Elout ke Hindia Belanda, pada saat upacara penyerahan kembali Hindia Belanda dari

Inggris pada 1816. Demikian halnya di Batavia, Hindia Belanda, muncul desakan

kuat dari kalangan pengusaha agar segera didirikan lembaga bank guna memenuhi

kepentingan bisnis mereka. Terutama untuk fasilitas pendanaan dan perdagangan

luar negeri. Sebagai tindak lanjut dari gagasan 1816, pada 29 Desember 1826 Raja

Willem I mengirimkan Surat Kuasa No. 85 kepada Komisaris Jenderal Hindia Belanda

untuk segera merundingkan dengan Pemerintah Hindia Belanda tentang

pembentukan suatu bank di Jawa berdasarkan Oktroi, yaitu pemberian wewenang

dan hak tunggal dari Pemerintah dengan jangka waktu.

Surat kuasa Raja Willem tersebut berdasarkan laporan rahasia Menteri Kelautan dan

Tanah Jajahan yang diberi tugas olehnya untuk mengajukan konsep suatu Oktroi dan

ketentuan-ketentuan bagi suatu bank yang akan didirikan di Jawa. Maka dalam surat

kuasa tersebut Raja Willem menguasakan kepada Menteri Kelautan dan Tanah

Jajahan untuk menyampaikan Surat Kuasa tersebut kepada Komisaris Jenderal serta

mengikut-sertakan Nederlandsche Handelmaatschappij (NHM) dalam pendirian De

Javasche Bank (DJB).

Oktroi I : 1828 - 1838

Dalam Surat Keputusan Komisaris Jenderal No. 28 11 Desember 1827 ditetapkan

Oktroi khusus bagi DJB sebagai ketentuan dan pedoman dalam menjalankan

usahanya. Oktroi pertama berlaku selama 10 tahun sejak 1 Januari 1828 sampai 31

Desember 1837 dan diperpanjang sampai dengan 31 Maret 1838. Sesuai dengan

ketentuan Oktroi pertama, modal dasar DJB ditentukan sebesar ƒ 4.000.000,-

terbagi dalam 8000 lembar saham @ ƒ 500,- yang harus dipenuhi dalam bentuk

emas dan perak. Modal disetor untuk tahap pertama sebesar ƒ 2.000.000,- (50%)

dan apabila modal disetor telah mencapai ƒ 1.000.000,- (25%) bank dapat

dinyatakan berdiri dan memulai usahanya. Pada tahap awal penjualan ini saham

terjual sebesar ƒ 1.021.500,- Berikutnya setelah penjualan tahap pertama terpenuhi,

akan dibuka penjualan saham untuk tahap kedua dan ketiga dengan jumlah saham

masing-masing satu juta Gulden. Dengan modal pertama tersebut (ƒ 1.021.500,-)

dalam bentuk mata uang emas dan perak, maka sesuai dengan pasal 32 Oktroi

pertama, pada 11 Maret 1828 DJB mencetak uang kertas pertamakali senilai ƒ 1.

120.000,- dengan pecahan ƒ 1000, ƒ 500, ƒ 300, ƒ 200, ƒ 100, ƒ 50, ƒ 25.

Sedangkan untuk mengeluarkan nilai yang lebih kecil, Direksi bank diwajibkan

mengajukan permohonan pada Gubernur Jenderal yang kemudian akan dilanjutkan

ke Negeri Belanda.

Dari Oktroi I hingga VIII, jenis pembayaran yang sah yang diatur oleh oktroi hanya

uang kertas saja. Tapi menjelang akhir Oktroi I, ketika DJB menghadapi kesulitan

mempertahankan rasio cadangan emas dan perak terhadap uang yang beredar, DJB

terpaksa menolak penukaran uang kertas bank ke emas dan perak. Sebagai gantinya

diedarkan uang tembaga pecahan ƒ 1 sampai ƒ 1000. Jenis ini dapat ditukarkan di

kas negara dengan nilai tukar 1 Gulden = 100 duit. Sebagai bank sirkulasi, selain

mencetak dan mengedarkan uang DJB juga menyelenggarakan beberapa transaksi

berikut.

1. Pemberian kredit dengan bunga 0,75% perbulan dan apabila dengan jaminan

uang asing, uang emas dan perak bunganya 0,50% dan 0,65%.

2. Pengambil-alihan surat wesel/aksep yang dikeluarkan Kantor Lelang Negara

di Pulau Jawa, penggadaian surat berharga, benda berharga dan barang

dagangan serta penukaran uang.

3. Untuk menghimpun dana dari masyarakat, DJB juga menerima simpanan

rekening koran dan deposito, memberikan jasa inkaso atas surat-surat

berharga dan menerima titipan penyimpanan mata uang asing.

Pada tahun kedua, DJB mulai membuka kantor cabang diluar Batavia, yaitu

Semarang dan Surabaya. Gagasan pendirian kantor cabang telah muncul pada RUPS

pertama 25 Maret 1828 dan dimasukkan dalam Peraturan Rumah Tangga Sementara

pasal 45. Tindak lanjut dari gagasan itu adalah pembentukan komisi peneliti yaitu

Komisi Semarang dan Komisi Surabaya yang bertugas melakukan penelitian sebagai

bahan pertimbangan Direksi untuk mendirikan kedua kantor cabang tersebut. Kantor

Cabang DJB Semarang dibuka pada 1 Maret 1829 sebagai cabang pertama di Jawa.

Peresmian cabang tersebut ditandai dengan setoran pertama dari nasabah J Mac

Niell sejumlah ƒ 53.000,- sebagai pimpinan cabang pertama ditunjuk P.W.C. Hipp

seorang pengusaha di Semarang. Sedangkan Komisaris terdiri dari J. Mac Niell, T.

Schuurman dan J. Bremer. Kantor Cabang Surabaya dibuka pada 14 September

1829 sebagai cabang kedua di Jawa. Sebagai pemimpin cabang pertama adalah F.H

Preyer dan Dewan Komisaris terdiri dari A.H. Buchler, J.E. Bancks dan J.D.A Loth.

Oktroi II : 1838 – 1848

Berdasarkan perkembangan usaha bank dan kepatuhan terhadap ketentuanketentuan

dalam Oktroi I, melalui Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia

Belanda No. 1 tanggal 17 Juli 1837, De Javasche Bank diberikan pembaharuan oktroi

untuk jangka waktu 10 tahun yang berlaku sejak 1 April 1838 sampai dengan 31

Maret 1848. Surat Keputusan tersebut didasarkan kuasa yang diberikan oleh

Pemerintah Tertinggi di Negeri Belanda dan disampaikan oleh Menteri Negara

Jajahan No.51/D tanggal 28 Februari 1837. Dalam oktroi kedua, modal disetor yang

telah terjual ƒ 1.021.500 dilakukan pendaftaran lagi sehingga mencapai ƒ 2.000.000.

Sedangkan jenis pecahan yang diedarkan tidak mengalami perubahan. Akibat

penarikan mata uang logam perak dari peredaran, pada 1843 Pemerintah

kekurangan uang logam sebagai salah satu alat pembayaran di Hindia Belanda. Maka

dengan Surat Keputusan Menteri Negara Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 4

Februari 1846 diumumkan bahwa sampai adanya penarikan uang logam pecahan

120 duit, 600 duit, 1.200 duit, 3.000 duit, 12.000 duit dan 60.000 duit Pemerintah

akan mengeluarkan Recepis pecahan ƒ 1, ƒ 5, ƒ10, ƒ25, ƒ100 dan ƒ500. Recepis

merupakan tanda terima sementara atas penyetoran/pinjaman uang. Recepis

selanjutnya bisa ditukar dengan saham atau obligasi atau dokumen berharga

lainnya.

Selanjutnya oktroi kedua mengatur pemegang buku dan kasir dalam hal menyangkut

bank dapat menggantikan fungsi notaris setelah mereka sebelumnya menempuhkan

ujian. Sebelumnya aturan ini tidak terdapat dalam oktroi pertama. Dalam oktroi

kedua, DJB dipimpin C.J. Smulders sebagai Presiden dan H. Roos JR sebagai

Sekretaris. Periode ini tidak membuka kantor cabang baru, meski dalam pasal 7

oktroi dinyatakan DJB mempunyai kantor cabang tetap di Semarang dan Surabaya,

perluasan hanya dapat dilakukan di pulau Jawa.

Oktroi III : 1848 – 1858

Melalui surat Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 5 tanggal 3 Maret 1848, oktroi

kedua diperpanjang 10 tahun yang berlaku mulai 1 April 1848 sampai dengan 31

Maret 1858. Pada oktroi ketiga, bentuk hukum, modal dan tempat kedudukan DJB

tidak mengalami perubahan. Kantor cabang masih tetap terbatas di Semarang dan

Surabaya, tidak ada pembukaan kantor cabang baru. Jenis usaha DJB mengalami

tambahan yaitu dalam penerbitan surat perintah membayar kepada Kantor Cabang

dan sebaliknya serta menerima tugas-tugas dari Pemerintah. Dalam peredaran uang

kertas tidak mengalami perubahan, hanya dalam pasal 27 ditetapkan bahwa uang

kertas bank dapat ditukar dengan Recepis sebagaimana telah diumumkan pada

oktroi kedua 4 Februari 1846. Selain itu pada 1 Mei 1854 diberlakukan UU Mata

Uang Hindia Belanda yang menyatakan bahwa uang Belanda 1847 juga berlaku di

Hindia Belanda. UU ini dimuat dalam Staatsblad No. 75 dan diumumkan pada de

Javasche Courant No. 68 tanggal 26 Agustus 1854. Oktroi ketiga menetapkan jumlah

maksimum uang yang diedarkan dari waktu ke waktu ditetapkan oleh Gubernur

Jenderal dan diumumkam di De Javasche Courant untuk memberitahukan jumlah

uang beredar wajib setiap bulan.

Oktroi ketiga sebenarnya telah berakhir pada 31 Maret 1858 namun berdasarkan

Surat Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 5 tanggal 28 Maret 1858, DJB diberikan

oktroi sementara yang berlaku selama dua tahun mulai 1 April 1858 sampai dengan

31 Maret 1860 dengan beberapa perubahan, seperti.

1. Semua pecahan uang kertas-bank dapat ditukar dengan alat pembayaran

yang sah dan kata recepis dalam oktroi ketiga dihapus.

2. Hak suara pemegang saham yang semula 4 saham satu suara berubah

menjadi 2 saham satu suara, 5 saham dua suara, 9 saham tiga suara, 14

saham lima suara dan 20 saham enam suara.

Oktroi IV : 1860 – 1870

Pada periode ini, modal bank disetor yang semula senilai ƒ 2.000.000 selambatlambatnya

dalam waktu setahun setelah berlakunya oktroi keempat ditingkatkan

menjadi ƒ 4.000.000. Sebagian dari tambahan modal tersebut ditanamkan dalam

bentuk pinjaman kepada Pemerintah Kerajaan Belanda, Pemerintah Hindia Belanda

dan bentuk hipotik. Dalam pengedaran uang ditentukan.

1. Jenis pecahan uang kertas bank yang diedarkan bertambah satu pecahan lagi

yaitu ƒ 10.

2. Dalam pasal 30 dinyatakan Bank tidak diperkenankan mengedarkan uang

kertas bank kecuali 2/3 nya dijamin dengan alat pembayaran yang sah.

3. Perubahan lain adalah soal wewenang Direksi untuk mengedarkan uang

melebihi batas tertinggi yang ditetapkan Gubernur Hindia Belanda, sepanjang

dijamin dengan alat pembayaran yang sah.

4. Recepis yang pernah dikeluarkan pada 1846 ditarik kembali.

5. Jika Pemerintah memerlukan dana, disediakan gadai dengan tingkat bunga

4% setahun.

Penggantian Presiden DJB beberapa kali dilakukan dalam oktroi keempat. Misalnya

E. Francis yang telah menjabat sejak 1851 pada 1863 diganti CFW Wiggers van

Kerchem yang hanya menjabat selama satu periode (5 tahun) yaitu sampai 1868.

Kemudian posisinya digantikan JWC Diepenheim yang hanya menjabat selama dua

tahun, yaitu sampai 1870. Dalam pasal 5 dinyatakan bahwa selain Kantor Cabang

Semarang dan Surabaya, bank dapat mempunyai kantor-kantor di wilayah Hindia

Belanda. Untuk itu pada periode ini didirikan lima kantor cabang di Jawa maupun

luar Jawa yaitu Padang, Makasar, Cirebon, Solo dan Pasuruan.

Kantor cabang Padang merupakan kantor cabang ketiga dan yang pertama di luar

Jawa. Didirikan pada 29 Agustus 1864 dengan A.W. Verkouteren sebagai Pemimpin

Cabang pertama. Sebenarnya gagasan pendirian kantor cabang tersebut telah

muncul pada oktroi pertama, hanya saja pada saat itu terdapat aturan yang tidak

mengizinkan pembukaan kantor cabang di luar Jawa. Kantor cabang keempat dan

kedua di luar Jawa adalah Kantor Cabang Makasar. Pendirian kantor cabang ini

diusulkan oleh Kamar Dagang dan Kerajinan Makasar. Hal itu disebabkan karena

Makasar merupakan kota perdagangan dan lalu-lintas keuangan pemerintah. Kantor

cabang Makasar diresmikan tanggal 11 Desember 1864 dengan Pemimpin Cabang

sementara J.C. Spengler yang sebelumnya bekerja pada Firma Haager & Schuurman

di Jakarta. Kantor cabang kelima didirikan di Cirebon. Rencana itu pertamakali

dibicarakan dalam Rapat Direksi 22 Juni 1866. Pembukaan kantor dilakukan pada 6

Agustus 1866 dan J.P. Janssen seorang Notaris di Cirebon, diangkat sebagai

Pemimpin Cabang.

Kelima kantor cabang yang telah didirikan berada di daerah pantai atau kota-kota

pelabuhan. Selanjutnya muncul gagasan didirikannya cabang di daerah pedalaman.

Gagasan itu muncul ketika Presiden De Javasche Bank, C.F.W Wiggers van Kerchem

berada di Yogyakarta. Ia menyatakan bahwa pendirian Kantor Cabang Solo

merupakan suatu kebutuhan. Setelah itu Presiden DJB dengan segera mengirim

telgram ke Kantor Pusat agar rencana pendirian tersebut dimasukkan dalam agenda

rapat Direksi. Setelah melalui prosedur Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa,

dengan Surat Keputusan No. 15 tanggal 23 Oktober 1867 disetujui pendirian Kantor

Cabang Solo, bersamaan dengan Kantor Cabang Pasuruan. Kantor Cabang Solo

diresmikan 25 Nopember 1867 dan Kantor Cabang Pasuruan dibuka pada 27

Nopember 1867.

Oktroi V : 1870 – 1881

Oktroi V berlaku selama 10 tahun, sejak 1 April 1870 sampai 31 Maret 1880 lewat

SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 34 tanggal 6 Maret 1870 tanpa ada

perubahan bentuk hukum, tempat kedudukan dan jenis usaha bank. Dengan SK

Gubernur Jenderal Hindia Belanda 25 Maret 1880, oktroi diperpanjang 1 tahun, yaitu

sampai dengan 31 Maret 1881. Pasal satu oktroi kelima menegaskan bahwa di

Hindia Belanda tidak boleh didirikan suatu bank sirkulasi dan juga dilarang beredar

uang kertas bank dari bank sentral luar negeri, kecuali dengan SK Gubernur Hindia

Belanda. Modal bank ditingkatkan menjadi ƒ 6.000.000,-yang terbagi atas saham

penuh ƒ 500 perlembar dan saham paroan ƒ 250 perlembar. Sedangkan jenis

pecahan uang-kertas-bank yang diedarkan ditambah dengan pecahan ƒ 5,-

Dalam oktroi ini terjadi perubahan struktur kepengurusan.

1. DJB dipimpin oleh Direksi yang terdiri dari seorang Presiden dibantu dua

orang Direktur, yang salah satunya menjadi sekretaris.

2. Presiden DJB pada awal periode ini adalah Mr. F Alting Mees dibantu DN

Versteegh sebagai Direktur Sekretaris dan D Schuurman sebagai Direktur.

Mr. F Alting hanya menjabat selama 3 tahun, dankemudian diganti oleh Mr.

N.P. van den Berg.

3. Dibentuk Dewan Komisaris yang terdiri dari 5 orang yang dipilih pemegang

saham untuk masa jabatan 5 tahun.

4. Adapun untuk pengawasan Pemerintah terhadap tugas bank, diangkat

seorang Komisaris Pemerintah yang diangkat dan diberhentikan oleh

Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Menjelang berakhirnya Oktroi V, tanggal 1 April 1879 dibuka Kantor Cabang

Yogyakarta dengan SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7 tanggal 20 Desember

1878. Pemimpin cabang pertamanya adalah A.F. van Suchtelen yang sebelumnya

menjabat sebagai Pimpinan Cabang Solo. Alasan pendirian Kantor Cabang tersebut

adalah desakan dari berbagai pihak, termasuk Firma Dorrepaal & Co Semarang,

karena firma tersebut mempunyai cabang usaha di Yogyakarta. Terlebih lagi

Yogyakarta pada waktu itu menunjukkan perkembangan ekonomi yang cerah. Hal

tersebut tampak dari nilai transfer masuk yang disalurkan melalui Cabang Solo yang

mencapai ƒ 3,5 juta. Sedang produksi gula pada waktu itu mencapai 2.580 ton per

tahun.

Oktroi VI : 1881 – 1891

Oktroi ini disusun berdasarkan Surat Keputusan Raja Willem III No. 19 tanggal 16

Oktober 1880. Berdasarkan itu DJB yang telah berusia 52 tahun melakukan

pembaharuan dasar pendiriannya dengan Akte Pendirian di hadapan Notaris Derk

Bodde di Jakarta pada 22 Maret 1881. Dalam Akte Pendirian itu seluruh isi SK Raja

Willem dicantumkan di dalamnya. Selain itu nama bank didahului dengan Naamlooze

Vennootschap atau N.V. De Javasche Bank. Dengan perubahan Akte tersebut, DJB

dianggap sebagai perusahaan baru. Maka diberlakukan ketentuan peralihan yaitu.

1. Semua pemegang saham yang tercatat diberi kesempatan untuk mengambil

bagian dalam perusahaan baru tersebut (NV DJB)

2. Apabila mereka tidak mengambil bagian, maka akan dibayarkan nilai saham

dan dana cadangan beserta deviden tahun terakhir.

3. Seluruh kekayaan dan kewajiban DJB beralih ke perusahaan yang baru (NV

DJB).

Pada periode oktroi keenam, modal bank yang disetor penuh sejumlah ƒ 6.000.000,-

kegiatan usaha tidak berubah, tapi ada ketentuan sebagai berikut.

1. Penanaman dana dalam bentuk pembelian surat-surat berharga milik

Pemerintah Hindia Belanda dibatasi paling tinggi setengah dari modal disetor.

2. Demikian pula pembelian dalam bentuk hipotik ditetapkan maksimum

sepertiga dari modal disetor.

Selama berlakunya oktroi keenam, tidak ada penambahan Kantor Cabang baru,

tetapi pada 31 Maret 1890 Kantor Cabang Pasuruan ditutup karena selalu menderita

kerugian rata-rata ƒ 4.000 pertahun. Maka sulit untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya.

Oktroi VII : 1891 – 1906

Masa berlaku oktroi ketujuh lebih lama lima tahun dari oktroi-oktroi sebelumnya,

yaitu menjadi 15 tahun. Sesuai dengan Surat Keputusan Ratu Wilhelmina No. 6

tanggal 6 Januari 1891, Oktroi VII berlaku mulai 1 April 1891 sampai dengan 31

Maret 1906. Bentuk hukum, modal kerja, dan tempat usaha tidak berubah. Pada

pasal 5 oktroi ini, ditentukan bahwa bank diperkenankan memiliki Kantor Perwakilan

di Amsterdam yang dibuka pada 15 Mei 1891. selain itu di Batavia didirikan Kantor

Filial Weltervreden pada 6 Me1 1901 yang hanya bertahan selama satu setengah

tahun karena ditutup pada 31 Januari 1902. Selama periode Oktroi VII terjadi dua

kali pergantian Presiden. Presiden G.B. Zeverijn yang memimpin sejak 1889 (periode

Oktroi VI) digantikan D. Groeneveld pada 1893 yang selanjutnya digantikan oleh J.

Reysenbach pada tahun 1898. Presiden yang terakhir ini tetap memangku jabatan

Presiden DJB hingga berakhirnya Oktroi VII.

Oktroi VIII :1906 – 1921

Oktroi VII yang berakhir pada 31 Maret 1906, diperpanjang dengan Surat Keputusan

Ratu Wilhelmina No. 26 tanggal 2 Januari 1906 dan berlaku hingga 15 tahun.

Setelah berakhirnya jangka waktu itu, izinnya senantiasa dianggap diperpanjang

selama 1 tahun, kecuali Gubernur Jenderal cenderung tidak memperpanjang. Apabila

terjadi pencabutan atau pembatalan oktroi, menurut hukum tidak berarti tugas DJB

sebagai bank sirkulasi dibatalkan. Dalam jangka waktu lima tahun setelah

pembatalan itu, DJB masih berhak beroperasi. Pada periode ini, bentuk hukum,

modal, tempat kedudukan dan jenis usaha tidak mengalami perubahan. Namun

terdapat jenis surat berharga yang diperjual-belikan yaitu wesel luar negeri dengan

jangka waktu yang lazim dalam perdagangan internasional. Pada periode Oktroi

terakhir ini, DJB banyak mengeluarkan ketentuan baru dalam bidang sistem

pembayaran yang mengarah kepada perbaikan bagi lalu lintas pembayaran di Hindia

Belanda.

Mulai 1 Januari 1907 DJB mulai menerapkan sistem lalu-lintas giro di seluruh

kantornya dan tidak lama kemudian dilaksanakan sistem kliring atau sistem

perhitungan antar bank-bank ternama. Pada 15 Februari 1909 disepakati perjanjian

tentang sistem perhitungan kliring untuk pertama kalinya di Batavia (Jakarta).

Perjanjian kliring tersebut diikuti enam bank ternama yaitu DJB sendiri, NHM

Factory, Hongkong and Shanghai Banking Corp, Chartered Bank of India, Australia

and China, dan De Nederlandsche Indische Escompto Maatschappij. Semula terdapat

pernyataan keberatan atas konsep perjanjian sistem perhitungan kliring tersebut dan

menganggap bahwa DJB bukanlah satu lembaga yang netral untuk bertindak sebagai

pimpinan kliring. Maka keenam bank peserta kliring sepakat untuk melibatkan pihak

ketiga yang dianggap netral dan bersedia untuk melaksanakan proses kliring. Pihak

ketiga tersebut adalah firma Reynst & Vinyu yang bersedia menggunakan kantornya

sebagai tempat dilaksanakannya kliring.

Setelah Batavia, sistem kliring juga di lakukan di beberapa kota lainnya. Di

Semarang, kliring melibatkan pihak ketiga yaitu Fa. S.L. van Nierop & Co pada 1909

dibawah pimpinan A.L. Tupker. Pada tahun yang sama, DJB Kantor Cabang Surabaya

merupakan kantor cabang pertama yang melakukan perhitungan kliring di gedung

kantornya sendiri dan tanpa melibatkan pihak ketiga. Langkah tersebut kemudian

diikuti oleh beberapa Kantor Cabang lainnya seperti Cabang Medan (1915), Bandung

(1921) dan Makassar (1922). Berdasarkan data angka-angka kliring pada periode

1912 – 1916, selain DJB (Batavia), Surabaya muncul sebagai kota perdagangan dan

usaha yang berkembang lebih pesat dibandingkan Semarang atau kota lainnya.

Dibawah kepemimpinan Presiden Mr. G. Vissering (1906 – 1912) dan E.A. Zeilinga

(1912- 1921) DJB membuka 11 jaringan Kantor Cabang di Jawa dan luar Jawa.

Cabang Pulau Jawa terdiri dari Kantor Cabang Bandung (1909) dan Kantor Cabang

Malang (1916). Cabang luar Pulau Jawa terdiri dari Kantor Cabang Pontianak (1906),

Bengkalis (1907), Medan (1907), Banjarmasin (1907), Tanjung Balai (1908),

Tanjung Pura (1908), Palembang (1909), Manado (1910) dan Banda Aceh (1918).

Oktroi VIII berakhir hingga 31 Maret 1921 dan hanya diperpanjang selama satu

tahun sampai dengan 31 Maret 1922.

DJB Berdasarkan DJB Wet

Anda masih ingat tentang hak oktroi yang diberikan oleh Kerajaan Belanda kepada

De Javasche Bank? Jika tidak, pada halaman sebelum ini, Anda dapat menemukan

uraiannya. Namun, jika Anda telah membacanya, maka uraian di bawah ini

merupakan kelanjutan dari artikel tersebut. Dari catatan sejarah diketahui bahwa

hak oktroi tersebut diberikan mulai tahun 1828 sampai dengan awal tahun 1922.

Untuk kelangsungan De Javasche Bank, Kerajaaan Belanda menerbitkan Undangundang

pada tanggal 31 Maret 1922 tentang De Javasche Bank Wet. Bank Wet 1922

ini, dalam perjalanannya, diubah dan ditambah dengan Undang-undang tanggal 30

April 1927 yang berlaku hingga 31 Maret 1953. Pada periode ini, jumlah modal

disetor ditambah menjadi f 9.000.000, yang harus dipenuhi dalam jangka waktu

yang ditetapkan oleh gubernur jenderal.

Pada saat diberlakukannya De Javasche Bank (DJB)

Wet 1922, hak monopoli DJB sebagai bank sirkulasi

di Hindia Belanda mulai dibatasi oleh pemerintah.

Dalam menerbitkan kebijakan moneternya, DJB

terlebih dahulu harus mendapat pengarahan dari

pemerintah negeri Belanda. Pemerintah Hindia

Belanda menentukan anggota dari dewan pengawas

DJB yang mempunyai wewenang untuk

mencalonkan presiden DJB. Demikian pula dalam

hal pembukaan cabang-cabang baru dan

penunjukkan agen. Untuk hal tersebut, DJB harus

melalui persetujuan gubernur jenderal. Terlepas dari segala wewenang pemerintah

tersebut, DJB sebenarnya telah menjalankan fungsi-fungsi yang hanya dapat

dilakukan oleh bank sentral (sekalipun DJB tidak secara resmi bertindak sebagai

bank sentral). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa DJB adalah bank

perkreditan dengan hak menerbitkan uang kertas. Ruang lingkup, fungsi, dan tugas

DJB dalam periode ini antara lain meliputi:

1. Mengeluarkan uang kertas

2. Melayani pengiriman uang, pembukaan rekening giro, deposito berjangka,

dan semacamnya

3. Melakukan negosiasi dalam bentuk wesel luar negeri

4. Melakukan perdagangan logam mulia dan alat-alat pembayaran luar negeri

5. Memberi kredit kepada perusahaan dan perorangan

6. Bertindak sebagai kasir pemerintah

7. Menyelenggarakan kliring antar bank

Dalam bidang pembayaran kartal, Bank Wet 1922 menentukan bahwa sosialisasi

dalam penerbitan dan pengedaran uang baru bukan lagi dilakukan oleh pemerintah,

melainkan oleh bank yang menerbitkannya. Nilai dan ciri-ciri uang kertas yang akan

diedarkan harus diumumkan dan disebarluaskan secara resmi oleh direksi dalam

surat kabar. Pemerintah juga melarang DJB untuk mengedarkan uang kertas dengan

pecahan yang lebih kecil dari ƒ5 (lima gulden). Untuk pembayaran non kartal, DJB

diberi tugas untuk menyelenggarakan sistem kliring antar bank yang telah dimulai

sejak 1907.

Salah satu alat pembayaran non

kartal yang digunakan pada periode

ini adalah kas order (Surat Perintah

Membayar/SPM), yaitu semacam

bilyet yang dikeluarkan oleh sub

cabang NHM di Medan dalam valuta

dolar. Kas order tersebut tidak hanya

berlaku di daerah Langkat dan Deli

(Sumatera Timur) saja, tapi berlaku

hingga ke wilayah Malaka. Namun,

kas order tersebut sebenarnya lebih

berfungsi seperti surat dagang jangka

pendek yang mudah dipalsukan nilai

nominalnya. Untuk itu, gubernur

jenderal memberikan perhatian

khusus bagi berlakunya alat

pembayaran tersebut dan mengeluarkan larangan untuk memasukan dolar ke

daratan Sumatera Timur.

Menurut pasal 20 Bank Wet 1922, susunan direksi DJB

terdiri atas seorang presiden (pimpinan bank) dan

sekurang-kurangnya dua direktur, satu diantaranya

adalah sekretaris. Selain jabatan tersebut, terdapat pula

jabatan presiden pengganti I, presiden pengganti II,

direktur pengganti I, dan direktur pengganti II.

Penetapan jumlah direktur ditentukan oleh rapat bersama

antara direksi dan dewan komisaris.

Berikut ini adalah pejabat presiden DJB masa berlakunya

Bank Wet 1922 :

1. E.A. Zeilinga (1922–1924)

2. Mr. L.J.A. Trip (1924–1929)

3. Mr. Dr. G.G. van Buttingha Wichers (1929–1945)

4. Mr. J.C. van Waveren (1946)

5. Dr. R.E. Smits (1946–1949)

6. Dr. A. Houwink (1949–1951)

Dewan komisaris terdiri atas lima orang yang merupakan pemegang saham dengan

hak suara (memiliki empat saham) dan harus seorang Belanda. Dewan berkewajiban

untuk melakukan pengawasan terhadap direksi, meneliti kebenaran rekening

tahunan berikut pembukuannya, sekaligus memberikan persetujuan. Adapun

pembagian tugas dalam DJB pada periode ini terdiri atas tujuh bagian, diantaranya

adalah bagian ekonomi statistik, sekretaris, bagian wesel, bagian produksi, dan

bagian efek-efek. Dalam periode ini, DJB berkembang pesat dengan 16 kantor

cabang, yaitu Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Surabaya,

Malang, Kediri, Kutaraja, Medan, Padang, Palembang, Banjarmasin, Pontianak,

Makassar, dan Manado, serta dua kantor perwakilan di Amsterdam dan New York.

Selamat membaca!


(Vertaald in het Nederlands:)

GESCHIEDENIS VAN HET LAND grondbezit (Eigendom VERPONDING) DE NAAM Raden Mas KOESEN En RELATIE MET Raden Mas KOESEN SISKS Pakoe BOEWONO VIII



ACHTERGROND EN AANKOOP VAN HET LAND LAND PENSERTIFIKATAN VERPONDING Eigendom.

Te beginnen in de strijd RM.Koesen of Bendoro Kangdjeng Hario kolonel Poerbodiningrat Prins van het paleis staat Soerakarta Sultanaat in de strijd tegen de uitbuiting van die altijd wordt gedaan door de para-Europese handelaren zich in de Veerenigde de Indiesche Compagnie (die begint met curangnya para-Europese handelaren toegetreden in Indiesche Compagnie De Verenigde namens de regering en de koningin van Nederland wat resulteerde in de vernauwing van het grondgebied van het Sultanaat Palace Soerakarta uitgegroeid tot een oppervlakte van 3359,63 km2, de dingen die haar hart terketuk maken dan smeekte haar vader is SISKSPakoe Boewono IX, te kopen en te certificeren (Acte van Eigendom Verponding) landen van de archipel in 1870 se, want hij Bendoro Kangdjeng Prins Hario kolonel Poerbodiningrat / RM.Koesen profiteren van de zakelijke en de handel met de Centrale Bank de regering van het Verenigd Koninkrijk en Nederland (het kan gezegd worden pensertifikatan en de aankoop van gronden die senusantara Hij Bendoro Kangdjeng Prins Hario kolonel Poerbodiningrat gekocht met geld dat hij zelf verwijst naar de brief van Pikoekoeh No.204 (die paada Pahing vrijdag 2 september, 1881.8 Sawal 1810 Jaar JIMAKIR Windu ADI wuku Pahang, 7 Shawwal 1298H vrijgegeven) en bevestigd op het Certificaat Asalsilsilah / Waris No.19/Ks./.V./2009 van 14 mei 2009 (die samenvalt op donderdag 14 mei 2009,19 Jumadilawal Pahing 1,942 Jaar Je Windu Kuntara wuku Tambir, 19 Jumadilawal 1430 H), dat RM.Koesen of Bendoro Kangdjeng Prins Hario kolonel Poerbodiningrat ook toegestaan ​​/ toegewezen aan een buitenlandse naam of Nederlands bijvoorbeeld naam te gebruiken: Paul van Verhoeven of Meyer of AADE Groote of andere Nederlandse naam, dus als later Acte Eigendom Verponding iemand namens niet RM verspreid. Koesen of Heer Koesen of Inlander Koesen, maar voor rekening van de vreemdeling is eigenlijk verwijst naar de Heer Koesen, dit is een onderdeel van een strategie of Bendoro Kangdjeng RM.Koesen Hario Prins samen met zijn broer kolonel Poerbodiningrat RM.Malikoel Choesno of SISIMPakoe Boewono X) op het gebied van controle monetaire stabiliteit in het land) tegen de exploitatie van die altijd wordt gedaan door de para-Europese handelaren verenigd in De Verenigde Indiesche Compagnie, en vervolgens door SISKSPakoe Boewono Bendoro Kangdjeng IX beval de Prins Hario kolonel Poerbodiningrat / RM.Koesen aankopen doen en pensertifikatan-pensertifikatan gronden, te onderdrukken en controleren van de economie van de Europese-handelaren (VOC). Dus vanaf de gecontroleerde economie en monetaire para-Europese handelaren (VOC), dan ook de controle van de politieke macht en hun leger. Dus door SISKSPakoe Boewono IX veroordeeld tot Bendoro Kangdjeng Prins Hario kolonel Poerbodiningrat te kopen en dat land verklaart op het Nederlandse notaris. De pensertifikatan land met de naam van de Heer Heer Koesen Koesen of Inlander. Maar in dit geval Nederland regering en hun indie Europese handelaren in de VOC zich benadeeld voelen, en minder vrijheid in handel en pengeksploitasiannya, zodat op het moment SISKSPakoe Boewono IX, de regering van Nederland-Indië en de VOC SISKSPakoe strijden om de Boewono IX omver te werpen, met de tactiek van verdeel- et impera de door haar voorgestelde vervanging van de kandidaat-King / mengkandidatkan RMKasan koning werd (hoewel uit SISKSPakoe Boewono IX heeft gekozen RMKoesen of BKPHKolonel Poerbodiningrat koning worden van zijn vader (die in de vezels Pikoekoeh No.204) te vervangen. Waarom heeft de regering van Nederland-Indië en de VOC zijn mengkandidatkan Raden Mas Kasan of later veranderde haar eigen naam met Raden Mas Malikoel Choesno? De reden is dat Raden Mas Kasan of later zijn eigen naam met Raden Mas Malikoel Choesno verwesterd veranderd en hebben de neiging naar de andere kant met de Nederlandse, maar als Raden Mas Koesen of Bendoro Kangdjeng Prins Hario kolonel Poerbodiningrat meer tegen Belanda.Apabila in verband met SISKSPakoe Boewono VIII die Bendoro Kangdjeng Prins Hario kolonel Poerbodiningrat Bendoro naam Raden Mas koesen of Raden Mas Koesen hebben, want hij is een geslacht van SISKSPakoe Boewono VIII zogenaamde kleine Raden Mas Koesen , door zijn moeder, de vrouw van Raden Adjeng Koesnijah SISKSPakoe Boewono IX, Raden Adjeng Koesnijah is de kleinzoon van SISKSPakoe Boewono VIII (Raden Mas Koesen) via zijn moeder weten Goesti Kangdjeng Ratoe Bendoro die trouwde met Prins Hario Kangdjeng Hadiwidjojo II van Mangkoenagaran. Goesti Kangdjeng Ratoe Bendoro geboren uit SISKSPakoe Boewono VIII (Raden Mas Koesen) met Goesti Kangdjeng Ratoe Pakoe Boewono of die andere namen Goesti Kangdjeng Ratoe Poerbo (die heeft een kleine naam Bendoro Raden Adjeng Ngaisah).

Door het huwelijk Goesti Kangdjeng Ratoe Bendoro met Kangdjeng Prins Hario Hadiwidjojo II was een van hen zijn dochter bevallen van de tweeling is Adjeng Koesnijah en Raden Raden Adjeng Koestijah. Van Raden Adjeng Koesnijah met SISKSPakoe Boewono IX geboorte van Raden Mas Koesen, die later als volwassenen genaamd Bendoro Kangdjeng Prins Hario kolonel Poerbodiningrat, maar van Raden Adjeng Koestijah met SISKSPakoe Boewono IX geboorte van Raden Mas Kasan ook genaamd Raden Mas Malikoel Choesno die later SISIM Pakoe Boewono X.



DE GROEI VAN DE

Op het moment van elke passerende moment dat de koning op het paleis Soerakarta Sultanaat, totdat terlegitimasinya Raden Mas Kasan of andere naam Raden Mas Malikoel Choesno worden SISIMPakoe Boewono X tot tijdens zijn bewind, is een veel gebeurt vervaging geschiedenis Raden Mas Koesen of Bendoro Kangdjeng Prins Hario kolonel Poerbodiningrat die uitgevoerd door het para-Europese handelaren verenigd in Indiesche Compagnie De Verenigde en de regering van Nederland, te weten:

1. De naam van Raden Mas Koesen veranderd in de naam van Raden Mas Abadi of Raden Mas Said.
2. De naam van de biologische moeder van Raden Raden Mas Adjeng Koesen Koesnijah vermomd en veranderde de naam Raden Dojoasmoro.
3. Genealogie van de biologische moeder van Raden Raden Mas Adjeng Koesen Koesnijah die de kleinzoon van SISKSPakoe Boewono VIII (Raden Mas Koesen) vermomd en veranderd in de genealogie van de nakomelingen van Raden Raden Dojoasmoro Pandji Poespodikromo van de groef SISKSPakoe Boewono II opgenomen.
4. Gezin / kinderen afstammeling van Raden Mas BKPHKolonel Poerbodiningrat Koesen of wordt achtervolgd door de nieuwe Sinuwun namelijk para-Europese handelaren verenigd in Indiesche Compagnie De Verenigde en de Nederlandse regering ten behoeve van Pakoe Boewono X (zoals Raden Mas Koesen of BKPHKolonel Poerbodiningrat verliest opvolging door Raden Mas Kasan of Raden Mas Malikoel Choesno).
5. Plaatsen of huizen zijn zo tussenstop / bermukimnya hem in de Helter aandoening, die uiteindelijk verhuisde hij van het ene huis naar het andere (nu nog kan worden aangetroffen petilasannya).
6. Plaatsen of huizen die aan hem toebehoorde in srobot door mensen die niet duidelijk op de order para-Europese handelaren verenigd in Indiesche Compagnie De Verenigde en de regering van Nederland door te drukken Pakoe Boewono X (nu nog gevonden kunnen worden).
7. Alle assetnya gevangen en gecontroleerd door de para-Europese handelaren verenigd in Indiesche Compagnie De Verenigde en de Nederlandse regering ten behoeve van Pakoe Boewono X (zelfs als gevangen en gecontroleerd, maar de activa waren al noemde hem). Ook op dit moment te veel circulerende documenten echt of nep (de letters document Eigendom verponding Acte gemaakt nu, maar maakt gebruik van de papieren werden plaagzegel oude / oud, inkt inkt stempel van oude / oud, inkt-inkt voor de ondertekening van dezelfde leeftijd in 1700-1900, en de machine -type schrijfmachine schrijfmachines gemaakt eerste verschijning, die zij kunnen in de winkels rommelmarkt kopen in Nederland), waarin staat dat Raden Mas Koesen of Bendoro Kangdjeng Prins Hario Poerbodiningrat kolonel heeft verkocht / geschonken aan de buitenlandse partijen, maar partijen / het volk van waardigheid en eer (he-he vervalsers zijn mensen die pijn in Leiderschap Koninkrijk, Orla en Orde) dat maakt de letters van het originele document, maar een fake, kunnen ze niet de letters en de verkoop van documenten kopen tussen Raden Mas Koesen of Bendoro Kangdjeng Prins Hario kolonel Poerbodiningrat met buitenlandse partijen, of enige andere partij (want de letters hebben hun vervalsing van documenten geen archieven in het Heritage Hall, het Nationaal Archief Agentschap, Agentschap voor Internationaal Archief, Nationaal Archief aan de Staat Nederland, het Nationaal Archief in het Vaticaan, en het Nationaal Archief in de Verenigde Naties (VN) dat hun echte doel-vervalser vervalsers zijn op zoek naar klein geld, terwijl mengacak-acak/mengobrak-abrik National Land-systeem, dat ontuchtige chaos en geen hebben een stichting voet werd steeds vulgaire marut.Dan tot het einde, wanneer hij nooit wordt verkocht of geschonken aan alle partijen, omdat het commando van vader Hij Sinuwun PB.IX, en ook met instemming van de lezers weten Sinuwun PB.X.Padahal dat Raden Mas Koesen of Bendoro Kangdjeng Hario Prins is kolonel Poerbodiningrat tegenstanders van buitenlandse partijen, waaronder Nederland, dus is het niet mogelijk dat hij verkoopt veel minder toekenning van buitenlandse partijen, waaronder Belanda.Dengan brieven verklaren wij het document een vervalsing is. aub ( nationale Landmaatschappij oppassen).
8. Zoon van de nakomelingen van haar dochter, genaamd Raden Raden Adjeng Bandijah of Adjeng Soetarmi namelijk zijn huwelijk met Raden Adjeng resultaten Soemasti van Mangkoenagoro III en IV, en dan nog achtervolgd tot aan de zoon boer genaamd Mas Demat Pontjadiprono imiteren.
9. Zijn kleinzoon afkomst genaamd Raden Mas Soegiyo of Raden Mas Darsita op Laat de broer van de echtgenoot of Raden Raden Adjeng Soetarmi Adjeng Bandijah (vanwege wordt achtervolgd door Orla and Order).

En op het eind Orla tijdperk, afstammelingen van zijn zoon in de ook bijvangst gevangen door Bung Karno en zijn regime, de volgende gronden en huizen in beslag genomen disrobot door middel van unitaire regelgeving van de overheid (evenals de behandeling van de regering van Indonesië Repoeblik die tijd van het Paleis Soerakarta) , zoals in:

1. In het jaar 1939 (pre-Onafhankelijkheid NKRI), namelijk het contract Politiek SISKSPakoe Boewono Staatblad XI, paragraaf 10 in 1939, namelijk: het paleis schatten alle (zowel private rijkdom en de schatten van koning Land Soerakarta Sultanaat Paleis) behoren tot de staatshoofden en regeringsleiders Republiek Indonesië.
2. Op 19 november 1951 dat de minister van Binnenlandse Zaken No.66/5/26 Kepoetoesan de inhoud dat de regering ontkent compensatie (java: Arta tetempah Siti) landt op het Paleis van de Republiek Indonesië Soerakarta en probeerde de regering om alle schatten te reguleren Palace .
3. Op 09 juni 1954 dwz Kepoetoesan Comite voor het Regeringsbeleid Reorganisatie voorgezeten door de heer Rapoeblik Indonesië Resident Soedarmo van Soerabaia schreef Kepoetoesan Aantal: 66/37/17 In hen de regering van Indonesië schrijft voor dat voor het Paleis Repoeblik Soerakarta te registreren onroerend goed-rijkdom van alles.
4. Op 24 augustus 1957, te weten: de Kepoetoesan minister van Binnenlandse Zaken Nummer: Dex48/3/37 de inhoud: Categorie barang-barang/harta-harta Soerakarta Palace, die behoorden tot de staat en de regering van Indonesië is een veel Repoeblik meesterbrein, Sawunggaling cs. En de goederen mogen niet worden verpand aan de bank.
5. In het jaar 1954 is er een resolutie van een van Sentana / familieleden King (van Pakoe Boewono I s / d X), omdat heel veel erfstuk en goederen en het Paleis Soerakarta schatten die naar buiten kwam, het; is een groeiend wantrouwen in SISKS Pakoe Boewono XII.
6. Van 1954 tot 1957 opgetreden bij familieleden Geschillen met Palace Paleis Soerakarta Soerakarta, sinds de publicatie van een brief Kepoetoesan Reorganisatie Commissie van 9 juni 1954 Aantal: 66/37/17.

Bij weergave op de gebeurtenissen genoteerd op de uitspraak van 1 t / m 6 hierboven is het ook duidelijk dat de gronden van particuliere verponding Eigendom RMKoesen deel beschouwd als staatseigendom gronden en Repoeblik Indonesische regering. Alsmede particuliere gronden RMKoesen de eerste on-time regime van de Europese handelaren verenigd in Indiesche Compagnie De Verenigde en de Nederlandse regering namens SISIMPakoe Boewono X werd gearresteerd en Lyd Civile disrobot en beloofde om de belangen van het regime en de Europese handelaren in VOS zijn plunderen en te exploiteren RMKoesen particuliere gronden, zonder toestemming RMKoesen. Echter, bij het bekijken van de gebeurtenissen hierboven genoemde blijkt dat de regering van Indonesië niet Repoeblik herkennen over domein landt Soerakarta Palace, bewees dat al het land in eigendom van de staat en de overheid Repoeblik Indonesië.

Ook de Nieuwe Orde tijdperk was bijna hetzelfde als toegepast op een wijze dat Orla (evenals de behandeling van de Regering van de Republiek Indonesië naar het paleis Soerakarta), zoals in:

1. Op 16 juli 1988, te weten: het presidentieel besluit van de Regering van de Republiek Indonesië, Nummer: 23, waarvan de inhoud: regering en de Republiek Indonesië erkent en bepaalt dat schatten en landt Soerakarta Palace is alleen in het Paleis, uit gladag Beteng tot ivoor (die is opgenomen in het: het plein zuiden, de plaza LOR, baluwarti Cepuri complex en complex).
2. Een ander ding dat gebeurt, is dat de politiek op een zodanige wijze Soerakarta gemaakt door politici en het heersende regime in die tijd (Orla en Orde), zodat familieleden bij het Paleis Soerakarta vijandig tegenover elkaar en / of betwist dat dergelijke incidenten in de tijd: Welzijn Agentschap het succesvol managen van het Paleis Soerakarta pesanggrahan Giriwoyo (Krapyak Menjangan Cage), die gebruikt RPKAD, eigenlijk het paleis om het geld prijs van het terrein (van de vergoeding) te ontvangen, maar er is een erkenning van Sentana of familieleden SISIMPakoe Boewono X dat de rest huis / rusthuis land behoort tot de erfenis van Goesti Kangdjeng Ratoe Pambajoen PB.X, dus in dit geval die geld ontvangen uit de verkoop van grond (van de vergoeding) is Bendoro Raden Ajoe Martodiningrat. Van de incidenten werden alle gevechten / geschil tussen het Paleis Soerakarta (in dit geval het Paleis Soerakarta Welzijn agentschap) met Bendoro Raden Ajoe Martodiningrat, zodat het paleis niet blijven verzorgen van stille schatten en landen van andere Soerakarta Palace, bang dat er alle gevechten / geschil opnieuw.

Behandeling van de regering van de Republiek Indonesië tegen de erfgenaam RMKoesen behandeling was dezelfde als de regering van de Republiek Indonesië naar het paleis Soerakarta. En bij het bekijken van de gebeurtenissen hierboven genoemde blijkt dat de regering van Indonesië erkent dat Repoeblik gronden van het paleis alleen om de mate of alleen in het Paleis, die was van gladag Beteng naar ivoor (die is opgenomen in het: het plein zuiden, de plaza LOR, baluwarti complexe en Cepuri complex), en op gronden van het Paleis domein Soerakarta in dit geval de regering van de Republiek Indonesië niet erkend en de regering van de Republiek Indonesië te blijven verklaard dat het land behoort tot de staatshoofden en regeringsleiders van de Republiek Indonesië.



CONCLUSIE

Bij de beoordeling van de geschiedenis dat de zoon van Raden Mas Koesen PB.IX No.24 is het geweld en fysieke en psychische bedreigingen ervaren en zoals ervaren karaktermoord, te weten:

1.Penyrobotan & beroep, onteigening van de rechten door middel van geweld, vernietiging, verwijdering en vernietiging van documenten, het land, en alle vormen van persoonlijke eigendommen activa die verband houden met hem, hetzij direct of indirect.

2.Pengkaburan lijn van geboorte en / of stamboom, geboorte data manipulatie, de biologische moeder de naam en genealogie van de biologische moeder, de biologische moeder kan de uitwisseling / overdracht van moeder / kind overgedragen of weggegeven aan andere mensen en verschillende bersilsilah Graad zijn / sociale & economische status lager.

3.Pengkaburan geschiedenis en zijn toewijding aan de staat Paleis Soerakarta Sultanaat.

Pempolitisiran 4.Pemfitnahan en hij en zijn familie.

5.Pembunuhan zijn karakter in de arena van de politiek en het leger.

6.Penghasutan op alle broers en zussen (een vader) werd verteld dat vijandig tegenover hem en de familie.

7.Upaya uitoefening uitgevoerd door para-Europese handelaren verenigd in Indiesche Compagnie De Verenigde en de Nederlandse regering ten behoeve van Pakoe Boewono X bij hem en familie voor de uitvoering, omdat de waarde van verraad tegen de legitieme en soevereine regering op dat moment.

Dus als we kijken naar het voorkomen van de gebeurtenissen van tijd tot tijd, lijkt het even dat dit zou worden de voors en tegens bij in het Paleis Soerakarta Sultanaat. Zij stellen ondubbelzinnig dat Raden Mas Koesen is SISKSPakoe Boewono VIII, sinds zijn kinderjaren Raden Mas Koesen genoemd. Dus ik kan ook dat hij mijn grootouders Bendoro Kangdjeng Prins Hario kolonel Poerbodiningrat heeft weinig naam Raden Mas Koesen reden hiervoor is omdat hij groeven van SISKSPakoe Boewono VIII door huwelijk met Goesti Kangdjeng Ratoe Pakoe Boewono of die andere namen zeggen Goesti Kangdjeng Ratoe Poerbo (die heeft een kleine naam Bendoro Raden Adjeng Ngaisah., bevalling Goesti Kangdjeng Ratoe Bendoro die trouwde met Prins Hario Kangdjeng Hadiwidjojo II die geboorte gaf aan een aantal kinderen, waaronder een tweeling dochter van Raden Raden Adjeng Koesnijah en Adjeng Koestijah die beiden getrouwd met SISKSPakoe Boewono IX . En uit de groef Raden Raden Mas Adjeng Koesnijah geboorte Koesen (later vernoemd BKPHKolonel Poerbodiningrat true-als in een rechte lijn omhoog te trekken zal worden vastgesteld dat BKPHKolonel Poerbodiningrat / Raden Mas Koesen groef van Raden Mas Said / Prins Sambernyowo Mangkoenagoro ik, zo vaak tijd dat hij ook wel Raden Mas Said). Maar de plot Raden Raden Mas Adjeng Koestijah geboorte Kasan (later genaamd Raden Mas Goesti Malikoel Choesno of SISIMPakoe Boewono als voor Raden Mas X-omgedoopt Kasan Raden Mas Malikoel Choesno, omdat het vaak voorkomt dat begint SISKSPakoe Boewono IX noemen en bewonder de Schepper (God) als God de Malikoel Choesno. slot, in momenten van pijn SISKSPakoe Boewono IX (die door de Nederlandse en Europese handelaren zich in de VOC, het Paleis Soerakarta Hadiningrat moet onmiddellijk worden aangegeven de New King's inauguratie, de opeenvolging van gebeurtenissen is gebeurd om de Koning), in het geval van oorlog, die veel belangstelling gebeurt onder de zonen SISKSPakoe Boewono IX, Koning van familieleden PB.I tot PB.VIII, familieleden Mangkoenagoro Mangkoenagoro I tot IV, de koninklijke familie in 250 koninklijke se-Nusantara, de regering van Nederland-Indië, en de Europese handelaren zich in de VOC. Met SISKSPakoe Boewono IX veelvuldig melding gemaakt van zijn God als God de Malikoel Choesno, dan is het Dit wordt gebruikt als een politieke trend door Raden Mas Raden Mas Kasan Kasan daarmee haar naam veranderd in Raden Mas Malikoel Choesno. ding over het verhaal van Raden Mas Raden Mas Kasan Koesen en dit is uitgegroeid tot een legende onder hoge Soerakarta Sultanaat Palace met Legend Kasan Koesen PB.IX ( worden vaak genoemd door dichters Ronggowarsito met Pudhak Sinumpet of Satriyo Piningit).

Dus in dit geval heb ik beweren dat hij zijn kleine BKPHKolonel Poerbodiningrat naam Raden Mas Koesen genoemd, maar de genealogie en geschiedenis, alsmede een lijn / groove geboren vermomd en verduisterd en gemanipuleerd door de para-Europese handelaren verenigd in Indiesche Compagnie De Verenigde en Nederlandse regering Boewono Pakoe namens X, na het verlies van een opeenvolging van Raden Mas Koesen King.

Dus een beetje een samenvatting van de geschiedenis, dat is eigenlijk nog veel uitleg en hun intriges politiknya.Bisa gezegd dat als in de afwezigheid Bendoro Kangdjeng Prins Hario kolonel Poerbodiningrat / RM.Koesen, misschien al het land behoorde tot de Europese handelaren (kartels ) opgenomen in de VOC en de Nederlandse overheid, maar vanwege zijn diensten Bendoro Kangdjeng Prins Hario kolonel Poerbodiningrat / RM.Koesen zodat alle landen van de archipel werd een prive-eigendom en hij kan worden gered van-het kartel.

Daarnaast is hij Bendoro Kangdjeng Prins Hario kolonel Poerbodiningrat / RM.Koesen je opdrachten van SISKS PBIX om alle rekeningen, spaarrekeningen, deposito's metaal rond de wereld te verplaatsen naar Swisserisch Bank Gesselschaft (SBG) is nu beter bekend als UBS (Bank Unie van Zwitserland) in jaar 1880-1881, in deze is hij Bendoro Kangdjeng Prins Hario kolonel Poerbodiningrat / RM.Koesen met RM. Choesno Malikis of Raden Mas Kasan ook genaamd Raden Mas Malikoel Choesno of Bendoro Kangdjeng Hario Djojokoesoemo Prins die later SISIM Pakoe Boewono X en RM. Satrio of Bendoro Kangdjeng Prins Hario Tjakraningrat.

Blijkbaar na mijn analyse zorgvuldig dat het commando SISKSPakoe Boewono IX BKPKolonel Ariyo Poerbodiningrat (mijn grootmoeder) in 1881 tot zeer grote contingenten in het bezit van mijn voorouders in het buitenland aan een van de banken in Europa dat ten Swizerisch bewegen Gesselschaft bank en ook UBS Bank in Zwitserland kwam uit:

Koninkrijk het koninkrijk in de archipel, die in de vroege 1ste eeuw (0-100M) (en ook waar in de dagen van Babylon, ongeveer 2000 voor Christus, tempels van Babylon, dat de naam van de bank was op dat moment de rijken in de archipel is ingevoerd in de handel hem. De voornaamste activiteiten van de bank is lending transacties in goud en zilver bij de handelaars die behoefte hebben aan bepaalde vergoedingen te innen. In 500 voor Christus de bancaire activiteit is, niet verrassend, in de Romeinse tijd de praktijk van de bancaire activiteiten zijn opgenomen voor de uitwisseling van geld, deposito's te aanvaarden, verstrekken leningen en de overdracht fonds. Uiteraard alles wordt gedaan met een zeer eenvoudige manier.)
Het tijdperk van de moderne bank begon in de 15-16 eeuw. Aanvankelijk aan het begin van de eeuw in Groot-Brittannië, Nederland en België kwamen Goldsmith Opmerking of de letter van toekang Emas. De goudsmid die tijd bereid zijn om munten (goud en zilver) voor opslag te aanvaarden, en de opslag de ontvangst geldig is als gouden letters borg genoemd Goldsmith's Note.
In haar ontwikkeling, de goudsmid brief gebruikt als betaalmiddel. Zelfs zonder de garantie reserves van goud of zilver zijn, zoals een brief Goldsmith's notes (die identiek is aan Notgeld (of wijze van betaling / betaling records van nood tijdperk van Duitsland in 1918-1924) werd aanvaard als een middel van betaling, uiteraard, met de steun en verzekering van de koning, de heerser ook werkgevers en andere instanties die geloofden op dat moment (dit is de oorsprong van het papiergeld in omloop bankieren in die dagen) had gekend inter-regionale handel die floreerde tussen Oost-Azië (vertegenwoordigd China / China), Zuidoost-Azië (vertegenwoordigers van wat nu de Indonesische archipel) , Zuid-Azië (vertegenwoordigd India) en West-Azië (vertegenwoordigd Perzisch / Media Perzië), waar Arabische handelaren ook deelnemen, Europa en landen in het Midden-Oosten Het koninkrijk is het koninkrijk in de archipel, is dat vanaf:. Koninkrijk Salakanagara, overgaan tot het Koninkrijk Tarumanagara Galuh Soenda Koninkrijk, het Koninkrijk van Kalinga, Pajajaran Koninkrijk, het Koninkrijk Medang / Hindu Mataram koninkrijk van Kahuripan, Janggala Koninkrijk, het Koninkrijk van Kediri, Koninkrijk Singhasari, koninkrijk van Majapahit, Demak Sultanaat, het Sultanaat Pajang, Sultanaat van Mataram van de islam, totdat het koninkrijk Kesunanan Kartasoera en Kesunanan Sultanaat van Surakarta en Yogyakarta.

Eye handel in grondstoffen (export) zijn rijken in de archipel (Indonesië) is: koffie, peper, rijst, katoen, honing, rotan, en sandelhout, kruiden, zout, peper foelie, kruidnagel, venkel, aloë hout, hars , kamfer, suikerriet, bananen, betelnoten noten, katoen, kokos, olifant ivoor, schildpad, zijde en katoen.

En hun tegenstanders handel in grondstoffen (import) in de vorm: zijden stof, zijde paraplu, zwaard, indigo, wax, metalen potten, borden, schalen, keramiek porselein, arseen, pandanus matten, peper, nootmuskaat, kamfer, ivoor, goud, zilver en koper.

Hoewel het koninkrijk is het koninkrijk in de archipel heeft een eigen munt in de internationale handel, maar doen ze nog steeds de uitwisseling van grondstoffen goederen (import), zoals: goud, zilver, koper, zijde, porselein, edelstenen, parels, keramische producten, en goederen van ijzer, in een zeer groot contingent.

Je kunt je voorstellen als in een jaar zijn er vele transacties in een groot contingent, vervolgens binnen een periode van een koninkrijk krijgt stapels van goudreserves, en andere producten (import) naar de andere.

En dit gaat door in het koninkrijk van zijn opvolgers toegevoegd aan de transactie waarbij een groot contingent ook door zijn opvolgers gedaan op het moment van hun koninkrijk. Vermelding van het aantal van de quota de handel gedaan door het koninkrijk het koninkrijk in de archipel werd sterker met het optreden van de schepen die goederen vervoeren ingevoerde grondstoffen handel met aanzienlijke hoeveelheden quotum dat zonk voor de kust van kust in 1601-1875 (u kunt lezen op http : / / schip karam.html) en eventueel de jaren na het gebeurde.

Partnerschap handel op de handelsroutes over land en zee tussen het koninkrijk het koninkrijk in de archipel met de kooplieden van China / Chinese, Indiase, Arabische en Perzische, ook niet uitsluiten dat de handel in partnerschappen met de landen van Europa, te beginnen bij de Grieken en Romeinen in 1e eeuw (0-100 M), (maar er is een andere bevinding dat de rijken in de archipel is opgenomen in de handelsbetrekkingen met Egypte, een van welke stad ook wel de Barus of Fansur gelegen in de kustgebieden van West-Sumatra, die leidde . kamfer bereid uit kamfer hout uit de stad had genomen naar Egypte om te worden gebruikt voor het balsemen van lijken in de dagen van de macht van Farao Ramses II, aangezien, of ongeveer 5 000 jaar voor Christus, kunt u lezen en te leren op: http://students.itb. ac.id / ~ hadi102/E-books/Islamic/Tsaqofah/Islam% 20Masuk% 20ke% 20Nusantara.pdf of bij: www.eramuslim.com)

en dit partnerschap is vastgesteld duurde erg lang, dus het is mogelijk dat in de dagen van de Majapahit Koninkrijk in het jaar 1404 AD (omdat in sommige steden in het koninkrijk het koninkrijk van de handelspartners in de archipel in Europa is een handelsbedrijf, gevestigd bancaire instellingen, zoals Barcelona ( 1401), Genua (1404), Venetië (1587), Milaan (1593), Amsterdam (1609), Hamburg (1619) en Londen (1694). Het proces van het ontstaan ​​van de instellingen van de Europese Centrale Bank begon te verschijnen rond de tweede helft van de 18e eeuw, Juist toen de koning van Engeland de Bank of England aangesteld als de Bank Circulatie en bankiers banken in het Verenigd Koninkrijk in 1773. stap is dan gevolgd door Frankrijk met spitse Banque de France (1800), Zweden benoemen Riskbank (1809), en wijst De Nederlandsche Bank Nederland (1814 ) als de centrale bank.) op het moment was ook de koninkrijken vertrouwd zijn met "save / opslaan" in de banken in continentaal Europa via de handel.

Omdat er sprake zou kunnen mogelijkheid dat het koninkrijk het koninkrijk in de archipel, die de handel naar Europa nodig zou zijn om de regels van het spel in Europa worden geregeld door het banksysteem van de internationale handel op het tijdstip volgen.

Dit is het koninkrijk het koninkrijk in de archipel zijn linker opgeslagen in banken in Europa vanaf het begin van de Majapahit Koninkrijk tijdperk tot de tijd van het Koninkrijk der Kesunanan Surakarta (Omdat Kesunanan Surakarta is de directe opvolger van het koninkrijk van Majapahit koninkrijk Mataram en Kesunanan Kartasoera, zodat de legitieme erfgenaam van het koninkrijk van Majapahit Kesunanan was Surakarta voordat het Verdrag Giyanti 1755 M) in 1881. Commodity items die bij banken worden opgeslagen in Europa zijn: goud, zilver, koper, diamanten, parels en edele metalen, edelmetalen en edelstenen, andere edelstenen.

Dus mijn analyse duidelijk aangetoond dat de bestelling SISKSPakoe Boewono IX BKPKolonel Ariyo Poerbodiningrat (mijn grootmoeder) in 1881, dat mijn grootouders bestellingen van SISKSPakoe Boewono IX moest alles verwijderen van alle banken in Europa verhuisde naar UBS, en worden betrokken bij de overdracht van goederen commodity-goederen koninkrijk koninkrijk in de archipel voor de dagen van het Majapahit koninkrijk tot het moment van Majapahit koninkrijk tot het moment van het Koninkrijk van Surakarta Kesunanan opgeslagen in Europa (Engels, Portugees, Spaans, Frans, Nederland en Oostenrijk / Duitsland), China, Amerika en het Midden-Oosten zijn er indicaties die niet zijn door de voorouders van de koninklijke koninkrijk in de archipel genomen tot in 1881, verhuisde naar een bank in Europa die is Swisserische Gesellschaft Bank of Union Bank of Switzerland (UBS). Want de reden UBS is Metal Borg Bank (Internationale Bank voor het opslaan van edele metalen), naast bank UBS is stabiel, want het was in de beroemde of niet aangetast andere neutrale Zwitserland Europese landen. En ten slotte dkumen ang actief is gerelateerd aan de voorouderlijke geschiedenis van het paleis Soerakarta Sultanaat van Mataram-dynastie II-Panembahan Senopati dat als een voortzetting van het koninkrijk in de archipel dat er sinds 5000 voor Christus door het koninkrijk van Majapahit eigenaar veranderd met de naam van eigenaar genoemd: Mr.IR.Soekarno (namens het volk en Indonesië) die zijn opgeslagen in UBS Zwitserland, in dit geval worden de documenten en fysieke activa in de vorm van edele metalen is juist, alleen misschien is dat nog steeds wordt gedebatteerd tussen de partijen Soerakarta Paleis, de Internationale kant met de Indonesische regering is hoe om te verzamelen of verkrijgen van asset- actief van de documenten en alle edele metalen. Maar naar mijn mening, de auteur, debatten en laat het nog steeds een polemiek polemisch, want in werkelijkheid alle documenten en edele metalen die reeds in de naam van Mr.Ir.Soekarno, et al. Mr.Soewarno als onze vertegenwoordiger van de kinderen van deze natie. GRATIS!

NB: Bank UBS in Zwitserland heeft vestigingen in diverse landen over de hele wereld, waaronder: Duitsland: Schweizerische Bankgesellschaft (SBG), Italiaans: Unione Banche Svizzere in (UBS), Frans: Union de Banques Suisses (UBS), Spaans: Unie de Bancos Suizos (UBS), Japans: Unie Ginko Zwitserland (UBS), Arabisch: Al Ittihad Al Swissri Bank (UBS), Portugees: União de Bancos Suiços (UBS).

GESCHIEDENIS-het koninkrijk in het Koninkrijk en zijn sectoren handel

Koninkrijk het koninkrijk in de archipel in het begin van de 1e eeuw (0-100M) zijn bekend met de interregionale handel die floreerde tussen Oost-Azië (vertegenwoordigd China / China), Zuidoost-Azië (vertegenwoordigd Nusantara), Zuid-Azië (vertegenwoordigd India) en West-Azië (vertegenwoordigd Perzisch), die ook lid geworden van de Arabische handelaars en landen in het Midden-Oosten. Het koninkrijk is het koninkrijk in de archipel:
I. Koninkrijk Salakanagara

Salakanagara, gebaseerd op het manuscript Wangsakerta - Reader Rajyarajya i Bhumi Nusantara (die bereid zijn een commissie met de voorzitter Prins Wangsakerta) wordt gedacht dat de vroegste koninkrijken in de archipel. Vroege leiders van de regerende hier is Aki Tirem. Dat gezegd hebbende, de stad heet Argyre door Ptolemaeus (Gouverneur in het Grieks) in het jaar 150 na Christus, is gelegen in de Golfregio Pepper Pandeglang.

Koning eerstgenoemde Dewawarman Salakanagara afkomstig uit India. Hij voor het eerst werd ambassadeur van zijn land (India) in het Java-eiland is de hoofdstad Salakanagara Rajatapura dat tot het jaar 362 na Chr werd het administratieve centrum van de Koningen Dewawarman (van Dewawarman I - VIII).

Terwijl Jayasinghawarman oprichter is de dochter van koning Dewawarman Tarumanagara VIII. Hij was zelf een Maharesi van Salankayana in India die vluchtte naar de archipel, omdat het gebied werd aangevallen en veroverd het koninkrijk van Maharaja Samudragupta Maurya.

EYE handel; export: peper, katoen, honing, rotan, en sandelhout (zout, peper nootmuskaat, rijst, venkel, kruidnagel, aloë hout, sandelhout, amber, kamfer, suikerriet, bananen, betelnoten, kapok, kokos , olifant ivoor, schildpad, zijde en katoen De import grondstoffen zijn:. zijden stof, zijde paraplu, zwaard, indigo, wax, metalen potten, borden, schalen, keramiek, porselein, arseen, pandanus matten, peper, nootmuskaat, kalk kamfer, ivoor, goud, zilver en koper (Wheatley, 1959).), en de resultaten van de aarde. , Het veld van de invoer: goud, zilver, koper, zijde, porselein en sieraden

Internationale betrekkingen met: Indische, Griekse, Romeinse en Chinese.

II.Kerajaan Tarumanagara

Tarumanagara of Taruma koninkrijk is een koninkrijk, dat eenmaal in de westelijke regio van Java-eiland regeerde in de 4e eeuw tot de 7e eeuw na Chr Taruma is een van de oudste koninkrijken in de archipel, die historische records te verlaten. Kampung Muara waar inscripties Ciaruteun en Telapak Elephant gevonden, is eerst een "havenstad" gelegen aan de rand van de bookie Cisadane ontmoeting met Cianten. In Manuscript Wangsakerta van Cirebon, de Tarumanegara opgericht door Rajadirajaguru Jayasingawarman in het jaar 358, die vervolgens werd vervangen door zijn zoon, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan de Gomati rivier, terwijl haar zoon op de rand van de tijd Candrabaga.

EYE handel, export: koffie, peper, katoen, honing, rotan, en sandelhout (zout, peper nootmuskaat, rijst, venkel, kruidnagel, aloë hout, sandelhout, amber, kamfer, suikerriet, bananen, arecanoten moer, katoen , kokosnoot, olifant ivoor, schildpad, zijde en katoen De import grondstoffen zijn:. zijden stof, zijde paraplu, zwaard, indigo, wax, metalen potten, borden, schalen, keramiek, porselein, arseen, pandanus matten, peper, nootmuskaat , kamfer, ivoor, goud, zilver en koper (Wheatley, 1959)), en de resultaten van de aarde, op het gebied van de invoer. goud, zilver, koper, zijde, porselein en juwelen.

Internationale betrekkingen met: Indische, Griekse, Romeinse en Chinese.

Sunda III.Kerajaan Galuh

Galuh Sunda koninkrijk is een koninkrijk, dat is de unie van twee grote koninkrijken in het Land van Sunda zijn nauw met elkaar verweven, namelijk het Koninkrijk van Sunda en het Koninkrijk Galuh. De twee koninkrijken waren een fractie van het koninkrijk Tarumanagara. Tarusbawa van oorsprong uit het Koninkrijk Soenda Sambawa, in het jaar 669 na Christus tot de positie van de koning-in-law, namelijk Linggawarman Tarumanagara laatste vervangen. Omdat Tarumanagara prestige in zijn dag was erg down, hij wilde de glans Purnawarman leeftijd woonplaats in purasaba (kapitaal) Sundapura te herstellen.

EYE handel, export: koffie, peper, katoen, honing, rotan, en sandelhout (zout, peper nootmuskaat, rijst, venkel, kruidnagel, aloë hout, sandelhout, amber, kamfer, suikerriet, bananen, arecanoten moer, katoen , kokosnoot, olifant ivoor, schildpad, zijde en katoen De import grondstoffen zijn:. zijden stof, zijde paraplu, zwaard, indigo, wax, metalen potten, borden, schalen, keramiek, porselein, arseen, pandanus matten, peper, nootmuskaat , kamfer, ivoor, goud, zilver en koper (Wheatley, 1959)), en de resultaten van de aarde, op het gebied van de invoer. goud, zilver, koper, zijde, porselein en juwelen.

Internationale betrekkingen met: Indische, Griekse, Romeinse en Chinese.

IV.Kerajaan Kalinga

Kalinga is een gedessineerde hindoe-koninkrijk in Midden-Java, waarvan het centrum was gelegen in Jepara gebied dat nu. Kalinga heeft bestaan ​​in de 6de eeuw na Christus en het bestaan ​​ervan is bekend uit Chinese bronnen. Het koninkrijk was ooit geregeerd door koningin Shima, die bekend is zijn de regelgevende wie gewonnen, zou z'n hand afsnijden.

Putri Maharani Shima, Parvati, trouwde kroonprins benoemd MANDIMINYAK Galuh Koninkrijk, dat later de koning werd tot en met 2 van het Koninkrijk Galuh.

EYE handel, export: koffie, peper, katoen, honing, rotan, en sandelhout (zout, peper nootmuskaat, rijst, venkel, kruidnagel, aloë hout, sandelhout, amber, kamfer, suikerriet, bananen, arecanoten moer, katoen , kokosnoot, olifant ivoor, schildpad, zijde en katoen De import grondstoffen zijn:. zijden stof, zijde paraplu, zwaard, indigo, wax, metalen potten, borden, schalen, keramiek, porselein, arseen, pandanus matten, peper, nootmuskaat , kamfer, ivoor, goud, zilver en koper (Wheatley, 1959)), en de resultaten van de aarde, op het gebied van de invoer. goud, zilver, koper, zijde, porselein en juwelen.

Internationale betrekkingen met: Indische, Griekse, Romeinse en Chinese.

V. Koninkrijk Pajajaran

Pajajaran koninkrijk is een koninkrijk dat wordt geschat op Pakuan beribukotanya (Bogor) in West-Java. In het oude manuscripten van de archipel, zijn dit koninkrijk vaak genoemd door de naam van de Staat van Sunda, Pasundan, of door de naam van Pakuan Pajajaran kapitaal. Sommige records zeggen dat het koninkrijk werd gesticht in 923 door Sri Jayabhupati, zoals vermeld in het opschrift Sanghyang diepte. De geschiedenis van dit koninkrijk niet kan worden gescheiden van zijn voorganger koninkrijken in West-Java gebied, namelijk het Koninkrijk Tarumanagara Galuh Koninkrijk en het Koninkrijk van Sunda en Kawali.

EYE handel, export: koffie, peper, katoen, honing, rotan, en sandelhout zout, peper nootmuskaat, rijst, venkel, kruidnagel, aloë hout, sandelhout, amber, kamfer, suikerriet, bananen, betelnoten, kapok, kokosnoot, ivoor van olifanten, schildpad, zijde en katoen. Terwijl de import grondstoffen zijn: zijden stof, zijde paraplu, zwaard, indigo, wax, metalen potten, borden, schalen, keramiek porselein, arseen, pandanus matten, peper, nootmuskaat, kamfer, ivoor, goud, zilver en koper (Wheatley, 1959 .)), en de resultaten van de aarde, op het gebied van de invoer: goud, zilver, koper, zijde, porselein en juwelen.

Internationale betrekkingen met: Indische, Griekse, Romeinse en Chinese.
VI.Kerajaan Medang
Medang Koninkrijk is de naam van een koninkrijk dat in Midden-Java staat in de 8ste eeuw, verhuisde vervolgens naar Oost-Java in de 10e eeuw, en uiteindelijk stortte in de vroege Empire, Midden-Java Medang ook bekend onder de naam van het oude Mataram Koninkrijk of het Koninkrijk van Mataram Hindu.ke-II.

Inschrijvingen Mantyasih 907 jaar namens Dyah Balitung vermelden duidelijk dat de eerste koning van het Koninkrijk der Medang (Rahyang rumuhun ri ta ri Medang Poh Pitu) is de Rakai Mataram The Queen Sanjaya.

EYE handel, export: koffie, peper, katoen, honing, rotan, en sandelhout (zout, peper nootmuskaat, rijst, venkel, kruidnagel, aloë hout, sandelhout, amber, kamfer, suikerriet, bananen, arecanoten moer, katoen , kokosnoot, olifant ivoor, schildpad, zijde en katoen De import grondstoffen zijn:. zijden stof, zijde paraplu, zwaard, indigo, wax, metalen potten, borden, schalen, keramiek, porselein, arseen, pandanus matten, peper, nootmuskaat , kamfer, ivoor, goud, zilver en koper (Wheatley, 1959)), en de resultaten van de aarde, op het gebied van de invoer. goud, zilver, koper, zijde, porselein en juwelen.

Internationale betrekkingen met: Indische, Griekse, Romeinse en Chinese.

VII.Kerajaan Kahuripan

Kahuripan is de naam die gewoonlijk wordt gebruikt voor een imperium in Oost-Java, dat door Airlangga opgericht in het jaar 1009. Het koninkrijk werd gebouwd als een voortzetting van het Koninkrijk der Medang die stortte in 1006.

Eind november 1042, werd Airlangga gedwongen te verdelen zijn koninkrijk in twee, namelijk het westelijke deel van de stad genoemd Kadiri duizenden in Daha, overhandigd aan Sri Samarawijaya, en het oostelijk deel genaamd Janggala duizenden steden in Kahuripan, voorgelegd aan Mapanji Garasakan.

Pararaton opgemerkt verschillende namen die had gediend als Bhatara i Kahuripan, of afgekort Bhre Kahuripan. De eerste is de dochter van Raden Wijaya Tribhuwana Tunggadewi. Na het jaar 1319, zijn administratie geholpen door Gajah Mada werd aangesteld als gouverneur Kahuripan voor verdienstelijke onderdrukken van de opstand Ra Kuti.

Hayam Wuruk bij de betekening yuwaraja dient ook als de koning Kahuripan Jiwanarajyapratistha titel. Gelet op de troon van Majapahit, titel Bhre Kahuripan weer hield zijn moeder, namelijk Tribhuwana Tunggadewi.

Na de dood van Tribhuwana Tunggadewi die diende Bhre Kahuripan is zijn kleinzoon, die de naam Surawardhani. Dan vervangen door zijn zoon, namelijk Ratnapangkaja.

EYE handel, export: koffie, peper, katoen, honing, rotan, en sandelhout (zout, peper nootmuskaat, rijst, venkel, kruidnagel, aloë hout, sandelhout, amber, kamfer, suikerriet, bananen, arecanoten moer, katoen , kokosnoot, olifant ivoor, schildpad, zijde en katoen De import grondstoffen zijn:. zijden stof, zijde paraplu, zwaard, indigo, wax, metalen potten, borden, schalen, keramiek, porselein, arseen, pandanus matten, peper, nootmuskaat , kamfer, ivoor, goud, zilver en koper (Wheatley, 1959)), en de resultaten van de aarde, op het gebied van de invoer. goud, zilver, koper, zijde, porselein en juwelen.

Internationale betrekkingen met: Indische, Griekse, Romeinse en Chinese.

VIII.Kerajaan Janggala

Janggala is een van de twee fracties koninkrijk geleid door Airlangga van Wangsa Isyana. Het koninkrijk werd gesticht in 1042, en eindigde rond het jaar 1130 is. De locatie van het centrum van dit rijk is nu naar schatting op het gebied van Sidoarjo, Oost-Java.

Bovendien Panji Asmarabangun vervangen zijn zoon met de naam Horse Laleyan, Prabu Surya Amiluhur titel. Nieuwe twee-jarige heerschappij, het Koninkrijk Janggala overspoeld door overstromingen. Surya Amiluhur gedwongen te verhuizen naar het westen tot het Koninkrijk der Pajajaran vast te stellen.

EYE handel, export: koffie, peper, katoen, honing, rotan, en sandelhout (zout, peper nootmuskaat, rijst, venkel, kruidnagel, aloë hout, sandelhout, amber, kamfer, suikerriet, bananen, arecanoten moer, katoen , kokosnoot, olifant ivoor, schildpad, zijde en katoen De import grondstoffen zijn:. zijden stof, zijde paraplu, zwaard, indigo, wax, metalen potten, borden, schalen, keramiek, porselein, arseen, pandanus matten, peper, nootmuskaat , kamfer, ivoor, goud, zilver en koper (Wheatley, 1959)), en de resultaten van de aarde, op het gebied van de invoer. goud, zilver, koper, zijde, porselein en juwelen.

Internationale betrekkingen met: Indische, Griekse, Romeinse en Chinese.

IX.Kerajaan Kadiri
Panjalu Kadiri Koninkrijk of rijk, is een koninkrijk gelegen in Oost-Java, tussen de jaren 1042-1222. Het koninkrijk werd in het midden van de stad van Daha, gelegen in de nabijheid van Kediri nu.
Eind november 1042, werd Airlangga gedwongen om op het grondgebied van zijn koninkrijk verdeeld omdat zijn twee zoons die meedingen naar de troon. Zoon genaamd Sri Samarawijaya te krijgen genaamd Panjalu Western Empire in het midden van de nieuwe stad, namelijk Daha.

Panjalu Koninkrijk onder de regering van Sri Jayabhaya veroveren het Koninkrijk van de beroemde motto Janggala met het opschrift Ngantang (1135), namelijk Panjalu Jayati of Panjalu Win.
In de regering van Sri Jayabhaya dit, het Koninkrijk Panjalu beleefde zijn hoogtijdagen. Dit rijk omvat het geheel van Java en sommige eilanden in de archipel, ook om de invloed van Srivijaya koninkrijk op Sumatra te verslaan.

EYE handel, export: koffie, peper, katoen, honing, rotan, en sandelhout (zout, peper foelie, kruidnagel, venkel, aloë hout, sandelhout, amber, kamfer, suikerriet, bananen, betelnoten, kapok, kokos , olifant ivoor, schildpad, zijde en katoen De import grondstoffen zijn:. zijden stof, zijde paraplu, zwaard, indigo, wax, metalen potten, borden, schalen, keramiek, porselein, arseen, pandanus matten, peper, nootmuskaat, kalk kamfer, ivoor, goud, zilver en koper (Wheatley, 1959)), en de resultaten van de aarde, op het gebied van de invoer. goud, zilver, koper, zijde, porselein en juwelen.

Internationale betrekkingen met: Indische, Griekse, Romeinse, Arabisch en Chinees.

X. Singhasari Koninkrijk

Koninkrijk Singhasari of Singasari vaak geschreven, is een koninkrijk in Oost-Java, dat door Ken Arok opgericht in 1222. De locatie van dit koninkrijk is nu naar schatting in een gebied Singosari, Malang.

Op basis van de inscripties Kudadu, de officiële naam van het ware koninkrijk is het koninkrijk Singhasari Tumapel. Volgens Nagarakretagama, toen voor het eerst werd opgericht in 1222, de hoofdstad van het Koninkrijk der Tumapel genaamd Kutaraja.

In 1254, King Wisnuwardhana hief haar zoon door de naam Kertanagara als yuwaraja en de naam van de hoofdstad in Singhasari. Singhasari naam die is de naam van de hoofdstad, dan is bekender dan Tumapel naam. Zo is het Koninkrijk Tumapel ook bekend onder de naam van het Koninkrijk der Singhasari.

EYE handel, export: koffie, peper, katoen, honing, rotan, en sandelhout (zout, peper foelie, kruidnagel, venkel, aloë hout, sandelhout, amber, kamfer, suikerriet, bananen, betelnoten, kapok, kokos , olifant ivoor, schildpad, zijde en katoen De import grondstoffen zijn:. zijden stof, zijde paraplu, zwaard, indigo, wax, metalen potten, borden, schalen, keramiek, porselein, arseen, pandanus matten, peper, nootmuskaat, kalk kamfer, ivoor, goud, zilver en koper (Wheatley, 1959)), en de resultaten van de aarde, op het gebied van de invoer. goud, zilver, koper, zijde, porselein en juwelen.

Internationale betrekkingen met: Indische, Griekse, Romeinse, Arabisch en Chinees.

XI.Majapahit

Majapahit was een oud koninkrijk in Indonesië die ooit van ongeveer 1293 tot 1500 stond AD Dit koninkrijk bereikt de piek glorie tijdens het bewind van Hayam Wuruk, die vanaf 1350 regeerde tot 1389. Majapahit bestrijding van andere koninkrijken op het schiereiland Malakka, Borneo, Sumatra, Bali en de Filippijnen.

Koninkrijk van Majapahit was de laatste hindoe-koninkrijk in het Maleise schiereiland en wordt beschouwd als een van de grootste land in de geschiedenis van Indonesië. [2] Haar kracht ligt in Sumatra, het schiereiland Malakka, Borneo en Oost-Indonesië, hoewel het betwiste grondgebied [3].
Volgens kakawin Nagarakretagama strofe XIII-XV, Majapahit grondgebied omvat Sumatra, het schiereiland Malakka, Borneo, Sulawesi, Nusa Tenggara eilanden, Maluku, Papua, en enkele eilanden van de Filippijnen.
Echter, de grenzen van de natuur en de economie liet zien dat de gebieden van de macht niet lijkt te zijn onder het gecentraliseerde gezag van Majapahit, maar met elkaar verbonden door een handel die zouden kunnen worden gemonopoliseerd door de koning.
De exacte datum wordt gebruikt als datum van geboorte van het Majapahit koninkrijk Raden Wijaya was de dag van de kroning als koning, die op 10 november 1293. Hij werd bekroond met de officiële naam Kertarajasa Jayawardhana.

EYE handel, export: koffie, peper, katoen, honing, rotan, en sandelhout (zout, peper foelie, kruidnagel, venkel, aloë hout, sandelhout, amber, kamfer, suikerriet, bananen, betelnoten, kapok, kokos , olifant ivoor, schildpad, zijde en katoen De import grondstoffen zijn:. zijden stof, zijde paraplu, zwaard, indigo, wax, metalen potten, borden, schalen, keramiek, porselein, arseen, pandanus matten, peper, nootmuskaat, kalk kamfer, ivoor, goud, zilver en koper (Wheatley, 1959)), en de resultaten van de aarde, op het gebied van de invoer. goud, zilver, koper, zijde, porselein, edelstenen, parels, keramische producten, en goederen van ijzer. Munt is gemaakt van een mengsel van zilver, tin, lood en koper. Majapahit is een agrarisch land en op hetzelfde moment handelsnatie.

Internationale betrekkingen met: Indische, Griekse, Romeinse, Arabisch en Chinees.

Majapahit heeft ook een relatie met Campa, Cambodja, Siam, het zuiden van Birma, en Vietnam, en zelfs zenden dutanya ambassadeur in China.

Vóór de komst van westerse natie Archipel

Vóór de komst van het westen, heeft de archipel uitgebreid naar gebieden

internationale handel. Op dat moment waren er twee lijnen van de internationale handel

gebruikt door de handelaren, dwz.

1. Pad commerce door het land of beter bekend als de "Silk Road" (Silk

Weg), die begint vanaf het vasteland van China (China) via Centraal-Azië,

Turkestan tot aan de Middellandse Zee. Dit pad is ook gerelateerd aan de wegen

caravan gebruikt door India. Dit pad is het pad meest

Ouders die verbinding tussen China en Europa.

2. Handel via de zee Lane, dat uit China begint door de Chinese Zee

dan is de Straat van Malakka, Calicut (India), dan naar de Perzische Golf via Syrië

(Syuria) naar de Middellandse Zee of via de Rode Zee naar Egypte en vervolgens

in de richting van de Middellandse Zee.

Zeehandel via exportartikel van de archipel spreads

Indiase markt en het Romeinse Rijk (Byzantium) die nog steeds te verspreiden naar de regio

Europa. De export van grondstoffen bestaan ​​uit onder andere kruiden, geurige hout,

kamfer en wierook.

Uit de tijd van het oude koninkrijk (zowel in de hoogtijdagen van de hindoe-boeddhistische of islamitische)

de invloed van de koningen of sultans van elk koninkrijk in de wereld

handel is groot genoeg. Zij fungeren niet alleen als een controller

veiligheid of de tollenaar alleen, maar vaak ook fungeren als eigenaar

kapitaal. In principe is het de wereldhandel in de archipel op dat moment

het karakter hebben van politieke en kapitalistische. Er zijn twee belangrijke koninkrijken in de archipel, dat

hebben een grote hand in de internationale handel levendig in het verleden

hinga de 7e eeuw tot de 15e, de Srivijaya op Sumatra en Majapahit op Java.

Beide zijn hindoe-boeddhistische koninkrijk. Srivijaya Koninkrijk is een

Royal Beach dat de economische kracht berust op de handel

internationaal. Sriwijaya in verband met internationale handel snelweg

van China naar Europa via de Straat van Malakka.

In de 7e eeuw tot de 13e koninkrijk groeien en zich ontwikkelen tot

Trade Center in westelijke delen van Indonesië, met name na de succesvolle knie

en het veiligstellen van de handelsroutes rond de Straat van Malakka. Sriwijaya nodig

elke passerende koopvaardijschip tot doorgeleiding van de Straat van Malakka naar de haven van Srivijaya.

Daarom is het koninkrijk veelvuldig bezocht door handelaren uit Perzië,

Arabische, India en China om de handel in goederen uit het land of

landen in de weg. De goederen die textiel,

kamfer, parels, kostbaar hout, specerijen, ivoor, katoen en

sengkelat, zilver, goud, zijde, glaswerk en suiker.

Naast een handelscentrum, Srivijaya heeft ook haar eigen vaartuigen

naar perniagaannya. Commerciële cruiseschepen Sriwijaya zijn Zuidoost-Azië

naar India, zelfs naar Madagaskar. De dominantie van Sriwijaya begon de handel

ervaren periodes van laag water toen het onder vuur van het koninkrijk van Cola, India in

de 11e eeuw. Later in de 13e eeuw zijn positie gedrukt door de koninkrijken

in Oost-Java, in het bijzonder met de leiders Kertanegara die Singosari

Pamalayu stuurde een expeditie naar de Tumasik.

Ten slotte, het bestaan ​​van Srivijaya echt missen na Majapahit gestuurd

expeditie naar de regio. Van 1293 tot 1500 op Java-gebaseerde Majapahit

(Oost) verscheen als een substituut Sriwijaya. In het bewind van Hayam Wuruk

en Patih Gajah Mada, Majapahit te bereiken piekvermogen. Koninkrijk

is een agrarisch rijk en is een handelsonderneming rijk. Met

sterke marine, het Majapahit rijk dat zich uitstrekte van de Molukken

tot Noord-Sumatra. Perniagaannya niet beperkt tot de handel en

kustvaart, maar ook de overzeese handel via Malak

de richting van de Indische Oceaan.

Tegelijkertijd, volgens Marco Polo, op Sumatra zijn er koninklijke Tumasik

en Ocean Pasai. Pasai een islamitische rijk dat een sterke positie hebben

het gebied van politiek en economie om zo zijn soevereiniteit te behouden

van Malakka. Echter Pasai erkennen de kracht van hindoe-boeddhistische koninkrijken

Majapahit rijk in Java en China .. Als een handelscentrum, Pasai

deed veel van de handelsbetrekkingen met de Gujarati, Bengali en steden

haven aan de noordkust van Java. Naast peper, Pasai ook exporteurs een aantal

andere koopwaar, met inbegrip van zijde, kamfer en goud verkregen

van het platteland. Terwijl zijde, mensen Pasai te verkrijgen

de mogelijkheid om zijde van de Chinese proces.

Leeftijd de handel op een duurzame manier zal resulteren in de vraag naar het oog

geld. Geld in de vorm van zilver, koper en tin zijn goederen

De belangrijkste grondstoffen die uitmondt in de Aziatische regio, waaronder Indonesië. In

regio hebben een langere open staat voor buitenlandse kooplieden en ogen

hun geld, hoewel de inheemse valuta (lokaal), in het bijzonder die van goud, te

veel afgedrukt. Sommige van de buitenlandse geld dat in omloop is op dat moment is geld

China, Japan, India en Perzië.

In de tijdsspanne van de 9e eeuw tot en met 13, een deel van het koninkrijk, zoals het koninkrijk van Kediri, Atjeh

en Sulawesi hebben een gouden medaille; koninkrijk in de Stille Oceaan, Cirebon,

Pontianak, Maluku en Banten heeft munten van tin, zilver en

koper. Goud in die dagen om de waarde te meten, maar het dient ook

als een middel om op te slaan en markeer de status van een koning. Maar

Zo ver voor die tijd heeft het publiek naar de valuta weten in

simpele vorm als een middel van betaling, zoals kralen in Bengkulu en

Pekalongan, armbanden in Majalengka en Zuid-Sulawesi, belincung in Bekasi, Moko

in Oost-Nusa Tenggara, schaal-en schelpdieren in Papoea.

Chinese koper valuta en lokale valuta gemaakt van tin, is

de eerste steen voor de toenemende commercialisering in de regio na

1400 (15de eeuw). Chinese munt wordt aangeroepen met het geld in contanten (Sanskriet),

maar de Portugezen noemden het met Caixa in het bijzonder voor de valuta

Chinese koper wordt geëxporteerd en de term wordt ook gebruikt door de Europese landen

andere. Terwijl de Java-gemeenschap om te bellen met Picis. Deze valuta

kleine ronde vorm heeft een vierkant gat in het midden te binden voor

in een bundel de moeite waard een duizend (puon), zeshonderd of een ander bedrag

gemeenschappelijke tijdperk.

In juni 1599, John Davis, een Britse zeiler die werkte op het schip

Nederland, meldde dat in Atjeh, zijn er verschillende soorten van betaalmiddelen

zoals cashes, mas, cowpan (Kupang), perdaw en tayel (tahil). Hij maakte

Een dergelijke lijst van wisselkoersen in Atjeh op het moment, als volgt:

1600 cashes = 1 mas

400 cashes = 1 Kupang

5 mas = 4 schellingen sterling

4 mas = 1 perdaw (in Atjeh genoemd pardu)

4 perdaw = 1 tahil

In de andere bronnen ook vermeld dat een staart (tahil) gelijk aan 16 mas

(Dirhams). Een Ringgit Spanje (Real Spaans) is gelijk aan 16 mas (dirhams).

XII.Kesultanan Demak
Sultanaat van Demak Sultanaat Demak of Officer is de eerste islamitische sultanaat op Java, die door Raden Patah opgericht in 1478. Het Sultanaat was eerder een keadipatian (Hertogdom) vazal van Majapahit koninkrijk, en nam een ​​pionier op het gebied verspreid de islam op Java en Indonesië in het algemeen. Sultanaat van Demak niet langlevend en binnenkort geleden een tegenslag als gevolg van een machtsstrijd tussen de koninklijke familie. In 1568, de macht over te schakelen naar het Sultanaat van Demak Sultanaat die werd opgericht door Jake Pajang Tingkir.

Op het moment van Majapahit koninkrijk ervaren tijdens laagwater in de praktijk gebieden van de macht begint los van. De gebieden zijn verdeeld in het hertogdom, het Hertogdom aanvallende elkaar, elk beweren erfgenaam van de troon van Majapahit worden. Op dat moment de energiestroom kegelvormige in twee hertogen, [nodig citaat] namelijk Raden Patah en Ki Ageng Pengging. Terwijl Raden Patah kreeg steun van Walisongo, Ki Ageng Pengging heeft de steun van Sheikh Siti Jenar.

EYE handel, export: koffie, peper, katoen, honing, rotan, en sandelhout (zout, peper foelie, kruidnagel, venkel, aloë hout, sandelhout, amber, kamfer, suikerriet, bananen, betelnoten, kapok, kokos , olifant ivoor, schildpad, zijde en katoen De import grondstoffen zijn:. zijden stof, zijde paraplu, zwaard, indigo, wax, metalen potten, borden, schalen, keramiek, porselein, arseen, pandanus matten, peper, nootmuskaat, kalk kamfer, ivoor, goud, zilver en koper (Wheatley, 1959)), en de resultaten van de aarde, op het gebied van de invoer. goud, zilver, koper, zijde, porselein, edelstenen, parels, keramische producten, en goederen van ijzer. Munt is gemaakt van een mengsel van zilver, tin, lood en koper. Demak voortzetting van Majapahit was een agrarisch land en zo goed als handelsnaties.

Internationale betrekkingen: India, Grieken, Romeinen, Portugees, Arabisch en Chinees.

Demak voortzetting Majapahit heeft ook een relatie met Campa, Cambodja, Siam, het zuiden van Birma, en Vietnam, en zelfs zenden dutanya ambassadeur in China.

Ontwikkeling van Europa: De oorsprong van Banken

In 1453 de Ottomaanse dynastie (Ottomaanse) Turken onder leiding van sultan Mohammed II

(1451-1481) in geslaagd de Constantinopel, de hoofdstad van het Romeinse Rijk

Byzantijnse (Oost-Romeinse). Sindsdien is het centrum van economische en politieke ontwikkeling

wereld van de 14e eeuw tot begin 15e eeuw in de handen van het Turkse Rijk

Usmani die al snel onder de knie strategische gebieden die eerder gecontroleerd door

Europeanen, vooral de Romeins-Byzantijnse.

De val van de Romeins-Byzantijnse resulteren in de obstructie van de handel in

Middellandse Zee voor de Europeanen. Ottomaanse heersers politieke run

die bemoeilijkt de Europese handelaren die in zijn territorium. Omstandigheden

oorzaken van de achteruitgang van de handelsbetrekkingen tussen het Oosten met

Europa, zodat de goederen hard nodig door de mensen van Europa

worden verminderd in de Europese markt, met name de specerijen. Daarom moet de

Europese handelaren uiteindelijk haar eigen weg zoeken door het verkennen van de alternatieve

onmiddellijk in het kruid.

Surfen de Europeanen werd aangevoerd door de Spaanse, Portugese en gevolgd

door Nederlandse, Britse en Franse. In aanvulling op de val van Constantinopel,

Europese verkenning werd ook veroorzaakt door verschillende factoren.

1. Reconquesta geest, de geest van de nederlaag of veroveren

als vergelding tegen islamitische heerschappij waar ze

ontmoeting

2. Marcopolo reisverhaal naar de oosterse wereld, dat is het verhaal van zijn reis van

China land via cruise of oceaan

3. De ontdekking van Galileo ondersteund Copernicus, die stelt dat

bolvormige aarde

4. Discovery Kompas (richting van de wind)

Dus, in de 15e eeuw en het begin van de 16e eeuw, Europese zeelieden

is er in geslaagd het verkennen van de uitgestrekte oceaan en aan de nieuwe landen

zoals Amerika, Afrika en Azië, met inbegrip van delen van de archipel. Sindsdien activiteit

de handel die oorspronkelijk gevestigd was aan de Middellandse zee van de overgang naar een meer

namelijk brede deel van de Atlantische Oceaan. In deze handel de Spanjaarden, Nederlanders,

Groot-Brittannië en Frankrijk erin geslaagd om de voordelen van de centra krijgen

strategische vak van zijn grondgebied. De rijkdom van de

edele metalen stroomde in Europa voornamelijk door de staat, Spaans, Portugees, Nederlands,

en het Verenigd Koninkrijk.

Uit de handel voordeel dat, in de 16e eeuw en de 17e de meeste landen

Europeanen die erin geslaagd zijn om de vorm en identiteit te vinden en is uitgegroeid tot

nationale staat, die een sterke positie in het land heeft op een manier

administratie van de staat, door het bureaucratische systeem en versterking van

strijdkrachten. Op dat moment de rijkste land is een land

De meest krachtige, omdat kan beheersen een groot gebied.

De snelle ontwikkelingen in de handel die het leven schonk aan mercantilisme te begrijpen

aangenomen door landen in Europa. Mercantilisme is een manier om

regelen economische activiteiten door middel van overheidsingrijpen in de groei

het kapitalisme in de vroegmoderne tijd in Europa. Landen aanhangend

mercantilisme gebruik goud en zilver als de standaard van de rijkdom. Dan

weer zijn aangebracht met papier geld en andere vormen van krediet. Dit wordt gedaan

omdat de ondernemers behoefte aan kapitaal en gereedschap wisselaars. Begrijp dit

houden van de lopende kolonialisme en imperialisme oud.

Als een voortzetting van deze ontwikkelingen aan het eind van de 18e eeuw, in Europa

Westerse industriële revolutie begon te ontstaan ​​als een radicale en snelle verandering

over de ontwikkeling van het menselijk vermogen in het creëren van werktuigen

om de productiviteit te verhogen. Op dat moment de snelle veranderingen in de

economische sector, namelijk van een agrarische economische activiteiten te verplaatsen naar de industriële economie

gebruik van de machine. Voortgekomen uit de Britse Industriële Revolutie, dan

geëvolueerd naar het vasteland van Europa en de verspreiding over de hele wereld. Tot

later, toen Europese landen het ervaren van de piek van de industrialisatie in de eeuw

de 19e geboren praktijk van de moderne kolonialisme en imperialisme.

In het algemeen, de industriële revolutie heeft een zeer brede impact in

verschillende terreinen van het menselijk leven willen.

1. De opkomst van de grote industrie

2. De opkomst van de burgerij en de arbeidersklasse

3. De opkomst van de verstedelijking, die wordt gekenmerkt door de verplaatsing van de plaatselijke bewoners

agrarische naar stedelijke gebieden te werken als industrie-arbeiders

4. De opkomst van het moderne kapitalisme, waar het geld speelt een

zeer belangrijk

Europese expansie activiteiten, de handel revolutie, en industrialisering

nauwe betrekkingen met het probleem van de regeringen, bedrijven en banken,

vooral als een bron van financiering voor commerciële bedrijven

Europese kolonies in de regio. Embryo's van het moderne bankieren verscheen voor het eerst in Europa

aan het begin van de 15e eeuw en 16, hoewel niet in de vorm van instellingen en de Centrale Bank

geen gestandaardiseerde waarden in nationale valuta. In sommige steden werd dat

Trade Center, staande bankinstellingen, bijvoorbeeld Barcelona (1401), Genua

(1404), Venetië (1587), Milaan (1593), Amsterdam (1609), Hamburg (1619), en

Londen (1694).

Het proces van het ontstaan ​​van de instellingen van de Europese Centrale Bank begon te verschijnen rond de tweede helft

de 18e eeuw, juist als de koning van Engeland de Bank of England benoemd als een bank

Verkeer banken en bankiers in het Verenigd Koninkrijk in 1773. Deze maatregelen

gevolgd door Frankrijk met spitse Banque de France (1800), Zweden

benoemt Riskbank (1809), en wijst De Nederlandsche Bank Nederland (1814)

als haar Centrale Bank.

Na de komst van westerse natie Archipel

Tot in de 10e eeuw koopvaardij is nog steeds het nemen van een pad dat niet terputusputus

van oost naar west of vice versa. Van de eeuw was er geen

havens die voldoende faciliteiten hebben om een ​​plaats te worden

tussenstop in commerciële lijnen lang. Sinds de 10e eeuw en in de stad-11 verschijnen

poort genaamd "Emporium", een havenstad met

volledige faciliteit die de zeilers laat te repareren zijn schepen

als handelstransacties. In elk emporium meestal

Er zijn ondernemers die hebben een groot genoeg kapitaal, zodat zij kunnen

het verstrekken van kredietfaciliteiten, magazijnen, commerciële ondernemingen en zelfs de huur-en

verkoop en aankoop van schepen voor de handel expeditie.

Geboorte van het systeem "Emporia" heeft het gemakkelijker gemaakt koopvaardij. De handelaren niet

meer gedwongen om de hele route reizen van oost naar west op de markt

waren. Echter, door het nemen van een emporium alleen, dan

handel in grondstoffen zullen worden genomen om verspreiding naar andere handelaren emporiumemporium

in andere regio's. Zo heeft het systeem veroorzaakt Lane Emporia

de handel wordt korter. Verschillende emporium dat ontstond in die eeuw

is Aden en Mocha in de Rode Zee, Muscat, Bandar Abas en Hormuz in de Golf

Perzische; Kambai en Kalikut in de Arabische Zee; Satgaon in de Golf van Bengalen; Zaiton en

Nanking-Chinese Zee en Malakka in de Straat van Malakka.

In de 15e eeuw, Malakka begonnen om de positie van Ocean Pasai verschuiving in de wereld

internationale handel. Geografisch, de locatie is heel strategische Malakka en meer

voordeliger dan Pasai. Malakka stond bekend als een poort

Archipel die aan kruispunt gelegen tussen oosterse en westerse regio's

Azië. Zoals Srivijaya kan Malacca worden gezegd niet aan haar eigen producten

aarde materialen of mijnbouw resultaten, maar doen in de regio

andere. Maar met de kracht van de diplomatieke betrekkingen met verschillende landen sterk

zoals China, Siam en Majapahit, Malakka rijk uitgegroeid tot emporium

Azië grootste. Bovendien, na de heerser van Malakka werd aanhangend

De islam in 1414, waardoor meer en meer islamitische handelaren uit Arabië en India

handelsactiviteiten uitoefenen in Malakka.

Snelle ontwikkeling van Malakka wordt ook ondersteund door het beleid van de

heerser. Ze probeerden het bureaucratische systeem dat kan groeien

de uitvoering van haar taken in het reguleren van de economie van Malakka. Een positie

belangrijk en nauw verwant aan de handel in de haven is

Syahbandar. In Malakka, zijn er vier rechtstreeks verkozen Syahbandar

buitenlandse handelaren uit verschillende groepen van naties om te gaan met

hun respectieve belangen. Malakka was een strategische positie gehoord door

Portugese mensen die erin geslaagd zijn de oprichting van een handelskantoor in Goa,

India. Voor dat Affonso d'Albuquerque, een Portugese commandant in Goa

voornemens is om de betrekkingen te voeren met Malakka. Een Portugese delegatie onder leiding

door Lopez Squeira in 1509 arriveerde in Malakka om de handelsbetrekkingen te stellen

met Malakka. Maar de heersers van Malakka terughoudend zijn om het te accepteren, zelfs

Ze vielen de Portugezen, die in Malakka aangekomen op dat moment. Tot

Ten slotte, met onder leiding van de commandant van de Portugese, Affonso d'Albuquerque,

Portugese gevangen Malacca in 1511. Ze hopen dat door Malakka mastering

staat zullen zijn om alle peper handel in Azië te grijpen. Maar hun hoop

niet voldaan, gezien de Malacca niet het resultaat van de handel

(Export) welke aard dan ook, met inbegrip van paprika zij zijn op zoek naar deze. Maar Malakka

uitsluitend emporium die dient als een doorvoerhaven voor

handelaren in de Aziatische regio.

Na het beheersen van Malakka, de Portugese vervolgde zijn reis naar

Molukken, Banda, die juist is het verzamelen van kruiden

in de Molukken. In Banda Portugese krijgen de nootmuskaat, kruidnagel en foelie. Specerijen

die zij uitwisselen met stof uit India. Met deze sfeer

drukke handel ontstaat op het eiland Banda. In 1521 kwam de Spaanse

met twee schepen in de Filippijnen en Noord-Borneo naar de Molukken eilanden,

namelijk Tidore, Bacan en Jailolo. Hun komst werd goed ontvangen, wanneer

keerden ze terug een paar kooplieden vestigden zich in Tidore, maar ze

aangevallen door de Portugezen. De komst van de Spanjaarden naar de Molukken niet

begunstigd door de Portugezen, omdat ze niet willen dat elk Europees land

Een andere concurrent, die werd hun handelsmonopolie in de Molukken. Maar

vanwege de goede houding ditunjukakan door de Spanjaarden, de mensen van Maluku meer

als zij dan de Portugese. Dus hun schepen

verder naar de Molukken te bezoeken tot en met 1534. Maar vanwege de overeenkomst met

Portugese natie sinds 1534, Spaans en Portugees verliet de Molukken

heeft de volledige vrijheid om het mooier te voeren monopolie in de Molukken.

Sinds het einde van de 16e eeuw en begin 17e eeuw aan de beurt voor de Nederlandse, Engels,

Denemarken en Frankrijk kwamen naar de archipel. In het bijzonder, de aankomst

De Nederlandse natie wordt aangedreven door twee motieven zijn economische en avontuur. In 1585

Toen Portugal in de Spaanse macht, de rol van de Nederlandse natie als

drager en verspreider van kruiden in de eurozone gestopt.

Omdat het verlies van levensonderhoud, de Nederlandse besloten om

rechtstreeks te verkrijgen kruiden van de eilanden van de archipel. In

1595 Nederlandse vloot, die bestaat uit vier koopvaardijschepen, voor het eerst

tijd varen naar Oost-Indië onder leiding van Cournelis de Houtman. Vloot

tot in Banten in 1596. Omdat de verwachte voordelen

overvloedig, de Banten Nederlandse vraag naar een grote hoeveelheid peper uit

mogelijkheid om de escalerende spanning tussen hen te betalen.

Dan is de Nederlandse verliet de haven van Banten door middel van verhitting stad

Banten. Rude houding uitbreiden tot alle havens aan de noordkust van Java,

zodat de Nederlanders hebben moeilijkheden om de handelsbetrekkingen te voeren.

De eerste vloot zeilde alleen naar Bali en in 1597 slaagden ze erin

terug naar Nederland met veel specerijen.

Het volgende jaar, zowel de Nederlandse vloot in 1598 bestond uit Jacob van Neck,

Waerwijck, Heemskerck in Banten, aangekomen bij het aanbod en goed ontvangen door

heersers daar. Het wordt veroorzaakt door omstandigheden pas Banten

geleden verliezen als gevolg van acties van de Portugese en de Nederlandse houding die

in staat geweest zich aan te passen aan de samenleving van Banten. De komst van

Nederland in de haven van Tuban en Maluku ontving ook een goede ontvangst

daripara lokale overheden. Bijna elk eiland in de Molukken, ze

singgahi, zelfs zij ook gezet zijn mensen om tegemoet

kruid gewassen. Nederlandse aankomst in Ternate werd ook ontvangen met

hetzij omdat op dat moment de Sultan van Ternate was tegen de Portugees en Spaans.

Op die manier had de Nederlandse vloot keerde terug naar zijn land met

schepen beladen specerijen en grote winsten.

In maart 1602, na stevige onderhandelingen tussen de Staten-Generaal (de Raad

Vertegenwoordigers) met bedrijven in Nederland (Holland en Zeeland)

gevormd Vereenidge Oost Indische Compagnie (VOC) gebaseerd op een oktroi

parlement dat het bedrijf de exclusieve rechten heeft op de handel, zeilen

en houd de macht in het gebied tussen de Kaap de Goede Hoop en eilanden

Salomon. Bij de uitvoering van handelsmissies, de VOC heeft een bijzonder recht (oktroi)

bij het verwerven van grondgebied in het Oosten, trad in vrede, perjanjianperjanjian,

de oorlog verklaren, een oorlogsschip, had het leger en

heeft zijn eigen verdediging.

Het voornaamste doel van de oprichting van de VOC zoals weerspiegeld in de onderhandelingen 15 januari

1602 is "ramp veroorzaken aan de vijand en om de veiligheid van het land

water ". De definitie van de vijand op dat moment was dat de Portugese en Spaanse periode

Juni 1580 - december 1640 samengesmolten tot een enkele regel die zou

grijpen dominantie in de Aziatische handel. Voor een tijdje, door middel van VOS

Nederlandse mensen hebben nog steeds goede relaties met de gemeenschap van de archipel.

In de jaren na J.P. Coen werd gouverneur-generaal van de VOC, de politieke richting

De Nederlandse natie wordt steeds duidelijker, niet alleen gericht op de handel, maar

voeren ook de handel en het monopolie van de politieke macht tegen

koninkrijken in de archipel. Vijf jaar voordat hij gouverneur-generaal

(1614) Coen stelt dat de handel in Azië moeten worden uitgevoerd en

onderhouden met de bescherming en bijstand wapens verkregen uit

HANDEL voordelen. Volgens Coen de handel niet kan worden gehandhaafd

zonder oorlog, net als de oorlog niet kan worden gehandhaafd zonder een handel.

Ten slotte, maart 1619 onder leiding van gouverneur-generaal JP VOS Coen

Jayakarta rukken uit de handen van Prins Wijayakrama en bevestigd

positie na de aarde om de stad te verschroeien door de bouw van de stad Batavia

boven de ruïnes White Rose. Met succes onder de knie Batavia, J.P.

Coen verplaatst het hoofdkantoor van de VOC de handel van Ambon naar Batavia, sindsdien

Batavia werd het hoofdkwartier van de VOC handel. Het was een stap worden de meeste

belangrijk te worden genomen door de Nederlandse, gezien vanuit Batavia VOC staat

bouwen van een militaire en administratieve centrum in een relatief veilige plaats voor

opslag en uitwisseling van goederen, alsmede gemakkelijke toegang tot de handel routes

Oost-Nusantara regio, het Verre Oosten en Europa. In december 1650, geregistreerd VOC

heeft 74 koopvaardijschepen in de gehele Aziatische regio. Het bedrag is meer

vergeleken met een vloot van haar concurrenten, Britse, Portugese en Spaanse. Kapalkapal

VOC handel gewapend met relatief meer vollediger dan de natie-eigendom schip

andere. Dus Nederlandse schepen hadden meer kans om te presteren

verschillende manoeuvres met de meer ernstig.

Start de 15e eeuw kan worden gezegd dat bijna alle commerciële transacties in

Gebruik maakt van Java China's munt geld. Misschien een grote vloot zon

het kader van Cheng Ho is wat de Chinese munt is zo beroemd in bandarbandar

Andere eilanden, zoals de Malakka en Pasai aan het begin van de 15e eeuw.

Dan is de opheffing van de beperkingen op de handel keizer van China naar het zuiden op

in 1567 kennelijk resulteerde in massale instroom van valuta-

Chinese koper. Als gevolg van het aantal geld in omloop is zorgwekkend ambtenaren

China, dus in 1590 in Guangdong en Fujian creëerde een nieuwe koperen munt

gemengd met een goedkope tin om verder te circuleren. In 1596,

De eerste Nederlandse vloot, lage kwaliteit is uitstekend picis ver in de binnenlanden van Java.

Vanwege de slechte kwaliteit, valuta CASHES van tin mengsel kwaliteit

kan gemakkelijk worden vervalst. In 1633, toen de Nederlandse (VOC) begon te voelen

dat cashes kan worden verkregen bij de Chinezen in Batavia, worden ze

weet dat er al Chinese picis maken industrie in Java, met name in

Banten, Cirebon en Jepara. De Nederlanders namen voordeel van deze activiteiten

door het geven van de leiding op basis van het monopolie van de Chinese premier

Nederlandse bezette gebieden. Bedrijfsresultaat het nemen van deze VOS, gestopt als

Engeland in geslaagd om tin te geven met een goedkopere prijs. Na dat de VOS

over te schakelen naar koper munt als een middel in principe in te voeren om

economieën in Azië. Te emuleren de Chinese munten in 1727 (of het bereik

periode 1728-1751) VOC circuleren de metalen fragmenten als betaalmiddel Geld

rechtmatige plaats picis / cash. Echter, volgens sommige records periode

het gebruik van munt picis zij sponsor is van cruciaal belang voor

Batavia gebouw als een aantrekkelijke haven voor zeilers Nusantara

voornemens om picis en merchandise te houden uit China.

Bovendien, de komst van het Westen in de 16e eeuw geholpen uit te breiden type

munt in omloop op het grondgebied van de archipel. Dit veroorzaakt

de rol van lokale valuta in omloop zonder verhoging van de urgentie voor een bestelling en

controles zijn duidelijk en overzichtelijk. Een van de valuta's van de meest populaire westelijke

uitvoerig is Real Spanje (Spaanse Matten). In de 17e eeuw was er geen oog

lokale munt die kan met Real Spaanse munt concurreren als geld

internationaal. Het geld werd onmiddellijk in geld en de eenheid tellen voor de transactie

internationaal. In een brief van gouverneur-generaal en de Raad van VOS in

Batavia naar Nederland, gedateerd 12 februari 1685, lieten ze de

350.000 à 400.000 gulden waard is het geld beschikbaar, bij voorkeur in

echte vorm van acht Mexicaanse / Real Spanje, omdat de mensen van Java, Sumatra en

omliggende eilanden gewenste munteenheid, want het was tijdens

gewend aan het gebruik het al jaren.

VOC poging om de handel in de eilanden archipel toestemming vragen monopoliseren

Koning van Nederland naar de echte nieuwe munt af te drukken met de grootte, het gewicht en inhoud

vergelijkbaar met de populariteit van Real Spanje rivaal. Rond het begin van de 18e eeuw

Echte valuta van Spanje begon schaars, en dus begonnen te verschuiven zijn positie.

Dingen die vroeger de VOC Nederlandse valuta (metallic zilver) te maken

Rijksdaalders als een standaard betaalmiddel in de archipel.

Lo VOC in Batavia heeft geen eigen munteenheid, geld verdienen

is het soevereine recht strikt VOC waarvan de uitvoering is in

toezicht Staten-Generaal. Toen in het jaar 1644 -1645 een aantal van de ogen

noodgeld gemaakt van koper en zilver, Heeren XVII besteld

ingetrokken met grote. Met deze uitzondering, en in aanvulling op de medailles,

VOC heeft geen geld in de Oost-Indië tot 1744, toen ze uiteindelijk vastgesteld

een drukpers geld in Batavia. Wat resulteert in een enorme puinhoop in

omloop brengen van geld in de milieu-activiteiten van de VOC. Meerdere valuta

(Inclusief de Real Spaans) zijn niet aangegeven welke nummers afgedrukt op elke waarde.

Tot frequente meningsverschillen tussen de Heeren XVII en de Gouverneur

Het algemeen en zijn raad van bestuur in Batavia over de verschillende evaluaties die

gedefinieerd door een lichaam.

Aan het einde van de 18e eeuw heeft de VOC is verslechterd, sommige van haar monopolie op

gebied is gedaald. De Nederlandse regering begon toen penyeledikannya

VOC en onthullen de toestand van het faillissement, schandaal en het wanbeheer in

Alle velden. In december 1794-januari 1795 werd de Franse inval van het land

Nederland en Frankrijk erin geslaagd om een ​​marionet regering te vestigen. Volgende op 1

Januari 1800 de VOC werd ontbonden, en vervolgens na de ontbinding van het samenstel

(Heeren XVII) VOC in Amsterdam. Dus het hele gebied van het gezag VOC-schakelaar

geworden Nederlandse overheid grondgebied.

In 1807 Herman Willem Daendels naar Batavia gezonden te worden gouverneur

Generaal in Oost-Indië met de taak van de overheid reorganisatie,

economische herstellen en onderhouden van Java van de Britse aanval. Daendels

moeilijkheden ondervinden als gevolg van een overheid in geld achtergelaten in een toestand VOC

kritisch. Hij probeerde geld te lenen van 736.000 rijksdaalders te verbeteren

economische omstandigheden in de Oost-Indië, maar de inspanning was niet succesvol, omdat

alleen bijdraagt ​​aan het toenemende aantal rijksdaalders geld in omloop,

geld, terwijl de overheid moet de desbetreffende valuta te waarborgen is juist

leeg. Daendels als minder succesvol in de uitvoering van haar taken, totdat

hij uiteindelijk vervangen door Janssen, die vervolgens overgedragen aan de Oost-Indië

Engeland.

Na die in 1811 de koningin van Engeland opgeheven Sir Thomas Stamford Raffles

als luitenant-gouverneur van Oost-Indië. Bij Raffles periode, trok hij munteenheid

Rijksdaalders ongeveer 8,5 miljoen (papiergeld) uit de circulatie en wordt beschouwd als

overheidsschuld zal worden beveiligd met zilver. Dan is de echte valuta

Spanje nieuw leven ingeblazen als een standaard zilveren munt. In 1813 ogen

het geld wordt vervangen met Java Ropij munt gedrukt in Surabaya.

Maar Raffles was niet lang blijven bestaan ​​in Oost-Indië (1811-1815), want na

usainya oorlog tegen Frankrijk (Napoleon), Britse en Nederlandse makelij

overeenkomst die het hele grondgebied werd teruggegeven aan de Oost-Indië

Nederland. Dat veroorzaakte Raffles inspanningen hebben niet de tijd gehad om de resultaten te zien

wanneer de stroom is afgesloten.

Sinds de overgang van de macht, genaamd Oost-Indië Nederlands-Indië

(Nederland Indie) en werd geregeerd door de commissaris-generaal (1815-1819), samengesteld

van Elout, Buyskes en Van der Capellen. Onder de periode precies op

1817 de door de overheid uitgegeven nieuwe munt in ruil voor Ropij Java, namelijk

Gulden Nederland-Indië onder het symbool "F" betekent fluor of gulden. In die periode

regering voelde het gewicht van de last van de Nederlands-Indië economie zonder

het bestaan ​​van voldoende bancaire faciliteiten. In de export-import relatie tussen

Nederlands-Indië en Nederland neemt goud en zilver ter dekking van het tekort

in de handelsbalans. Regering van Nederland-Indië moet altijd doen

goud-zilver uit Nederland om aan deze behoeften te voldoen. En het gewoon

kan eenvoudig worden gedaan door middel van bancaire faciliteiten.

Commissaris-generaal Leonard Pierre Joseph Du Bus de Gisignies Burgraaf in

Rapport Kolonisatie waarin hij zei dat de exportwaarde van Java is zeer laag is als

vergeleken met de andere Nederlandse koloniën. Daarom is de waarde van de uitvoer van Java

kan niet opwegen tegen de waarde van de invoer, met name inkomensniveau mensen

zeer laag niet te betalen voor de ingevoerde goederen in contanten. Voor

Du Bus reizen is twee beleidsterreinen, namelijk het systeem van de gemeentelijke eigendom te vervangen

het individu om om mensen te stimuleren om te werken en geld verdienen

gebruik van meer kapitaal dan mannen met de gevolgen

uitnodigen van buitenlandse kapitaal uit West-Europa. Beleid "meer kapitaal dan

man "Du Bus is eindelijk bevallen liberale economische ideeën die

"De kolonisatie van Nederlands-Indië met een hoofdletter." Als gevolg van het beleid is uiteindelijk

zal genereren op de noodzaak voor de aanwezigheid van een moderne bankinstelling in de Oost-Indië

Nederland.

XIII.Kesultanan Pajang

Display sultanaat is een koninkrijk gevestigd in Midden-Java als een voortzetting van het Sultanaat van Demak. Palace complex, dat nu de grenzen leven van de propedeuse, gelegen op de grens Pajang Village, stad en dorp Makamhaji Surakarta, Kartasoera, Sukoharjo.

Inderdaad Pajang naam van het land is bekend sinds de tijd van Majapahit Koninkrijk. Volgens Nagarakretagama, geschreven in 1365, was er een jongere zus Hayam Wuruk (koning van Majapahit op het moment) diende als de heerser weergeven, houdt Bhatara i Pajang, of afgekort Bhre Pajang. Zijn echte naam is Dyah Nertaja, dat is de moeder van Wikramawardhana, de volgende koning van Majapahit.

Met de steun van koningin Kalinyamat (regent van de dochter van Jepara Trenggana Sultan's), Hadiwijaya en zijn volgelingen heeft Arya Penangsang verslaan. Hij werd erfgenaam van de troon van het Sultanaat van Demak, die haar kapitaal verplaatst naar Display.

EYE handel, export: koffie, peper, katoen, honing, rotan, en sandelhout (zout, peper foelie, kruidnagel, venkel, aloë hout, sandelhout, amber, kamfer, suikerriet, bananen, betelnoten, kapok, kokos , olifant ivoor, schildpad, zijde en katoen De import grondstoffen zijn:. zijden stof, zijde paraplu, zwaard, indigo, wax, metalen potten, borden, schalen, keramiek, porselein, arseen, pandanus matten, peper, nootmuskaat, kalk kamfer, ivoor, goud, zilver en koper (Wheatley, 1959)), en de resultaten van de aarde, op het gebied van de invoer. goud, zilver, koper, zijde, porselein, edelstenen, parels, keramische producten, en goederen van ijzer. Munt is gemaakt van een mengsel van zilver, tin, lood en koper. Demak vervolg-Majapahit Mataram is een agrarisch land en zo goed als handelsnaties.

Internationale betrekkingen: India, Grieken, Romeinen, Portugees, Arabisch en Chinees.

Demak vervolg-Majapahit Mataram heeft ook een relatie met Campa, Cambodja, Siam, het zuiden van Birma, en Vietnam, en zelfs zenden dutanya ambassadeur in China.

XIV.Kesultanan Mataram
Sultanaat van Mataram islamitische koninkrijk in Java werd opgericht door Sutawijaya, afstammelingen van Ki Ageng boogschieten dat een geschenk perceel kreeg van de koning Pajang, Hadiwijaya, voor zijn diensten. Mataram Koninkrijk tijdens de gouden tijden in het land van Java en Madoera en de omliggende gebieden waaronder verlof enkele sporen van de geschiedenis die kan worden gezien nu, zoals gebieden in Jakarta en het systeem Matraman rijstveld in Karawang verenigen.

EYE handel, export: koffie, peper, katoen, honing, rotan, en sandelhout zout, peper foelie, kruidnagel, venkel, aloë hout, sandelhout, amber, kamfer, suikerriet, bananen, betelnoten noten, katoen, kokos, olifantenivoor, schildpad, zijde en katoen. Terwijl de import grondstoffen zijn: zijden stof, zijde paraplu, zwaard, indigo, wax, metalen potten, borden, schalen, keramiek porselein, arseen, pandanus matten, peper, nootmuskaat, kamfer, ivoor, goud, zilver en koper (Wheatley, 1959 .)), (en de resultaten van de aarde, op het gebied van de invoer: goud, zilver, koper, zijde, porselein, edelstenen, parels, keramiek en metaal die 's ogen het geld uit een mengsel van zilver, tin, lood, en. koper. Mataram voortzetting Pajang-Majapahit, Demak is een agrarisch land en zo goed als handelsnaties.

Internationale betrekkingen: India, Grieken, Romeinen, Portugees, Arabisch, Spaans, Engels, Nederlands en Chinees.

Display voortzetting van de Mataram-Demak-Majapahit heeft ook een relatie met Campa, Cambodja, Siam, het zuiden van Birma, en Vietnam, en zelfs zenden dutanya ambassadeur in China.

XV.Kasunanan Kartasoera

Kasunanan Kartasoera was een koninkrijk in Java, die werd opgericht in het jaar 1680 en eindigde in 1742, ter bevordering van het Sultanaat van Mataram. Koninklijke geschiedenis is relatief kort leeftijd de neiging om een ​​burgeroorlog wordt gekenmerkt door de troon te bestrijden.

Kartasoera Kasunanan centrale ligging zijn er momenteel geschat op Kartasoera, Sukoharjo, Midden-Java.

Het oude paleis van Mataram was al bezet door Prins Puger, zoon Ik Amangkurat anderen, die toegewezen zijn vader te nemen uit de handen Trunajaya. Amangkurat II werd gedwongen om een ​​nieuw paleis in het bos Wanakarta, genaamd Kartasoera te bouwen. Hij begon in het paleis te verplaatsen in september 1680.

EYE handel, export: koffie, peper, katoen, honing, rotan, en sandelhout (zout, peper foelie, kruidnagel, venkel, aloë hout, sandelhout, amber, kamfer, suikerriet, bananen, betelnoten, kapok, kokos , olifant ivoor, schildpad, zijde en katoen De import grondstoffen zijn:. zijden stof, zijde paraplu, zwaard, indigo, wax, metalen potten, borden, schalen, keramiek, porselein, arseen, pandanus matten, peper, nootmuskaat, kalk kamfer, ivoor, goud, zilver en koper (Wheatley, 1959)), en de resultaten van de aarde, op het gebied van de invoer. goud, zilver, koper, zijde, porselein, edelstenen, parels, keramische producten, en goederen van ijzer. Munt is gemaakt van een mengsel van zilver, tin, lood en koper. Kartasoera voortzetting van de Mataram-Display-Majapahit, Demak een agrarisch land en zo goed als handelsnaties.

Internationale betrekkingen: India, Grieken, Romeinen, Portugees, Arabisch, Spaans, Engels, Nederlands en Chinees.

Kartasoera voortzetting van de Mataram-Display-Majapahit, Demak heeft ook een relatie met Campa, Cambodja, Siam, het zuiden van Birma, en Vietnam, en zelfs zenden dutanya ambassadeur in China.

Leening Van De Bank en Bank van De Bankcourant en Leening

De aanwezigheid van de bancaire instellingen in Nederland-Indië in feite is die al sinds

de VOC, namelijk de perode 1743-1750. Op dat moment geleid door de VOC

Gouverneur-generaal Van Imhoff die voorwaarden waaronder het handelsverkeer in Europa gemaakt

als referentie bij het uitvoeren van de overheid in de Oost-Indië, hoewel

in feite de meeste van de situatie is heel anders. Als gevolg daarvan veel geboren

voorschriften die zijn tijd, zodat het niet bij de uitvoering overschreden. In

Augustus 1746, is een raad van bestuur van de handel aan verschillende zaken te behandelen,

zoals schikkingen in de particuliere sector om de handel

worden aangepakt. In deze raad, zat zeven mensen die ervan wordt beschuldigd als

Bank van Leening heersers opgericht op 20 augustus 1746.

Zoals algemeen wordt de bank op dat moment, de aard van de activiteiten van de Bank van Leening niet

meer dan een hypotheek is beveiligd een lening

goederen in de vorm van goud, zilver, edelstenen, goederenhandel,

de stoffen, meubels en grootte is de moeite waard de objecten

Andere soortgelijke. Dit kapitaal van de bank bestaat uit 300 aandelen met elk een waarde

1000 Ringgit. 200 stuks die eigendom zijn van de regering en de rest

andere, zodat op 01 december 1746 was deze bank kunnen opereren, zelfs met

langzaam, omdat van alle fouten in de handel zaken.

In haar ontwikkeling, de Bank van Leening moeite hebben

het ontwikkelen van hun kapitaal. Dat komt omdat het bestaan ​​van oneerlijke concurrentie

met VOC ambtenaren die misbruik maken van hun rijkdom met de heffing

een hoge rente. Deze praktijk heeft geleid tot bancaire diensten zijn minder aangeboden

wenselijk om de ontwikkeling van het kapitaal in haperende plus

banken moeten opgeven wat kapitaal in de vorm van deposito's aan

De overheid VOC.

Om deze problemen te overwinnen, de regering op grond van artikel 1 van het reglement

Bank van Leening zal dit aantal oplopen van de bank status bankbiljetten. Dan

op basis overeengekomen 02 juni 1752 bestuursvergadering gepland

om een ​​nieuwe instelling vast te stellen, namelijk Bank Courant. De Bank is opgericht Courant

op 1 september 1752, hierna volgens de consensus 05 september

1752 fuseerde met Bank van De Bankcourant Leening dus nl

Bank van Leening. Met de bank ambtenaren VOC

gelegenheid om het belang en rijkdom inboezemen door de overname van

vereenvoudiging van de administratie van haar kapitaal.

Ondertussen, op een paar-veel banken hebben al een belang in de ontwikkeling van

de wereldhandel, omdat het certificaat van deposito of bankbiljetten in omloop snel

snel als bankbiljetten zijn in grote vraag als gevolg van

terugbetaalbaar op elk gewenst moment. Omdat van deze functies, en Bank van De Bankcourant

Leening misschien wel de voorloper van de De-eeuwse Javasche Bank

volgende. Maar als zijn voorganger (de Bank van Leening), De Bankcourant

Bank van Leening en ook meer ernstige problemen. Maar partij

VOC overheid heeft geen goede trouw om te gaan met de bank al

erachter te komen waarom.

Uiteindelijk in 1790 bleek een tekort aan geld in contanten op de bank

63 000 Ringgit, dus de VOC regering is van mening dat het niet kan

toegestaan. Dan, door middel van een besluit 05 april 1794 de bank gesloten verklaard. Partijen VOC

nam het over en kondigde aan dat de bankbiljetten worden uitgewisseld in de tijd

twee maanden. Vanaf dat moment Bankcourant en Bank van Leening alleen een naam,

Hoewel onder leiding van gouverneur-generaal Herman Willem Daendels (1808 - 1811)

op 14 juni 1809 de bank aangegeven weer tot leven.

Tijdens het bewind van "tussen" Engeland in de periode 1811 - 1816 van de bank werd gegeven

instantie om het geld te verdelen, maar de totale mislukking eindigde

bij het ontbreken van geld voor de bank-verplichtingen en voldoen

vroeg haar schuldeisers te betalen in de vorm van koffie, rijst en accepteren

weer. Volgens artikel 7 van de Aanvullende Overeenkomst van de gedateerde Verenigd Koninkrijk

24 juni 1817 van de bank werd overgenomen door de Nederlandse regering. Vervolgens door

27 januari 1818 de aankondiging van de gelegenheid geboden de bank van het papiergeld te veranderen

tot 18 juni 1818 en zal daarna niet meer worden verklaard zijn waarde.

Zo verklaarde de bank gesloten.

Geschiedenis van de Centrale Bank in de archipel

Schepen commerce koopvaardijschip

Getroffen door golven tot Malacca

Als de gastheer over te lezen

Lupalah geen geschiedenis van Bank Indonesia

Laten we de historische ontwikkeling van de Centrale Bank te volgen in de archipel ...

Vóór de komst van het westen, heeft de archipel uitgebreid naar gebieden

internationale handel. Op dat moment waren er twee lijnen van de internationale handel

gebruikt door de handelaren, vaste lijn of beter bekend als de "Line

Zijde "en de zee. Via een tweede route die de handel goederen geëxporteerd uit

Nusantara regio zoals: specerijen, aromatische hout, kalk

kamfer en wierook, de Indiase markt en het Romeinse Rijk (Byzantium).

In de periode vóór de komst van het westen, zijn er twee belangrijke koninkrijken in de archipel

die hebben een grote hand in de internationale handel te verlevendigen, te weten

Sriwijaya en Majapahit. In de opkomst van de commercie is geen oog

geld dat wordt gebruikt als standaardwaarden. Hoewel mensen hebben bekend de ogen

geld in een eenvoudige vorm als een betaalmiddel.

Ondertussen, in de 15e eeuw Europese naties proberen uit te breiden

exploratie gebieden in verschillende delen van de wereld, waaronder Azië en de archipel.

Surfen wordt geleid door de Spaanse en Portugese die werd gevolgd

door Holland, Groot-Brittannië en Frankrijk sinds de val van Constantinopel in de handen van

Ottomaanse heerschappij (1453). In de 16e eeuw en 17 verschillende ontwikkelingen

heeft voorgedaan in Europa, onder andere inzicht in de opkomst van het mercantilisme, dat is een

economisch systeem dat de economische regelgevende instantie concentreert zich in de handen van

overheid. Met hun mercantilisme werven van fondsen aan te moedigen

exploratie-activiteiten. Bovendien, aan het eind van de 18e eeuw industriële revolutie heeft

aan de gang in Europa. Groeiende industriële activiteit en een verhoogde productie output

dan ook bemoedigend uitvoer naar de Aziatische regio, evenals de Amerikaanse. De snelle

handel in Europa leidde tot de groei van de financiële dienstverlenende instellingen

is de voorloper van de moderne bankinstellingen, zoals onder andere Bank van

Leening in Nederland. Vervolgens geleidelijk bepaalde banken in het eurogebied

zoals de Bank of England (1773), Riskbank (1809), Banque de France (1800) ontwikkeld

de Centrale Bank.

Hectische handel in Azië in de 15e eeuw is de belangrijkste attractie is

de handel expeditie onder leiding aanwezigheid van Europese naties in de archipel.

Bovendien, na een toename van diverse havensteden langs de emporium

zeehandel route, zoals Malakka. De komst van westerse landen deelgenomen

vermenigvuldig de soorten munt in omloop in Zuidoost-Azië regio. Dit

ertoe leiden dat de rol van lokale valuta in omloop zonder verhoging van de urgentie, omdat

duidelijke regels en controles. Chinese munten, Cassie, en Java domineren

Echte Spanje naar voren als de meest westelijke valuta's zijn zeer populair.

In 1511 werd de Portugees naar de Malakka-controle en blijven bewegen oosten

in de richting van de bron van specerijen in de Molukken. Daar zijn ze het gezicht van de natie

Spanjaarden die arriveerden via de Filippijnen.