ADVERTIZED

ads ads ads ads ads

Kamis, 15 Oktober 2009

KISAH KELUARGA YANG SELALU BERBAKTI PADA TANAH AIRNYA





















(bisa dilihat pada : KITLV ( Koninklijk Instituute Taal-, Laand-, en Volkenkunde) http://kitlv.pictura-dp.nl/index.php?option=com_memorix&Itemid=28&task=result&searchplugin=eenvoudigdistkitlv&onderwerp=Surakarta&rpp=30&cp=4)

Foto RM.KOESEN
(putra PB.IX kakaknya PB.X)

KISAH KELUARGA YANG SELALU BERBAKTI PADA TANAH AIRNYA

I. BAKTI PADA TANAH AIRNYA KERATON SOERAKARTA

1. PANGERAN ARIO POERBODININGRAT : MASA KECIL HINGGA DEWASA SERTA LANGKAH MENITI KARIER


Langit diatas kota Surakarta cerah pada waktu itu tepat di hari Ahad/ Minggu Pon, 17 Agustus 1851 atau 18 Sawal 1779 Tahun ALIP Windu KUNTARA Wuku JULUNGWANGI atau 19 Syawal 1267H pada jam setengah tujuh sore hari (yang nantinya Beliau wafat pada Sabtu Pahing 7 Desember 1940, 6 Dulkangidah 1871 Tahun Dal Windu Adi Wuku Marakeh,7 Zulkaidah 1359 H) , terdengar tangis bocah kecil yang kelak akan bernama Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat,di dalam kompleks cepuri Karaton Soerakarta di kala itu, Bapak dari bocah kecil itu sedang berjuang untuk meraih tahta kerajaan Karaton Soerakarta (suksesi),yang kala itu kerajaan Karaton Soerakarta masih dipegang oleh pamannya yaitu Sahandhap Sampejandalem Ingkang Sinoehoen Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono VIII, waktu itu banyak kandidat calon pengganti raja diantaranya adik dari Pakoe Boewono VIII. Di saat ketegangan suksesi memuncak lahirlah bocah kecil bernama Bandoro Raden Mas Abadi yang kelak bernama Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat yang lahir dari Raden Dojoasmoro (yang nama sebenarnya adalah Raden Adjeng Koesnijah cucu Pakoe Boewono VIII) dengan Kangdjeng Goesti Pangeran Hario Praboewidjojo (yang kelak bernama Sahandhap Sampejandalem Ingkang Sinoehoen Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono IX). Tangisan bayi kecil Bandoro Raden Mas Abadi membuat hati para dayang-dayang dan seisi istana gembira dan bersuka cita. Lahirnya Bandoro Raden Mas Abadi ini begitu sangat menghibur hati Kangdjeng Goesti Pangeran Hario Praboewidjojo yang kala itu sedang resah dan gundah hatinya.



Begitu banyak cerita yang menarik tentang Bandoro Raden Mas Abadi diantaranya : beliau pada umur dua tahun begitu sangat aktif dan tidak bisa diam, dayang pengasuhnya sampai kewalahan mengasuhnya setiap benda yang ada didekatnya selalu dilemparkan ke orang-orang didekatnya. Beranjak umur tiga tahun beliau sudah nampak kecerdasannya, beliau sudah bisa membuat mainan sendiri dari bahan-bahan disekitarnya. Beranjak umur enam tahun Bandoro Raden Mas Abadi gemar menulis dan membaca, kegemarannya itu berlanjut samapai beliau tua dan beliau pun bisa membuat lukisan dan batik meskipun belum begitu sempurna membatiknya, teman bermain beliau adalah anak dari Tuan Godlip paman suami dari bibinya. Beranjak umur sebelas tahun Bandoro Raden Mas Abadi gemar melihat,mengamati dan belajar dari tukang besi,empu,tukang pembuat wayang dari kulit,tukang pengasah batu mulia,tukang pembuat perhiasan dari emas,tukang pembuat gamelan,guru karawitan,guru tari,guru silat dan olah kesaktian,guru keprajuritan,guru intelejen,pujangga,dan guru ketatanegaraan, dan lain-lain samapai-sampai tidak ada yang tidak beliau pelajari, dan semua yang beliau pelajari dapat beliau cerna dan pahami.



Pada tanggal 30 Desember 1861 (yang bertepatan pada hari Senin Legi, 30 Desember 1861,26 Jumadilakhir 1790 Tahun JE Windu SANGARA Wuku SUNGSANG, 27 Jumadilakhir 1278H) Bapak beliau yaitu Kangdjeng Goesti Pangeran Hario Praboewidjojo diangkat menjadi Raja di Karaton Soerakarta Hadiningrat yang selanjutnya bergelar Sahandhap Sampejandalem Ingkang Sinoehoen Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono IX, sehingga beliau Bandoro Raden Mas Abadi pun mendapat penganugerahan dari Pakoe Boewono IX dengan gelar Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat atau lebih dikenal dikalangan Eropa dengan nama Pangeran Hario Poerbodiningrat. Sewaktu beliau berumur dua belas tahun beliau disuruh Pakoe Boewono IX menemani dalam lawatan Sinuwun ke Eropa, dan di setiap menemani Sinuwun ke Eropa beliau selalu menyempatkan diri membeli buku-buku pengetahuan, ataupun membaca buku di perpustakaan serta melihat,mengamati dan mempelajari di laboratorium. Saat umur dua belas tahun itu pun beliau mendapatkan rekomendasi belajar ke A.M.S (Algemeene Midelbaare School), karena beliau nampak kepandaiannya, beliau menempuh sekolah itu hanya dalam waktu dua tahun, beliau juga disayangi dan disukai guru-guru beliau, hingga Hooge Meester (Kepala Sekolah A.M.S) merekomendasikan untuk beliau melanjutkan kuliah ke Leiden (kuliah dibidang militer), namun selain kuliah di bidang militer beliau juga mempelajari bidang-bidang keilmuan yang lainnya melalui teman-teman sekuliahnya. Lama kuliah beliau lima tahun, setelah bernajak umur tujuh belas tahun beliau lulus dari kuliah beliau. Selama beliau kuliah di Leiden, beliau sering memanggil dan menyuruh para abdidalem untuk mengamati perkembangan yang ada di dalam Keraton Soerakarta selama beliau kuliah.

Beranjak umur delapan belas tahun beliau pulang ke tanah air beliau, dan langsung menghadap Bapak beliau yaitu Sinuwun Pakoe Boewono IX sampai-sampai bahagia perasaan Sinuwun kala itu menemui anak beliau pulang dari kuliah. Namun kala itu tanah air beliau , sedang mengalami banyak pergolakan politik yang dilancarkan oleh beberapa pihak atau kelompok yang terkenal dengan “ begal,kecu,maling, dan gedhor “ (= yaitu sejenis pencurian dan perampokan dan tak ketinggalan pula disertai pembunuhan), hal ini terjadi karena adanya ketidakadilan yang dilakukan oleh para tuan tanah dan pemodal yang memeras tenaga para pekerja dan mengupahnya dengan sangat murah, namun harga-harga kebutuhan pokok sangat mahal dan tidak terjangkau rakyat, dan banyak kelaparan disana sini). Maka dari itu beliau diperintahkan oleh Sinuwun untuk belajar ke Belanda di bidang intelejen sampai beliau berumur dua puluh lima tahun. Dan setelah beliau berumur dua puluh enam tahun, beliau ditugaskan dibidang militer dengan pangkat Luitenan Kolonel (Overste) dan juga diberi gelar oleh Sinuwun dengan pemberian nama Pangeran Ario Poerwodiningrat dan saat itu juga beliau membeli dari seorang belanda rumah yang sekarang berada di jl.suryo no.20 Kel.Purwodiningrat Jebres Surakarta (yang mulai th.1948-1949 disrobot oleh R.Wongsopandoyo (yang termasuk kelompok merah sepanjang bengawan solo dan diduga dia berasal dari sekitar Klaten, terindikasi termasuk gerombolan perampok dan pembunuh,sekarang ini rumah Pangeran Ario Poerbodiningrat atau Pangeran Ario Poerwodiningrat yang telah disrobot R.Wongsopandoyo, sekarang ditempati keturunannya yang bernama R.Wakidjo (yang sekarang berubah kepemilikan menjadi terpecah dalam ; RVO (Regleement Vereineging Ordonantie),Perceel 280 (yang berubah menjadi SHM No.349 atas nama R.Wakidjo), dan Perceel 228 (yang berubah menjadi SHM No.350 atas nama R.Wakidjo), pensertifikatannya tidak diketahui ahli waris maupun juga Kraton, hal ini mungkin akan berakibat cacat hukum atau batal demi hukum), lihat foto dibawah ini).
























Gambar: foto keluarga R.Wakidjo keturunannya Wongsopandojo yang menyrobot rumah dan tanah R.Koesen B.K.P.H.Kolonel Poerbodiningrat di Jl.Surya No.20 Poerwodiningratan Surakarta (foto didapat penulis dari www.suaraparapangeran.blogspot.com)




Beliau bertugas mengawasi gerak-gerik pergolakan politik dan meredamnya, diantaranya aksi pencurian dan pembunuhan yang terjadi di Juwiring Klaten, perampokan dan pembunuhan di Tegalgondo Klaten, perampokan dan pembunuhan di Gondang Sragen, dan lain-lain masih banyak lagi। Hingga beliau umur tiga puluh tahun, beliau mengabdi pada tanah airnya dibidang militer dan kepolisian।

Seiring dengan beliau bertugas kemiliteran dan kepolisian, beliau juga berbisnis diantaranya : usaha batik, batu mulia, perhiasan dari logam mulia, meubel, dan lain-lain, yang menjadi komoditi eksport beliau, dalam hal ini beliau bekerjasama dengan keluarga Tuan Godlip (keluarga bangsawan dari Jerman), selain itu beliau mendapat pengakuan dari Karaton Soerakarta Hadiningrat, bahwa beliau mempunyai semua harta dan bahwa itu benar-benar milik beliau pribadi, karena keahlian beliau dalam berdagang dan berkarya, sehingga Sinuwun Pakoe Boewono IX memerintahkan pada Patih Kangdjeng Raden Adipati Sosrodiningrat menegaskannya dalam Soerat Pikoekoeh No.204 (yang dikeluarkan pada Jum'at Pahing, 2 September 1881,8 Sawal 1810 Tahun JIMAKIR Windu ADI Wuku PAHANG,7 Syawal 1298H). Mulai dari beliau berumur kurang lebih dua puluh tahun beliau selalu mempraktekkan apa saja ang pernah beliau pelajari di bangku kuliah maupun dari para guru dan empu, diantaranya membuat alat-alat eksplorasi,membuat usaha-usaha batik beraneka ragam,membuat usaha-usaha meubelair,membuat usaha-usaha pembuatan gamelan, membuat usaha-saha pembuatan wayang kulit,membuat usaha-usaha pembuatan mesiu,membuat beraneka ragam gending-gending jawa, membuat beraneka ragam tari-tarian,membuat tata praja modern, mengaudit keuangan, membuat usaha-usaha batu mulia, membuat usaha-usaha pembuatn besi mulia dan di eksport ke Negara-negara di Eropa, dan usaha-usaha lainnya. Selain itu beliau juga berbisnis dengan keluarga Tuan Godlip, yaitu berupa bisnis pembuatan perhiasan dari batu mulia, dan logam mulia, dan juga berbisnis pemurnian logam mulia yang dibutuhkan di sekitar Eropa dan Amerika, serta melayani pula alat-alat dibidang moneter dan perbankan, selain itu beliau dipercaya sebagai staf ahli pada salah satu bank terkenal di Eropa. Selain itu beliau juga sangat suka turun ke desa, disertai tirakat dan bertapa, dalam perjalanan beliau selalu disertai para abdidalem prajurit yang setia dan patuh pada beliau. Dalam perjalanan beliau turun ke desa, tak lupa beliau dan para abdidalem prajurit juga mengajarkan ilmu silat dan olah kesaktian, dan setelah beliau mengajarkannya lantas beliau memuridkan pemuda-pemuda desa sehingga terbentuklah padepokan bela diri disetiap desa yang beliau lalui.
Pada waktu beliau berumur tiga puluh tahun, beliau ditugasi oleh Sinuwun menjabat sebagai Pejabat Bagian Bea dan Cukai di Pelabuhan Soerabaia., yang ditugaskan oleh Sinuwun mengawasi kapal barang yang keluar masuk pelabuhan disamping itu beliau juga ditugasi memperbaiki sistem manajemennya.

Waktu beliau berumur empat puluh tahun, beliau menikah dengan Raden Adjeng Soemasti putri dari Kangdjeng Pangeran Hario Hadiwijaja putra Mangkoenagoro IV (= beliau adalah istri permaisuri/padmi/sah BKPH.Kol.Poerbodiningrat/RM.Koesen (karena baru dewasa ini bermunculan yang mengaku anak keturunan BKPH.Kol.Poerbodiningrat/RM.Koesen dari istri selir/tidak sah). Meskipun beliau menikah namun, lama beliau mempunyai anak, beliau mempunyai anak setelah beliau berumur lima puluh tahun. Anak yang terlahir sewaktu beliau berumur lima puluh tahun ialah seorang putri bernama Bandoro Raden Adjeng Bandiyah atau sering disebut dengan nama Raden Adjeng Soetarmi, dikarenakan beliau merasa tidak tenang setelah peristiwa suksesi di Karaton Soerakarta mulai tahun 1880 hingga 1893. Setelah meredanya gelombang suksesi di Karaton Soerakarta mereda yaitu setelah adik beliau menang suksesi dan bergelar Sahandhap Sampejandalem Ingkang Sinoehoen Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono X, beliau ditugaskan juga menjabat sebagai Pejabat Bagian Bea dan Cukai di Pelabuhan Semarang selain juga sebagai Pajabat Bagian Bea dan Cukai di Pelabuhan Soerabaia. Di Semarang beliau membuat lapangan pekerjaan yaitu berupa CV dan NV bersama-sama dengan teman kuliahnya. Saat beliau berumur lima puluh tahun, beliau juga membuka lapangan kerja yatiu berupa CV dan NV yang ergerak dibidang eksport –import tanaman hias dan bunga-bungaan.


Tepat beliau berumur lima puluh tahun, beliau pulang ke Karaton Soerakarta ikut menyaksikan bahwa anak/putri beliau bernama Bandoro Raden Adjeng Bandiah atau Raden Adjeng Soetarmi mendapat pengakuan dari Karaton Soerakarta Hadiningrat, bahwa anak/putri beliau tersebut mempunyai semua harta dan bahwa itu benar-benar milik dari beliau pribadi dan anak/putri beliau tersebut sebagai penerusnya, karena keahlian beliau dalam berdagang dan berkarya, sehingga Sinuwun Pakoe Boewono X memerintahkan pada Patih Kangdjeng Raden Adipati Sosrodiningrat menegaskannya dalam Soerat Pikoekoeh No.10 (yang diterbitkan pada Minggu Wage 17 Juni 1900,18 Sapar 1830Tahun Je Windu Sancaya Wuku Warigalit,18 Safar 1318 H)






B.R.Ay. Bandiyah Soetarmi Prodjokoesoemo putri RM.KOESEN


2. PANGERAN ARIO POERBODININGRAT : SEMASA SUKSESI

Mengulang lagi kisah beliau Pangeran Ario Poerbodiningrat saat berumur empat puluh tiga tahun, tepatnya pada tanggal 1 Januari 1893 (yang bertepatan pada hari Minggu Legi, 1 Januari 1893,12 Jumadilakhir 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku WARIGAGUNG, 12 Jumadilakhir 1310H), ayah beliau yaitu Sinuwun Pakoe Boewono IX memanggil beliau Pangeran Ario Poerbodiningrat atau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat ke Istana Tetirah di R.M.SOEGIYO ZALDY ZORRO DARSITA,Bc.Hk Cucunya RM.KOESEN
(anak kandung satu-satunya dari B.R.Ay.Bandiyah Soetarmi Prodjokoesoemo)
Langenharjo, dengan disaksikan oleh Pangeran Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario Hangabei, Pangeran Ario Haryomataram, Pangeran Ario Praboeningrat , dan Pangeran Ario Koesoemodiningrat, dalam hal ini Sinuwun Pakoe Boewono IX berpesan (dalam Serat Wara Iswara) yaitu : “ Poma-poma trahingwang, aja sira umadeg Aji, mung nyuwuna berkahipun luluhur Nata, sabab Ratu yen sinedya dadi luput, amung Gusti Allah Sang Malikul Kusna kang hanetepke Adeging Aji “. ( artinya : pesanku (Sinuwun) pada anak-anak keturunanku, jangan lah kamu terlalu berharap berdiri sebagai Raja saja, tetapi selain dari itu memintalah berkah nenek moyangmu para Raja, karena kalau hanya berharap saja menjadi Raja jikalau tidak disertai doa dan permohonan dengan ucapan syukur kepada Allah pastilah tidak terlaksana, karena yang menetapkan seseorang menjadi Raja hanyalah Allah Sang Malikul Kusna ). Pesan Sinuwun Pakoe Boewono IX tadi terucap disaat Sinuwun dalam keadaan sakit oleh karena kelelahan setelah Acara Tingalandalem Jumenengan Sinuwun yang ke tiga puluh satu. Hal kesehatan Sinuwun yang menurun dikarenakan sewaktu Acara Tingalandalem Jumenengan Sinuwun menerima banyak tamu yang tidak ada hentinya hingga tiga puluh hari tiga puluh malam lamanya, para tamu yang datang itu diantaranya ialah : Raja/Ratu Belanda,Tuan Gubernur Jenderal,Tuan Gubernemen, Tuan Residen, Tuan-tuan Duta Besar Negara-Negara tetangga,Negara-Negara di seluruh Eropa,dan Raja atau Perwakilan Negara-Negara di Seluruh Dunia, disamping itu juga para Sentana (Kerabat/Keluarga Raja), dan Para Raja di seluruh Nusantara. Karena Sinuwun sangat kelelahan sehingga Sinuwun bertamasya ke vila relaksasi sinuwun di Langenharjo, selama Sinuwun relaksasi di Langenharjo, Sinuwun memanggil keenam putranya yaitu :Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Kolonel Poerbodiningrat, Pangeran Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario Hangabei, Pangeran Ario Haryomataram, Pangeran Ario Praboeningrat , Pangeran Ario Djojokoesoemo dan Pangeran Ario Koesoemodiningrat, yang menghadap Sinuwun selain keenam putranya, yaitu : B.R.Ay.Soeriodipoero, B.R.Ay.Wiriodiningrat, Pangeran Ario Hadikoesoemo, B.R.Ay.Adipati Sosrodiningrat, dan Pangeran Ario Pakoeningrat. Akan tetapi putra-putri Sinuwun yang lainnya tidak bisa menghadap karena sudah pulang kembali ke daerah-daerah tugasnya masing-masing. Pada pertemuan Sinuwun dengan putra-putrinya di Langenharjo, Sinuwun banyak sekali memberikan pesan-pesan dan nasihat, yang diantaranya ialah :
a)“ Sira kabeh padha rukuna nganti mengkone nadyan Ingsun wus kondur ing jaman kelanggengan. Sira kabeh padha rukuna aja padha regejegan,nek ana rembug dirembug aja padha cengkrah, nek ana rijeki sathithik padha dipangan sithik,semono uga ana rijeki akeh padha dipangan akeh. Lan sing baku sira kabeh padha gawe makmure Praja lan kawula, aja amung gawe makmure dhewe “. (artinya : hei kalian semua putra-putriku, aku berpesan hendaklah nantinya kalian hidup rukun satu sama lain, walau aku sudah berpulang ke rahmatullah, aku harap kalian nantinya hendaklah hidup rukun satu dengan lainnya, kalau ada permasalahan diantara kalian, hendaklah kalian jangan bertengkar, dan kalau suatu saat ada rejeki meskipun sedikit, hendaklah di bagi dengan adil, begitupun kalau suatu saat ada rejeki besar. Tetapi yang terutama adalah kalian haruslah membuat makmur dan sejahteranya Negara dan rakyat, jangan hanya mencari keuntungan sendiri dan memperkaya diri sendiri kalian saja).
b) “ Sira kabeh padha ngastaa bawad pangreh praja ing kabisan sira dhewe-dhewe aja padha iren ingirenan, marga kabisan kuwi paringaning Gusti Allah, ora bisa manungsa tanpa Gusti Allah, kabeh sing ngatur amung Gusti Allah, manungsa amung sadrema nglakoni, Gusti Allah sing nemtokake. Dadi nadyan Ingsun wus kondur ing jaman kelanggengan Ingsun njaluk sing mengko umadeg Ratu aja ngongkreh-ongkreh sedulure marga iren. Apa maneh sing Ingsun dhewe ndhawuhake marang sira kanggo Ratu mengkone, Ingsun njaluk ajenana dhawuh Ingsun. Apa maneh Ingsun wus ngandika sing baku adeging HARJA TATA, lah ing kene sira kabeh wus weruh Ingsun wus ngangkat amisudha Senapati Perang, ya Ingsun njaluk sengkuyungen tumuju adeging Aji. Sokur sira kabeh gelem manut ing dhawuh Ingsun. Amarga Ingsun amung mamrihake becike, ora ana Ratu mamrihake ala “. (artinya : hei kalian semua putra-putriku, aku berpesan hendaklah kalian dalam bertugas menjadi pemimpin di daerah-daerah tugas kalian mampu mengemban tugas dengan sempurna berdasar keahlian kalian masing-masing, karena keahlian itu harus kalian sadari bahwa keahlian kalian itu berasal dari Allah, manusia itu tidak bisa apa-apa kalau tidak diberi keahlian oleh-Nya, semua itu yang mengatur hanya Dia, sebagai manusia hanya bisa melakukan tetapi Allah yang menentukan. Jadi meskipun nanti aku telah dipanggil-Nya, aku minta pada kalian, bagi siapapun nanti yang jadi Raja, pesanku jangan bertindak tidak adil pada saudara-saudaranya karena sebelumnya punya perasaan saling iri hati. Selain itu aku juga berpesan pada kalian, bahwa aku telah memilih dari kalian untuk menjadi Raja (dalam hal ini yang dimaksud Sinuwun adalah Pangeran Ario Poerbodiningrat), aku minta pada kalian hargailah semua pesan dan perkataanku. Di atas semua itu, aku berpesan pada kalian, yaitu tegakanlah berdirinya HARJA TATA (mengenai Sistem HARJA TATA akan penulis terangkan pada bab selanjutnya), nah disinilah kalian semua sudah mengerti maksudku, bahwa aku sudah mengangkat dan mewisuda seorang Senapati Perang (dalam hal ini yang dimaksud Sinuwun adalah Pangeran Ario Poerbodiningrat), dan permintaanku pada kalian untuk mendukungnya dalam tugasnya sebagai Senapati Perang dan hingga menuju menjadikannya dia menjadi Raja. Itupun yang aku harap kalian semua mau menurut perintahku dan pesanku. Karena perlu kalian ketahui semua yang aku sarankan adalah demi kebaikan kalian semua, tidak ada seorang bapak apalagi Raja menyarankan yang tidak baik pada anak-anaknya)

Kisah selanjutnya yaitu pada tanggal 2 Januari 1893 ( yang bertepatan pada hari Senin Pahing, 2 Januari 1893,13 Jumadilakhir 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku WARIGAGUNG,13 Jumadilakhir 1310H) Sampejandalem Ingkang Sinoehoen Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono IX menerima tamu Tuan Asisten Gubernur Jendral, yang melaporkan berkembang pesatnya kejahatan pembunuhan dan berkembang pesatnya “ begal,kecu,maling,rampok,dan gedhor “di seluruh pulau Jawa yang sukanya merusak,mencuri,merampok yang disertai membunuh warga sipil dan terutama Tuan-Tuan V.O.C yang berada di seluruh pulau Jawa terutama di daerah Klaten,Sragen,Wonogiri dan Boyolali, dan Tuan Asisten Gubernur Jendral tadi juga berkata pada Sinuwun, apabila Sinuwun tidak segera menatanya maka Sinuwun nantinya tidak dipercaya lagi oleh pemerintah (dalam hal ini pemerintah Hindia Belanda) menjadi Raja yang adil dan bijaksana. Mendengar laporan Tuan Asisten Gubernur Jendral tadi Sinuwun hanya berkata dengan tenang pada Tuan Asisten Gubernur Jendral demikian : “ Tuwan, kadadosan ingkang makaten punika kalawau kalampahan amargi mboten wontenipun tepa salira saha reh sathithik edhingipun para Tuwan-Tuwan tanah saha Tuwan V.O.C. Kula kinten manawi para Tuwan-Tuwan wonten raos welas asih dhateng para kawula dasih mbok bilih kadadosan ingkang kalawau mboten kalampahan “ ( artinya : Tuan, keadaan yang demikian itu terjadi oleh karena tidak adanya rasa tepa salira/peduli dan tidak adanya rasa saling berbagi,dan musyawarah mufakat untuk kebersamaan dari para Tuan tanah dan Tuan V.O.C. Saya kira apabila para Tuan tanah dan Tuan V.O.C ada rasa welas asih/belas kasih pada rakyat/warga sipil, mungkin kejadiannya tidak seperti kejadian saat ini ). Mendengar penjelasan Sinuwun yang demikian tadi, kecewalah Tuan Asisten Gubernur Jendral dan pergilah Tuan tadi meninggalkan Sinuwun dengan pamit terlebih dahulu pada Sinuwun, dengan mimik muka yang kecut. Seperginya Tuan Asisten Gubernur Jendral tadi Sinuwun kelihatan bingung dan khawatir dengan yang telah Sinuwun laporkan pada Tuan Asisten Gubernur Jendral tadi, dalam benak hati Sinuwun bertanya-tanya kenapa Sinuwun melaporkan seperti itu, bagaimana dengan kejadian yang terjadi nantinya. Sehingga Sinuwun memanggil putranya yang bernama Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat yang mempunyai nama lain Kangdjeng Goesti Pangeran Hario Poerwodiningrat, bahwa baru saja Sinuwun kedatangan tamu yaitu Tuan Asisten Gubernur Jendral yang melaporkan kepada Sinuwun mengenai berkembang pesatnya fenomena “ begal,kecu,gedhor,maling, lan rampok “, dan dalam hal ini diminta oleh pemerintah Hindia Belanda yang diwakili oleh Tuan Asisten Gubernur Jendral diharapkan menata keadaan agar aman. Sehingga Sinuwun memanggil dan memerintahkan pada Pangeran Ario Poerbodiningrat untuk meredam situasi dan keadaan dan mengadakan perang terhadap “ begal,kecu,gedhor,maling, lan rampok “ di seluruh tanah Jawa, Batavia, Madura dan Bali (dalam hal ini Tuan Asisten Gubernur Jendral hanya mencari-cari alasan untuk segera menggulingkan Sinuwun dari tahtanya, karena sebelum Tuan Asisten Gubernur Jendral menghadap Sinuwun, pemerintah Hindia Belanda mendengar desas desus bahwa Sinuwun bersama Sultan mengadakan permufakatan akan memberontak pada Belanda, Sinuwun akan balas dendam pada Belanda yang telah membuang ayahnya Sinuwun Pakoe Boewono VI ke Ambon (mengenai Intrik-Intrik Politik,Taktik dan Rencana Strategi Sinuwun Pakoe Boewono IX dalam mempersiapkan perlawanan terhadap Belanda akan penulis bahas pada Bab selanjutnya). Jadi mulai tanggal 3 Januari 1893 (yang bertepatan pada hari Selasa Pon, 3 Januari 1893,14 Jumadilakhir 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku WARIGAGUNG,14 Jumadilakhir 1310H) hingga tanggal 20 Januari 1893 (yang bertepatan pada hari Jum'at Kliwon, 20 Januari 1893,2 Rejeb 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku SUNGSANG,2 Rajab 1310H) beliau Pangeran Ario Poerbodiningrat meredam dan mengadakan perang terhadap “ begal,kecu,gedhor,maling, lan rampok “ sampai-sampai tidak pernah pulang ke Karaton Soerakarta, beliau pulang ke Karaton Soerakarta dan menghadap ayahnya Sinuwun Pakoe Boewono IX setelah beliau berhasil meredam situasi dan keadaan………bersambung


(Vertaald in het Nederlands:)

(Kan worden bekeken op: KITLV (Koninklijk Instituute Taal-, Laand-, en Volkenkunde)

http://kitlv.pictura-dp.nl/index.php?option=com_memorix&Itemid=28&task=result&searchplugin=e

envoudigdistkitlv&onderwerp=Surakarta&rpp=30&cp=4)

Foto RM.KOESEN
(Zoon van zijn broer PB.IX PB.X)

FAMILIE verhaal is ALTIJD gewijd aan thuisland

I. Paleis op Bakti thuisland Soerakarta

1. Ario Poerbodiningrat PRINCE: DE KLEINE EN STEP UP tot volwassen carrière


De lucht boven de stad Surakarta fel op dat moment recht op de dag van zondag / zondag Pon,

17 augustus 1851 of 18 Sawal 1779 Jaar Alip Windu KUNTARA wuku JULUNGWANGI of 19 Shawwal

1267H om half zeven 's middags (die hij later is overleden op zaterdag Pahing 7 december

1940 , 6 Dulkangidah 1871 Jaar Dal Windu Adi wuku Marakeh, 7 Zulkaidah 1359 H), was er een

huilend jongetje zou worden genoemd Bendoro Kangdjeng Prins Hario Poerbodiningrat, in het

paleis complex Cepuri Soerakarta op het moment, is de vader van het jongetje moeite te

bereiken Paleis troon Soerakarta (erfopvolging), die toen het koninklijk paleis is nog

steeds in het bezit van zijn oom Soerakarta namelijk Sahandhap Sampejandalem Ingkang

Sinoehoen Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono VIII, het was een stuk van vervangende

kandidaten, met inbegrip van de jongere broer van de koning Pakoe Boewono VIII. Op het

moment van opvolging tot piek spanning werd geboren een jongetje genaamd Bendoro Raden Mas

Abadi die later de naam Bendoro Kangdjeng Hario Poerbodiningrat Prins Raden Dojoasmoro

geboren (de naam is eigenlijk de kleinzoon van Raden Adjeng Koesnijah Pakoe Boewono VIII)

met Kangdjeng Goesti Hario Praboewidjojo Prins (later vernoemd Sahandhap Sampejandalem

Ingkang Sinoehoen Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono IX). De huilende baby Bendoro Raden

Mas Abadi laten de harten van de dames in de wacht en het hele paleis gelukkig en blij. De

geboorte van Raden Mas Abadi Bendoro is zo erg geruststellend Kangdjeng Goesti Hario

Praboewidjojo Prins die toen angstig en depressief hart.



Zo veel interessante verhalen over Bendoro Raden Mas Abadi onder hen: hij op de leeftijd van

twee jaar was zeer actief en kan niet stil, dames overweldigd zorgzame nanny voor elk object

dat is in de buurt is altijd gegooid naar de mensen in de buurt. Verplaatst leeftijd van

drie jaar heeft hij verscheen intelligentie, hij was in staat om hun eigen speelgoed te

maken uit materialen omheen. Verplaatst leeftijd van zes jaar Bendoro Raden Mas Abadi liefde

schrijven en lezen, zijn passie voor het doorgaat samapai oud en hij kan maken schilderijen

en batik membatiknya hoewel niet zo perfect, hij is het kind speelkameraadje van de heer

Godlip oom van de echtgenoot van zijn tante. Verplaatst leeftijd van elf jaar Bendoro Raden

Mas Abadi graag te zien, te observeren en te leren van een smid, meester, leder marionet

maker, klusjesman slijper edelstenen, gouden sieraden maker, klusjesman instrument maker,

docent muzikanten, dansdocenten, vechtsporten leerkrachten en Als magie, leerkrachten

soldaat, intelligentie leraar, dichter, leraar en openbare instellingen, en anderen

samapai-tot er niets was wat hij geleerd, en al wat hij leerde hij kan verteren en te

begrijpen.



Op 30 december 1861 (die samenvalt op maandag Legi, 30 december 1790 Jaar 1.861,26

Jumadilakhir JE Windu SANGARA wuku stuitligging, 27 Jumadilakhir 1278H) De heer Prins, hij

is Kangdjeng Goesti Hario Praboewidjojo werd koning bij de volgende titel van het Paleis

Soerakarta Sahandhap Sultanaat's Sampejandalem Ingkang Sinoehoen Kangdjeng Soesoehoenan

Pakoe Boewono IX, zodat hij Bendoro Raden Mas Abadi krijgen ook de schenking van Pakoe

Boewono IX met de titel van Prins Hario Bendoro Kangdjeng Poerbodiningrat of beter bekend

onder de Europeanen door de naam van Prins Hario Poerbodiningrat. Toen hij twaalf jaar oud

was werd hij veroordeeld tot de Pakoe Boewono IX Sinuwun reis vergezellen naar Europa, en in

eventuele begeleidende Sinuwun naar Europa, hij altijd zich ter beschikking om de boeken van

de kennis, of het lezen van een boek in de bibliotheek en bring kopen, kijken en bestuderen

in het laboratorium. Op de leeftijd van twaalf jaar dat hij werd aangeraden om te leren AMS

(Algemeene Midelbaare School), omdat hij lijkt slimheid, nam hij de school in slechts twee

jaar, hij hield ook van en vond zijn leraren, naar Hooge Meester (hoofd van de school AMS)

aan te bevelen naar de universiteit ging hij naar Leiden (op het gebied van militaire

academie), maar in aanvulling op college op militair gebied, is hij ook het bestuderen van

de wetenschappelijke veld de andere via vrienden sekuliahnya. Zijn oude school vijf jaar,

waarna bernajak zeventienjarige leeftijd studeerde hij af aan zijn college. Tijdens zijn

lezing in Leiden, was hij vaak opgeroepen en vertelde de rechtbank werknemers op de

ontwikkelingen in het Paleis Soerakarta observeren tijdens zijn lezing.

Verplaatst leeftijd van achttien jaar keerde hij terug naar zijn vaderland, en hij wordt

direct geconfronteerd met de heer Sinuwun Pakoe Boewono IX in de mate dat tevreden gevoel op

het moment Sinuwun de kinderen die hij thuis kwam van school te voldoen. Maar zijn vaderland

in die tijd, had een veel politieke beroering gelanceerd door verschillende partijen of

groepen die bekend staan ​​als "dief, struikrover, dief, en gedhor" (= dat is een soort van

diefstal en roof, en last but not least ook vergezeld door moord), dit gebeurt omwille van

het onrecht gedaan door de verhuurders en beleggers dat de arbeiders en mengupahnya zijn

belasten met een zeer goedkoop, maar de prijzen van basisbehoeften zijn erg duur en niet

betaalbaar het volk, en veel van de honger, hier en daar). Zo was hij in volgorde van

Sinuwun naar Nederland te leren op het gebied van inlichtingendiensten, totdat hij was

vijfentwintig jaar. En nadat hij was zesentwintig jaar oud, werd hij toegewezen op het

gebied van de militaire met de rang van kolonel Luitenan (Luitenant-kolonel) en mede gelet

op de titel door Sinuwun door het geven van de naam van Prins Ario Poerwodiningrat en rechts

en dan kocht hij van een Nederlandse woning die nu in jl.suryo geen 0.20 Kel.Purwodiningrat

Jebres Surakarta (die th.1948-1949 disrobot begon door R. Wongsopandoyo (waaronder rode

groep langs de rivier solo en dacht dat hij uit de hele Klaten, aangeduid met inbegrip van

hordes van rovers en moordenaars, nu huizen Prins Ario Poerbodiningrat of ario

Poerwodiningrat prins die heeft disrobot R. Wongsopandoyo, nu bezet door zijn nakomelingen

zijn vernoemd R. Wakidjo (die nu van eigenaar veranderd moet worden verdeeld; RVO

(Regleement Vereineging ordonnantie), Perceel 280 (die in een SHM No.349 draaide in de naam

van R. Wakidjo) en Perceel 228 (die in een SHM No.350 draaide in de naam van R. Wakidjo),

pensertifikatannya onbekende erfgenamen en ook het Paleis, kan dit leiden tot een miskraam

van justitie of nietig), zie foto hieronder).
























Figuur: familiefoto's nakomelingen Wongsopandojo R. Wakidjo het huis en land menyrobot R.

Koesen BKPHKolonel Poerwodiningratan Poerbodiningrat in Jl.Surya nr. 20 Surakarta (foto

verkregen van www.suaraparapangeran.blogspot.com auteur)



Hij is verantwoordelijk voor het toezicht op de bewegingen van politieke onrust en dempen

het, zoals diefstal en moord die plaatsvond in Juwiring Klaten, roof en moord in Tegalgondo

Klaten, roof en moord in Gondang Sragen, en anderen meer. Totdat hij was dertig jaar oud

was, werd hij gewijd aan zijn vaderland op het gebied van leger en politie.

Samen met zijn leger en politie plicht, hij is ook zaken doen zijn: batik business,

edelstenen, sieraden van edele metalen, meubels, enz., die zijn exportartikel geworden, in

dit geval werkt hij met de heer Godlip familie (koninklijke familie van Duitsland), naast

dat hij de erkenning gekregen van Soerakarta Sultanaat Palace, dat hij alle schatten en dat

het echt behoort persoonlijk aan hem, omdat zijn expertise op het gebied van handel en werk,

dus Sinuwun Pakoe Boewono IX beval de Patih Kangdjeng Raden Duke Sosrodiningrat bevestiging

van het in Pikoekoeh een brief No.204 (afgegeven op Pahing vrijdag 2 september, 1881.8 Sawal

1810 Jaar JIMAKIR Windu ADI wuku Pahang, 7 Syawal 1298H). Vanaf hem was ongeveer twintig

jaar, is hij altijd in praktijk wat hij leerde ang ooit op de universiteit als van leraren

en meesters, waaronder het maken van de tools van exploratie, waardoor de inspanningen

divers batik, spant zich in voor meubels, maken gamelan-inspanningen, waardoor

business-Saha-making Shadow Puppets, zich inspannen om buskruit vervaardiging, het maken van

een breed scala van gising-gising java, maken diverse dans, maken van een modern civiel

service systeem, financiële controle, waardoor de inspanningen edelstenen , waardoor de

inspanningen pembuatn edele metalen en wordt geëxporteerd naar landen in Europa, en andere

inspanningen. Daarnaast is hij ook zaken doen met de heer Godlip familie, namelijk het

bedrijf van het maken van sieraden van edelstenen en edele metalen en edele metalen

raffineren bedrijf ook nodig in Europa en Amerika, en dient ook de instrumenten van de

monetaire en bancaire veld, andere dan die werd hij benoemd als personeelslid expert op een

van de beroemde banken in Europa. Ze hield ook naar beneden naar het dorp, vergezeld tirakat

en boetedoening, de manier waarop hij altijd vergezeld van de rechter de werknemers zijn

loyaal en gehoorzaam soldaat in hem. In de loop van zijn afdaling in het dorp, vergeet niet

dat hij en zijn soldaten rechter medewerkers leren ook vechtsporten en sport

bovennatuurlijke krachten, en nadat hij zijn discipelen leerde en daarna het dorp jongeren,

het vormen van zelfverdediging in elk dorp hermitage waarvoor hij geslaagd is.
Op het moment dat hij was dertig jaar oud was, werd hij belast door Sinuwun diende als

afdeling Officer van Douane en Accijnzen in Port Soerabaia., In opdracht van Sinuwun kijken

schip goederen in en buiten de haven in aanvulling op dat hij was ook belast met de

verbetering van haar management systeem.

Toen hij veertig jaar oud, trouwde hij met de dochter van Raden Adjeng Soemasti Kangdjeng

zoon Prins Hario Hadiwijaja Mangkoenagoro IV (= zij is de vrouw keizerin / padmi / geldig

BKPH.Kol.Poerbodiningrat / RM.Koesen (als gevolg van deze nieuwe opkomende volwassenen die

beweren kind afdaling BKPH.Kol.Poerbodiningrat / RM.Koesen van de vrouw van concubine / niet

geldig). Hoewel hij nog getrouwd was, heeft hij een kind oud, hij had een zoon, nadat hij

was vijftig jaar oud. Kinderen die geboren worden als hij was vijftig jaar was een dochter

Bendoro genaamd Raden Adjeng Bandiyah of vaak gebeld door de naam Raden Adjeng Soetarmi,

omdat hij voelde zich ongemakkelijk na de gebeurtenissen in het Paleis Soerakarta

erfopvolging te beginnen in 1880 tot 1893. Na de versoepeling van de opvolging in het Paleis

Soerakarta golf verdwenen na de jongere broer van de erfopvolging en won hij de titel

Sahandhap Sampejandalem Ingkang Sinoehoen Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono X, hij diende

ook als een officier van Douane en Accijnzen afdeling in de haven van Semarang alsmede

Douane en Accijnzen Afdeling Pajabat in Port Soerabaia. In Semarang hij banen te creëren in

de vorm van CV en NV, samen met vrienden van school. Toen hij vijftig jaar oud, hij is ook

open werkgelegenheid in de vorm van CV en NV yatiu dat ergerak gebied van export-import van

sierplanten en bloemen.


Rechts was hij vijftig jaar oud, keerde hij terug naar het paleis Soerakarta gekomen om te

zien dat het kind / de dochter die hij Bendoro Raden Raden Adjeng Bandiah of Adjeng Soetarmi

naam ontvangt erkenning van Soerakarta Sultanaat Paleis, de zoon / dochter dat hij alle

schatten en dat het echt en persoonlijke eigendommen van zijn zoon / dochter als zijn

opvolger, omwille van zijn expertise op het gebied van handel en werk, dus Sinuwun Pakoe

Boewono X besteld in Patih Kangdjeng Raden Duke Sosrodiningrat Pikoekoeh te bevestigen in

een brief nr. 10 (afgegeven op zondag de 17 juni 1900 Wage, 18 Sapar 1830Tahun Je Windu

Sancaya wuku Warigalit, 18 Safar 1318 H)






B.R.Ay. Bandiyah Soetarmi Prodjokoesoemo dochter RM.KOESEN


2. PRINCE Ario Poerbodiningrat: Tijdens ERFENISSEN

Herhalen nogmaals het verhaal van zijn Prince Ario Poerbodiningrat op de leeftijd van

drieënveertig jaar, precies op 1 januari 1893 (die samenvalt op zondag Legi, 1 januari 1822

Jaar 1.893,12 Jumadilakhir JE SANGARA wuku WARIGAGUNG Windu, 12 Jumadilakhir 1310H),

namelijk zijn vader Sinuwun Pakoe Boewono IX noemde hem de Prins Ario Poerbodiningrat of

Bendoro Kangdjeng Prins Hario kolonel Poerbodiningrat naar het paleis resort in RMSOEGIYO

Zaldy DARSITA Zorro, Bc.Hk Zijn kleinzoon RM.KOESEN
(De enige natuurlijke kind van BRAy.Bandiyah Soetarmi Prodjokoesoemo)
Langenharjo, gadegeslagen door Prins Ario Ario Hangabei Praboewidjojo of Prince, Prince

Haryomataram Ario, Ario Praboeningrat Prince, en Prins Ario Koesoemodiningrat, in dit geval

Sinuwun Pakoe IX Boewono aankondiging (in Fiber Wara Iswara), namelijk: "Poma

Poma-trahingwang, aja Sira umadeg Aji, kan nyuwuna berkahipun luluhur Nata, sabab Koningin

yen sinedya Dadi gemist, onder Gusti kang God de Malikul Kusna hanetepke Adeging Aji ".

(Betekenis: mijn boodschap (Sinuwun) over kinderrechten nakomelingen, verwacht niet dat van

u moet staan ​​als de koning alleen, maar afgezien van dat memintalah vaders zegen van de

Koningen, want als je alleen verwachten dat het koning, of niet vergezeld door gebed en

smeking met dankzegging Voorzeker, Allah niet gebeurt, want dat zet een persoon wordt een

koning is God de Malikul Kusna). Berichten Sinuwun Pakoe Boewono Sinuwun IX had, terwijl

gesproken in een toestand van pijn als gevolg van vermoeidheid na het evenement

Tingalandalem Jumenengan Sinuwun de dertig-one. Dit Sinuwun gezondheid terug omdat wanneer

het evenement Tingalandalem Jumenengan Sinuwun ontvangt vele gasten die niet ophouden om

ooit bestaan ​​dertig dagen en dertig nachten, de gasten die kwam, dat onder andere zijn:

Koning / Koningin van Nederland, de heer gouverneur-generaal, de heer Gubernemen, de heer

resident, heren ambassadeur naburige landen, staten in heel Europa, en de koning of

vertegenwoordiger landen wereldwijd, behalve dat is het ook de Sentana (familie / Familie

Koning), en de Koningen in de gehele archipel. Omdat Sinuwun erg moe, dus Sinuwun een

excursie naar de villa in Langenharjo sinuwun ontspanning, voor ontspanning in Langenharjo

Sinuwun, Sinuwun namelijk bellen met de zesde zoon: Bendoro Kangdjeng Hario kolonel

Poerbodiningrat Prince, Prince Ario Ario Hangabei Praboewidjojo of Prince, Prince

Haryomataram Ario, Ario Praboeningrat Prins, Prins ario Ario Koesoemodiningrat Djojokoesoemo

en Prince, die Sinuwun kijkt dan zes zonen, te weten: BRAy.Soeriodipoero,

BRAy.Wiriodiningrat, Prins Ario Hadikoesoemo, BRAy.Adipati Sosrodiningrat, en Prins Ario

Pakoeningrat. Maar de zonen en dochters Sinuwun anderen kunnen niet over het hoofd omdat zij

terug was gegaan naar gebieden van hun respectieve taken. Tijdens een bijeenkomst met zijn

zonen en dochters Sinuwun in Langenharjo, om Sinuwun veel geven boodschappen en adviezen,

die onder andere zijn:
a) "Sira kabeh padha rukuna nganti mengkone nadyan Ingsun WUS Kondur ING duurzaamheid

tijdperk. Sira kabeh padha rukuna padha regejegan aja, aja dirembug oma Ana rembug padha

cengkrah, oma ana rijeki sathithik padha dipangan Sithik, semono Uga ana rijeki akeh padha

dipangan akeh. Lan zingen Sira ruwe kabeh padha gawe makmure PRAJA lan onderwerpen, schreef

onder gawe makmure dhewe ". (Betekenis: hey gij zijt allen zonen en mijn dochter, vertelde

ik jullie laat later in harmonie leven met elkaar, hoewel ik al overleden aan Rahmatullah,

ik hoop dat u het leven in harmonie te laten met elkaar, als er problemen zijn tussen u,

laat jullie niet vechten, en als er op een dag zelfs een beetje geluk, laat in voor de

beurs, alsmede indien er op een dag is groot fortuin. Maar het belangrijkste is dat je moet

een welvarende en sejahteranya staat en de mensen te creëren, niet alleen op zoek naar hun

eigen voordeel en verrijk uzelf u alleen).
b) "Sira kabeh padha ngastaa bawad pangreh pradja ING kabisan Sira-dhewe dhewe aja padha

ingirenan Iren, clan kabisan kuwi paringaning Gusti Allah, ora kan manungsa zonder Gusti

Allah, zingen kabeh ngatur onder Gusti Allah, manungsa onder sadrema nglakoni, Gusti Allah

te zingen nemtokake. Dadi nadyan Ingsun WUS Kondur ING permanentie tijdperk Ingsun njaluk

zingen Koningin umadeg co-ngongkreh schreef ongkreh Irene sedulure clan. Wat Maneh zingen

Ingsun dhewe ndhawuhake Marang sira kanggo Koningin mengkone, Ingsun njaluk ajenana dhawuh

Ingsun. Wat Maneh Ingsun ngandika WUS ruwe adeging TATA Harja zingen, is ING Kene sira kabeh

WUS WUS weruh Ingsun lift amisudha Senapati Oorlog, ja Ingsun njaluk sengkuyungen tumuju

adeging Aji. Sira Sokur kabeh gelem dhawuh Ingsun ING gehoorzaam. Amarga Ingsun onder

mamrihake becike, Koningin mamrihake la ora ana. " (Betekenis: hey gij zijt allen zonen en

mijn dochter, vertelde ik jullie de leiding moet een leider zijn in de gebieden die u in

staat zijn om de taak van de taak tot in de perfectie op basis van uw vaardigheden

respectievelijk vanwege de vaardigheid die je moet weten dat je vaardigheid is van God, mens

kan niet alles zijn indien niet gegeven door zijn vakmanschap, dit alles dat alleen is

ingesteld Hij, als een man alleen kan doen, maar God beschikt. Dus terwijl later had ik hem

geroepen, ik smeek u, voor eenieder die later die Maar de koning, moet mijn bericht niet

deloyaal handelen zijn broers, omdat eerder een gevoel van wederzijds jaloezie. Daarnaast

heb ik u ook instructies die ik heb gekozen voor u om de Koning (in dit geval in kwestie was

Prins Ario Sinuwun Poerbodiningrat) Ik vraag u waardeer alle berichten en mijn woorden. Op

de top van dat, ik kreeg te horen dat je, namelijk de oprichting Harja tegakanlah TATA (TATA

Harja op Systems auteurs leggen in het volgende hoofdstuk), en dit is waar je al allemaal

weten wat ik bedoel, dat ik heb gesteld en mewisuda een Senapati oorlog (in dit geval was

Prins Ario Sinuwun Poerbodiningrat genoemd), en mijn verzoek aan u om hem te steunen in zijn

taak als Senapati Oorlog en tot hem koning te worden. En dat is wat ik hoop dat jullie gaan

allemaal volgens mijn bestellingen en mijn boodschap. Omdat je nodig hebt om alles wat ik

aanraad is voor het goed van u allen weet, niemand gesuggereerd dat de heer Koning is niet

bijzonder goed op haar kinderen)

Het volgende verhaal is op 2 januari 1893 (die samenvalt Pahing op maandag de 2 januari 1822

Jaar 1.893,13 Jumadilakhir JE SANGARA wuku WARIGAGUNG Windu, 13 Jumadilakhir 1310H)

Sampejandalem Ingkang Sinoehoen Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono IX gasten ontvangen Mr

assistent gouverneur-generaal, die meldde de snelle groei en de snelle groei misdaad van

moord "rover, struikrover, dief, dief, en gedhor" het gehele eiland Java die een hekel

schade, stelen, roven, vergezeld te doden burgers en vooral heren VOC die zijn verspreid

over het eiland Java, met name in Klaten wijk, Sragen, Wonogiri en Boyolali, en de heer

assistent gouverneur-generaal had ook gezegd op Sinuwun, indien niet onmiddellijk regelen

dan Sinuwun Sinuwun zal niet opnieuw worden vertrouwd door de overheid (in dit geval de

Nederlandse) naar een rechtvaardige en wijze koning. Berichten gehoord heer assistent

gouverneur-generaal had net Sinuwun zei kalm bij Mr assistent gouverneur-generaal als volgt:

"Tuwan, kadadosan ingkang makaten punika kalawau kalampahan amargi mboten wontenipun tepa

salira Saha reh sathithik Tuwan edhingipun de Saha-grond Tuwan Tuwan VOC Kula kinten manawi

de Tuwan-Tuwan wonten Raos compassionate dhateng de onderwerpen dasih mbok Bilih kadadosan

ingkang kalawau mboten kalampahan "(dat wil zeggen: Meneer, dat dergelijke omstandigheden

zich voordoen door het ontbreken van een gevoel van tepa salira / zorg en het ontbreken van

een gevoel van delen, en consensus overeenkomst voor de saamhorigheid van de verhuurder en

de heer VOS Ik denk dat als de verhuurder en de heer VOS geen medeleven / medelijden met de

mensen / burgers, niet van het incident, zoals er vandaag gebeurd is). Gehoord de uitleg van

deze Sinuwun eerder kecewalah heer assistent gouverneur-generaal en de heer 'd verlaten

Sinuwun te gaan met de eerste afscheid Sinuwun, met een wrange gezichtsuitdrukking.

Seperginya heer assistent gouverneur-generaal had Sinuwun keek verward en bezorgd over wie

er Sinuwun verslag over de heer assistent gouverneur-generaal was, in de hoofden van harten

Sinuwun afvragen waarom Sinuwun verslag als dat, wat over de gebeurtenissen die later heeft

plaatsgevonden. Dus Sinuwun liet zijn zoon prins Hario Poerbodiningrat Bendoro Kangdjeng die

heeft een andere naam Kangdjeng Goesti Hario Poerwodiningrat Prins, die net Sinuwun aankomst

van de gasten dat de heer assistent gouverneur-generaal, die rapporteert aan de snel

groeiende Sinuwun over het fenomeen van de "dief, struikrover, gedhor, dief, lan had rover,

en in dit geval op verzoek van de Nederlandse Oost-Indische overheid, vertegenwoordigd door

de heer assistent gouverneur-generaal wordt verwacht om de staat om veilig te zijn. Dus

Sinuwun bellen en beval de Prins Ario Poerbodiningrat om de situatie en omstandigheden en

het verloop van de oorlog te onderdrukken tegen de "rover, struikrover, gedhor, dief, rover

Ian" door het land van Java, Batavia, Madura en Bali (in dit geval de heer Assistent

Gouverneur-Generaal alleen te vinden een excuus om Sinuwun onmiddellijk ten val te brengen

van zijn troon, want voordat de heer assistent gouverneur-generaal wordt geconfronteerd

Sinuwun, Nederlands Oost-Indische overheid geruchten gehoord dat de Sultan Sinuwun

gezamenlijke overeenkomst in opstand zullen komen die in Nederland, Sinuwun van wraak op de

Nederlanders die had gegooid zijn vader Sinuwun Pakoe Boewono VI naar Ambon (over de

politieke intriges, tactiek en strategie Plan Sinuwun Pakoe Boewono IX bij de voorbereiding

van verzet tegen de Nederlanders auteurs bespreken in het volgende hoofdstuk). Zo begint op

3 januari 1893 (die samenvalt Pon op dinsdag 3 januari 1893,14 Jumadilakhir jaar 1822 JE

Windu SANGARA wuku WARIGAGUNG, 14 Jumadilakhir 1310H) tot 20 januari 1893 (die samenvalt

Kliwon op vrijdag de 20 januari 1822 Jaar 1893.2 Rejeb JE Windu SANGARA wuku stuitligging, 2

Rajab 1310H) hij Prins Ario Poerbodiningrat moffel en heffingen oorlog tegen de "rover,

struikrover, gedhor, dief, rover Ian" in de mate dat nooit was teruggekeerd naar het paleis

Soerakarta, keerde hij terug naar het paleis van zijn vader en met uitzicht op Soerakarta

Sinuwun Pakoe Boewono IX nadat hij erin geslaagd om de situatie en omstandigheden zoveel

mogelijk te beperken ... ... ... verder