ADVERTIZED

ads ads ads ads ads

Jumat, 30 Oktober 2009

KISAH KELUARGA YANG SELALU BERBAKTI PADA TANAH AIRNYA

I. BAKTI PADA TANAH AIRNYA KERATON SOERAKARTA

2. PANGERAN ARIO POERBODININGRAT : SEMASA SUKSESI

(lanjutan…………………)


Lain halnya dengan kisah keadaan di dalam Karaton selama beliau Pangeran Ario Kolonel Poerbodiningrat pergi dari Karaton untuk menunaikan tugasnya menumpas “ begal,kecu,gedhor,maling, lan rampok “. Bahwa keadaan kesehatan Sinuwun kian hari kian memprihatinkan. Tidak hanya karena Sinuwun pernah bersabda pada duta dari Gubernur Jenderal, tetapi juga oleh karena hati Sinuwun merasa sedih karena perilaku putra-putrinya yang selalu bersitegang dan berebut. Terlebih lagi Sinuwun bersedih hati pada perilaku putra-putranya yang bernama : Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno),Pangeran Ario Notokoesoemo, Pangeran Ario Njokrokoesoemo dan Pangeran Ario Praboeningrat (semasa pemerintahannya sebagai Raja Karaton Soerakarta Sinuwun PB.IX tidak mempunyai Permaisuri, semua adalah Ampildalem/Selir selama suksesi berlangsung hingga bertahtanya PB.X (seperti pada masa PB.XII yang sebelumnya tidak pernah mengangkat Permaisuri), kalau Sinuwun suruh atau memanggil mereka, pastilah mereka tidak segera menghadap, malahan mereka bersikap acuh tak acuh pada panggilan menghadap dari Sinuwun PB.IX. Dan yang lebih membuat Sinuwun PB.IX merasa seperti dipercepat wafatnya adalah sabda Sinuwun PB.IX yang berbunyi : “ Poma-poma trahingwang, aja sira umadeg Aji, mung nyuwuna berkahipun luluhur Nata, sabab Ratu yen sinedya dadi luput, amung Gusti Allah Sang Malikul Kusna kang hanetepke Adeging Aji “. ( artinya : pesanku (Sinuwun) pada anak-anak keturunanku, jangan lah kamu terlalu berharap berdiri sebagai Raja saja, tetapi selain dari itu memintalah berkah nenek moyangmu para Raja, karena kalau hanya berharap saja menjadi Raja jikalau tidak disertai doa dan permohonan dengan ucapan syukur kepada Allah pastilah tidak terlaksana, karena yang menetapkan seseorang menjadi Raja hanyalah Allah Sang Malikul Kusna ), sabda Sinuwun yang demikian tadi dijadikan tren politik oleh Raden Mas Kasan atau BRM.Choesno Malikis sehingga berubah nama menjadi BRM.Malikoel Choesno, yang menyebar menjadi desas desus yang seolah-olah Sinuwun PB.IX menyebut penggantinya adalah BRM.Choesno Malikis yang telah berganti nama menjadi BRM.Malikoel Choesno tadi, padahal tidak demikian yang dimaksud oleh Sinuwun PB.IX). Terlebih lagi kesehatan Sinuwun terganggu oleh karena adanya berita dari Tuan Godlip bahwa diantara para Pangeran/bangsawan Belanda dengan Jerman dan juga negara-negara Eropa sedang bersitegang dan perang dingin. Setelah mendengar berita dari Tuan Godlip yang demikian tadi, Sinuwun PB.IX lalu bersabda : “ Tuwan Godlip, ndhek wingi Ingsun disowani dutaning Guprenur Jendral, mligine Ingsun dijaluki pitulungan supaya nyirep rerusuh sing dianakake para begal,kecu,gedhor,maling, lan rampok. Jarene kuwi sing ndadekake ora tentreme para Tuwan sudagar Landa. Mungguh piye miturut panemu sira ? ”

(artinya : Tuan Godlip, kemarin aku (Sinuwun) didatangi tamu dan menghadap aku (Sinuwun) yaitu duta dari Tuan Gubernur Jendral, aku (Sinuwun) dimintai tolong oleh Tuan tersebut untuk meredam kerusuhan yang dilancarkan oleh para “begal,kecu,gedhor,maling dan rampok”, yang katanya sangat meresahkan keamanan para Tuan belanda dan para Tuan saudagar belanda/asing. Kalau menurut pendapatmu, aku (Sinuwun) harus bagaimana Tuan Godlip ?). Selanjutnya Tuan Godlip menjawab pertanyaan Sinuwun bahwa Tuan Asisten Gubernur Jendral yang menjadi duta dari Tuan Gubernur Jendral yang menghadap Sinuwun adalah termasuk dari salah satu keturunan bangsawan Kerajaan Belanda yang sedang berseteru dengan Kerajaan Jerman dan kerajaan-kerajaan eropa sekitarnya, sehingga Tuan Godlip menyarankan pada Sinuwun agar bertindak hati-hati dalam menyikapinya,karena diduga ada persekongkolan dan konspirasi politik dagang sangat rahasia diantara mereka dan para kartel yang ingin mencederai Sinuwun, apalagi Tuan Gubernur Jendral mengutus dutanya untuk menyampaikan pesannya yang demikian. Setelah mendengar penjelasan dari Tuan Godlip yang demikian, Sinuwun lalu segera memanggil Patih Kangdjeng Raden Adipati Sosrodiningrat untuk menghadap Sinuwun. Dalam hal ini Sinuwun juga meminta pertimbangan dan saran dari Patih, mengenai datangnya utusan Tuan Gubernur jendral yang menghadap Sinuwun, yang utusan Tuan Gubernur Jendral tersebut menyampaikan pesan Gubernur Jendral tentang berkembang pesatnya angka kriminalitas berupa “begal,kecu,gedhor,maling dan rampok” di wilayah enclave Karaton Soerakarta, seolah menurut pengamatan Patih, bahwa Tuan Gubernur Jendral menyampaikan mosi tidak percaya dengan kepemimpinan Sinuwun,selanjutnya Patih juga menyarankan pada Sinuwun untuk bersikap lebih berhati-hati dan lebih teliti.

Setelah mendengar penjelasan dan saran baik dari Tuan Godlip maupun Patih Kangdjeng Raden Adipati Sosrodiningrat, lalu Sinuwun tampak sangat sedih sampai-sampai Sinuwun tidak mau makan atau mengurangi makan dan minum, dan juga mengurangi tidur dengan hamper setiap malam lewat jam 3 malam Sinuwun begadang sampai pagi harinya. Saat keadaan Sinuwun yang demikian dari putra-putri Sinuwun yang perhatian hanya putri-putrinya, sedangkan para putranya kurang peduli dengan keadaan Sinuwun, karena mereka larut dengan kesibukan mereka masing-masing. Keadaan Sinuwun yang demikian tadi terjadi hingga tanggal 13 Februari 1893 (yang bertepatan pada hari Senin Wage, 13 Februari 1893,26 Rejeb 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku MONDOSIO, 26 Rajab 1310H), karena mendadak Sinuwun mendapatkan undangan dari tuan Gubernur Jendral yang isinya mengundang Sinuwun untuk hadir acara pertemuan para stake-holder di dalam V.O.C dan kongsi-kongsi dagang asing lainnya dengan para pemimpin enclave-enclave yang tersebar se nusantara, disebutkan disitu bahwa akan ada pesta tujuh hari tujuh malam. Sehingga setelah menerima surat undangan itu sinuwun segera berangkat meninggalkan Karaton untuk menuju ke Batavia, dalam hal ini Sinuwun diiringi para prajurit , para pendekar, para putra-putri beliau,cucu beliau dan para istri beliau secukupnya.


Singkat cerita bahwa Sinuwun telah sampai di Batavia pada tanggal 18 Februari 1893 (yang bertepatan pada hari Sabtu Wage, 18 Februari 1893,1 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku MONDOSIO, 1 Syaban 1310H)
Semua rombongan pengiring Sinuwun dipersilakan beristirahat dahulu karena pada tanggal 19 Februari 1893 ( yang bertepatan pada hari Minggu Kliwon, 19 Februari 1893,2 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku JULUNGPUJUT,2 Syaban 1310H)dimulainya pesta seperti yang diterangkan dalam surat undangan dari tuan Gubernur Jendral tadi. Pada peristiwa pesta tanggal 19 Februari 1893 (yang bertepatan pada hari Minggu Kliwon, 19 Februari 1893,2 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku JULUNGPUJUT,2 Syaban 1310H) yang diadakan Tuan Gubernur Jendral yang dihadiri pula oleh para stake-holder di dalam V.O.C dan kongsi-kongsi dagang asing lainnya, selain itu dihadiri pula para pemimpin enclave-enclave yang tersebar se nusantara, tidak banyak kejadian-kejadian yang menarik yang perlu diceritakan.


Kembali lagi pada kisah keadaan di dalam Karaton Soerakarta, selama Sinuwun meninggalkan Karaton dan pergi menuju ke Batavia untuk menghadiri undangan dari Tuan Gubernur Jendral. Seperginya Sinuwun ke Batavia, yang dipercaya oleh Sinuwun menjaga kestabilan politik di dalam dan di luar Karaton adalah Pangeran Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario Hangabei, Pangeran Ario Haryomataram, dan Pangeran Ario Tjakraningrat (BRM.Satrio). Pada saat itu Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno), katanya atau kabarnya sedang pergi ziarah ke pemakaman Raja-raja Mataram di Imogiri, tepatnya tanggal 19 Februari 1893.( yang bertepatan pada hari Minggu Kliwon, 19 Februari 1893,2 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku JULUNGPUJUT,2 Syaban 1310H)Namun ada kabar desas-desus dari bagian intelejen Karaton,pasukan intelejen sinuwun PB.IX, bahwa Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno), sebulan sebelum tanggal 19 Februari 1893 (yang bertepatan pada hari Minggu Kliwon, 19 Februari 1893,2 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku JULUNGPUJUT,2 Syaban 1310H) ( sebulan sebelum tanggal 19 Februari 1893 ialah sekitar tanggal 18 Januari 1893 yang bertepatan pada hari Rabu Pon 18 Januari 1893, 28 Jumadilakhir 1822 Tahun Je Windu Sangara Wuku sungsang, 29 Jumadilakhir 1310 H) telah diangkat oleh penatua Karaton,dan putra-putra sinuwun PB.IX yang kontra dengan Sinuwun PB.IX, serta telah mengangkat dirinya sendiri di negeri Belanda menjadi Sahandhap Sampejandalem IngkangSinoehoen Ingkang Witjaksana saha Ingkang Minoelja Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono X dan pengangkatannya menjadi Sinuwun PB.X didukung oleh Tuan Gubernur Jendral,para stake-holder di dalam V.O.C dan kongsi-kongsi dagang asing lainnya, serta para kartel asing lainnya. Kembali lagi pada kedaan Karaton pada tanggal 19 Februari 1893, ( yang bertepatan pada hari Minggu Kliwon, 19 Februari 1893,2 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku JULUNGPUJUT,2 Syaban 1310H) mulai jam 10 siang di dalam Karaton belum ada kejadian apapun, namun setelah masuk jam 5 sore hari, Karaton kedatangan banyak serdadu Belanda yang dipimpin oleh Pangeran Ario Notokoesoemo yang langsung menemui Pangeran Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario Hangabei, Pangeran Ario Haryomataram, dan Pangeran Ario Tjakraningrat (BRM.Satrio). Pada saat Pangeran Ario Notokoesoemo meminta ijin untuk menyiapkan upacara Syukuran atas berdirinya Sinuwun PB.IX dalam memegang tampuk pemerintahan selama 32 tahun yang tidak ada kendala dan kegagalan selama Sinuwun memerintah, dan di saat itu Pangeran Ario Notokoesoemo ,katanya, disuruh oleh Sinuwun PB.IX untuk menyiapkan perlengkapan-perlengkapan upacara Syukuran tersebut. Sehingga dengan alasan disuruh Sinuwun PB.IX, maka Pangeran Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario Hangabei, Pangeran Ario Haryomataram, dan Pangeran Ario Tjakraningrat (BRM.Satrio), diperbolehkan masuk ke kori Kamandungan dan masuk ke Sasana Sewaka untuk mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan upacara Syukuran tersebut. Seperti kayaknya Pangeran Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario Hangabei, Pangeran Ario Haryomataram, dan Pangeran Ario Tjakraningrat (BRM.Satrio), tidak begitu curiga dengan tingkah polah dari Pangeran Ario Notokoesoemo serta para serdadu belanda. Dan setelah waktu menunjukan jam setengah tujuh malam, persiapan upacara sudah tertata rapi, para ulama Karaton sudah datang, demikian juga para sentana/kerabat Raja baik kerabat dekat maupun jauh sudah pula datang serta abdi-abdi Karaton sudah berkumpul semua, minuman dan makanan sudah tersedia, demikian juga sesaji sudah pula didoakan. Namun saat itu Pangeran Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario Hangabei, dan Pangeran Ario Haryomataram, sedang terlelap tidur dikarenakan cuaca saat itu menyebabkan beliau keenakan tidur, disaat beliau-beliau sedang terlelap tidur tiba-tiba beliau-beliau dikejutkan oleh karena beliau-beliau dibangunkan oleh abdi beliau bahwa beliau-beliau sudah dikepung oleh para serdadu belanda yang dipimpin oleh Pangeran Ario Notokoesoemo dengan menodongkan keris dihadapan Pangeran Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario Hangabei, dan Pangeran Ario Haryomataram dengan mengancam agar beliau-beliau mau mendukung berdirinya Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno) menjadi Putra Mahkota bergelar Kangdjeng Goesti Pangeran Adipati Anom, dan bertahtanya Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno), menjadi Sinuwun Pakoe Boewono X menggantikan Pakoe Boewono IX. Apabila Pangeran Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario Hangabei, dan Pangeran Ario Haryomataram tidak mendukung, maka beliau-beliau akan dibunuh saat itu juga.


Perlu dikisahkan disini bahwa Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno) datang ke Karaton pada jam 8 malam, setelah dari makam Raja-raja Mataram di Imogiri, setibanya di Karaton Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno) dan rombongan langsung menuju ke Krobongan Probosoejoso, dan saat itu juga diwisuda menjadi Putra Mahkota bergelar Kangdjeng Goesti Pangeran Adipati Anom Sudibja Radja Poetra Narendra Mataram, dan saat itu pula khalayak tamu yang datang juga menyaksikan Pangeran Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario Hangabei, dan Pangeran Ario Haryomataram digiring oleh Pangeran Ario Notokoesoemo serta serdadu-serdadu belanda dibelakangnya ke Krobongan Probosoejoso ditempat upacara wisuda Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno) menjadi Kangdjeng Goesti Pangeran Adipati Anom Sudibja Radja Poetra Narendra Mataram (Putra Mahkota), dan upacara diteruskan ke Siti Hinggil untuk selanjutnya diwisuda menjadi Sinuwun PB.X, dan akhirnya dinobatkan secara aklamasi menjadi Raja bergelar Sinuwun PB.X di Sasana Sewaka, yang dihadiri oleh Tuan Asisten Gubernur Jendral, para duta Negara-negara sahabat,para duta dari Negara-negara Eropa dan Negara-negara asing lainnya. Disaat-saat upacara tersebut Pangeran Ario Tjakraningrat (BRM.Satrio) tidak ikut mendukung penobatan Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno) menjadi Raja bergelar Sinuwun PB.X, karena beliau keluar dari Karaton dan tidak kembali lagi ke Karaton sampai akhir hayat beliau. Upacara penobatan tersebut berlangsung sampai jam 1 malam dan dilanjutkan dengan acara pesta syukuran 40 hari 40 malam lamanya. Pada saat tanggal menunjukkan 20 Februari 1893 (yang bertepatan pada hari Senin Legi, 20 Februari 1893,3 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku JULUNGPUJUT,3 Syaban 1310H ), Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat yang mempunyai nama lain Kangdjeng Goesti Pangeran Hario Poerwodiningrat, datang ke karaton dengan tujuan akan melaporkan kepada Sinuwun PB.IX bahwa situasi sudah aman dan terkendali dari kerusuhan yang dilancarkan oleh para “begal,kecu,gedhor,maling dan rampok”. Namun sangatlah terkejut beliau Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat setelah berjumpa dengan kakak-kakaknya yaitu Pangeran Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario Hangabei, dan Pangeran Ario Haryomataram bahwa Sinuwun PB.IX pergi meninggalkan Karaton untuk mendatangi undangan dari Tuan Gubernur Jendral di Batavia, dan selama Sinuwun PB.IX di Batavia, Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno) telah merebut tahta ayahnya yaitu Sinuwun PB.IX, dan menobatkan dirinya sendiri dengan dukungan dari Belanda. Karena mendengar penjelasan dan berita dari kakak-kakaknya yaitu Pangeran Ario Praboewidjojo atau Pangeran Ario Hangabei, dan Pangeran Ario Haryomataram, maka marahlah Pangeran Ario Poerbodiningrat dan beliau lalu pergi ke Batavia untuk menemui ayahnya yaitu Sinuwun PB.IX. Singkat cerita, Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat yang mempunyai nama lain Kangdjeng Goesti Pangeran Hario Poerwodiningrat,sudah tiba di Batavia pada tanggal 26 Februari 1893 ( yang bertepatan pada hari Minggu Pahing, 26 Februari 1893,9 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku PAHANG,9 Syaban 1310H) jam 4 sore, beliau langsung menuju ke kantor Gubernuran untuk menemui ayahnya yaitu Sinuwun PB.IX, saat itu juga beliau melaporkan kepada Sinuwun PB.IX bahwa situasi sudah aman dan terkendali dari kerusuhan yang dilancarkan oleh para “begal,kecu,gedhor,maling dan rampok”, namun keadaan di dalam Karaton lain, bahwa adik beliau yaitu Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno) telah merebut tahta ayahnya yaitu Sinuwun PB.IX, dan menobatkan dirinya sendiri menjadi Sinuwun PB.X dengan dukungan dari Belanda. Dan tindakan Pangeran Ario Djojokoesoemo/BRM.Kusno Malikis (yang nantinya merubah namanya menjadi BRM.Malikoel Choesno), yang demikian dapat dinilai sebagai upaya mempercepat kematian ayahnya yaitu Sinuwun PB.IX. Setelah mendengar laporan dari Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat yang demikian,Sinuwun PB.IX lalu sangatlah marah dan bersabda demikian : “ Purbo,ngger,anak Ingsun, apa sajane luput Ingsun dene si Choesno wanuh wani tumindak siya marang Ingsun, nganti tegel nyuduk Ingsun saka mburi. Ingsun wirang dene dene wong tuwa wis ora dianggep maneh, wis ra diajeni maneh. Kaya-kaya Ingsun wis ora ana ajine maneh. Lan Ingsun kaya-kaya wis ora betah urip suwe-suwe ning ndonya maneh. Apa ajine Ingsun jumeneng nata?, Ingsun durung mati nanging keneng apa si Choesno wanuh wani jumeneng nata. Kuwi tegese Ingsun wis ditegakke patine. Yen kudune manawa arep jumeneng nata kuwi ngenteni sabubare Ingsun mati. Ingsun isih urip, Purbo!, sih bisa nyampluk sira utawa si Choesno nganti njengkelang mati !. Purbo, sing baku sira lan anak putu sira estokna dhawuh Ingsun ing Pikoekoeh 204 mbiyen kae, ora usah ngglape si Choesno. Wis Purbo sesuk esuk dherekna Ingsun sarombongan kondur ngadhaton. Sabab Ingsun prasapa ora gelem diterke mulih sapa bae, kajaba mung sira, Purbo!”. (artinya : Purbo,anak ku (Sinuwun), sebenarnya apa kesalahanku hingga si Choesno berani berbuat kejam pada ku (Sinuwun), sampai tega menusuk aku (Sinuwun) dari belakang. Aku (Sinuwun) sangat malu karena aku (Sinuwun) sebagai orang yang sudah tua sudah tidak dianggap lagi, sudah tidak dihormati lagi. Seperti halnya aku (Sinuwun) sudah tidak dihargai lagi. Dan aku (Sinuwun) seperti sudah tidak etah lagi hidup di dunia ini. Apa aku (Sinuwun) masih ada harganya sebagai Raja?, aku (Sinuwun) belum mati tapi kenapa si Choesno berani berdiri sebagai Raja menggantikanku. Itu namanya aku (Sinuwun) sudah direlakan kematianku. Dan sebenarnya kalau si Choesno ingin berdiri sebagai Raja, dia harus menunggu aku (Sinuwun) sudah mati dulu. Aku (Sinuwun) masih hidup, Purbo!, masih bisa menempeleng hingga mati kamu dan si Choesno ! Purbo, yang penting kamu dan anak cucu keturunan mu harus melaksanakan perintah dan sabda ku (Sinuwun) pada Pikukuh 204 (yang diterbitkan pada Jum'at Pahing, 2 September 1881,8 Sawal 1810 Tahun JIMAKIR Windu ADI Wuku PAHANG,7 Syawal 1298H) dulu itu, tidak usah mempedulikan ulah si Choesno pada ku (Sinuwun). Dan Purbo besuk pagi-pagi benar antar aku (Sinuwun) serombongan pulang ke Karaton. Karena aku (Sinuwun) telah berjanji tidak akan mau diantar pulang oleh siapapun kecuali kamu, Purbo!). Mendengar perintah Sinuwun demikian, maka Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat mengatakan iya bersedia untuk mengantar Sinuwun ke Karaton. Pada waktu itu Sinuwun PB.IX tidak mau mengendarai Kereta Kencana, tapi Sinuwun malah mengendarai Kereta biasa milik Adipati Banyumas, dan Sinuwun PB.IX menghendaki yang menjadi kusir Kereta beliau adalah Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat. Jadi dalam hal ini, Sinuwun PB.IX mau pulang ke Karaton pada tanggal 27 Februari 1893 (yang bertepatan pada hari Senin Pon, 27 Februari 1893,10 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku PAHANG,10 Syaban 1310H).Namun seperginya Sinuwun PB.IX dari Batavia, Sinuwun PB.IX tidak menghendaki segera pulang ke Karaton, malah Sinuwun PB.IX menghendaki keliling-keliling ke kabupaten-kabupaten bawahan beliau, seperti Priangan,Cirebon dan Banyumas, tak lupa pula Sinuwun PB.IX juga mampir di Gua Selarong dan Gua Langse serta Pantai Selatan yaitu di Parangkusumo serta tak lupa pula Sinuwun PB.IX berziarah ke pemakaman Raja-raja Mataram di Imogiri, serta Sinuwun PB.IX juga menyempatkan berkunjung ke Karaton Jogjakarta untuk menemui Sultan, baru setelah berkunjung ke Karaton Jogjakarta, Sinuwun PB.IX menghendaki langsung pulang ke Karaton. Namun selama perjalanan dari Jogjakarta menuju ke Karaton Soerakarta, Sinuwun PB.IX hanya terdiam dan tidak ada suara-suara beliau bersabda ataupun becerita, membuat curiga Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat, sehingga Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat menepikan Kereta dan rombongan di alun-alun Karaton Soerakarta, dan begitu terkejutnya Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningratelah melihat tubuh Sinuwun PB.IX yang terbujur kaku dan tak bernafas lagi dalam keadaan bersilang tangan di dada. Bandoro Kangdjeng Pangeran Hario Poerbodiningrat sangat terkejut setelah mengetahui bahwa Sinuwun PB.IX ayahnya tercinta telah berpulang ke rahmatullah setelah sampai di alun-alun utara Karaton Soerakarta. Sinuwun PB.IX meninggal dunia pada tanggal 16 Maret 1893 ( yang bertepatan pada hari Kamis Kliwon, 16 Maret 1893,27 Ruwah 1822 Tahun JE Windu SANGARA Wuku MARAKEH,27 Syaban 1310H) dalam usia 64 tahun, 1 bulan, 21 hari. Berita wafatnya Sinuwun PB.IX menebabkan begitu sedihnya para putra-putri Sinuwun PB.IX semua, dan Sinuwun PB.IX dimakamkan di makam Raja-raja Mataram di Imogiri Jogjakarta (mengenai kisah Suksesi hingga wafatnya Sinuwun PB.IX akan kami uraikan secara gamblang dari awal hingga akhir beserta dengan kejadian-kejadian implik-implik dan intrik-intrik politiknya pada bab tersendiri). Tidak banyak kisah menarik pada prosesi pemakaman Sinuwun PB.IX, sehingga tidak diceritakan disini. (bersambung.........................)


(Vertaald in het Nederlands:)

I. Paleis op Bakti thuisland Soerakarta

2. PRINCE Ario Poerbodiningrat: Tijdens ERFENISSEN

(Vervolg ... ... ... ... ... ... ...)


Als met het verhaal van een staat in het paleis tijdens zijn prins Ario kolonel Poerbodiningrat uit de buurt van het Paleis op de taken verpletteren de "rover, struikrover, gedhor, dief, rover Ian". Overwegende dat de gezondheidsvoorschriften Sinuwun werden in toenemende mate ongerust. Niet alleen omdat Sinuwun hebben gezegd dat de gezant van de Gouverneur-Generaal, maar ook omdat de lever Sinuwun voel me verdrietig omdat het gedrag van zijn zonen en dochters die altijd ruzie en vechten. Bovendien Sinuwun treuren over het gedrag van haar zonen worden genoemd: Prins Ario Djojokoesoemo / BRM.Kusno Malikis (die later zijn naam veranderde in BRM.Malikoel Choesno), Ario Notokoesoemo Prince, Prince en Prins Ario Ario Njokrokoesoemo Praboeningrat (tijdens zijn regeerperiode als koning van het Paleis Soerakarta Sinuwun PB.IX hebben niet de keizerin, alles is Ampildalem / Concubine tijdens opeenvolging duurde tot bertahtanya PB.X (zoals tijdens de vorige PB.XII nooit opgeworpen Consort), indien Sinuwun bestelling of bellen, ze zijn zeker niet onmiddellijk geconfronteerd, plaats zijn ze onverschillig tegenover oproepen van Sinuwun PB.IX. En nog veel meer te maken Sinuwun PB.IX voelen als de dood wordt versneld Sinuwun PB.IX woord dat luidt als volgt: "Poma Poma-trahingwang, aja Sira umadeg Aji, kan nyuwuna berkahipun luluhur Nata, sabab Koningin yen sinedya Dadi gemist, onder Gusti kang God de Malikul Kusna hanetepke Adeging Aji "(betekenis:. mijn boodschap (Sinuwun) over kinderrechten nakomelingen, verwacht niet dat van u moet staan ​​als de koning alleen, maar afgezien van dat memintalah vaders zegen van de koning, want als je alleen verwachten dat het koning, of niet vergezeld door gebed en smeking met dankzegging aan God mag niet gebeuren, want dat zet een persoon wordt een koning is God de Malikul Kusna), het woord Sinuwun had een dergelijke politieke trend door Raden Mas Kasan of BRM.Choesno Malikis dus veranderde haar naam in BRM.Malikoel Choesno, die een gerucht dat lijkt om op te noemen zijn opvolger spreads is Sinuwun PB.IX BRM.Choesno Malikis die is omgedoopt tot BRM.Malikoel Choesno voor, maar niet Zo wordt er bedoeld met Sinuwun PB.IX). Bovendien zijn de gezondheids Sinuwun verstoord door het nieuws van de heer Godlip dat er onder de Princes / Nederlandse edelman met Duitsland en ook de Europese landen pleiten en de koude oorlog. Na het horen van het nieuws van de heer Godlip zoals eerder Sinuwun PB.IX zei toen: "Tuwan Godlip, ndhek wingi Ingsun disowani dutaning Guprenur generaal, mligine Ingsun dijaluki pitulungan dus nyirep rerusuh dianakake zingen de rover, struikrover, gedhor, dief, rover lan. Jarene kuwi ndadekake zingen ora de Tuwan sudagar Landa tentreme. Mungguh piye miturut panemu Sira? "

(Betekenis: De heer Godlip, gisteren heb ik (Sinuwun) bezocht door de gasten en voor mij (Sinuwun) dat ambassadeurs van de gouverneur-generaal Sir, I (Sinuwun) te bellen door de Meester is het verminderen van het geweld wordt gevoerd door de "rover, struikrover, gedhor, wapensmid en rover ", die zei hij is erg storend voor de veiligheid van de Nederlandse kapitein en de kapitein handelaar Nederlands / vreemde valuta. Als je denkt dat ik (Sinuwun) moet worden hoe de heer Godlip?). Vervolgens heer Sinuwun Godlip beantwoorden van vragen die de heer assistent gouverneur-generaal, die werd ambassadeur van de gouverneur-generaal, die wordt geconfronteerd met de heer Sinuwun is opgenomen van een van de Koninklijke Nederlandse patriciër die op gespannen voet met het Duitse Rijk en de koninkrijken van Europa rond, zodat de heer Godlip voorgesteld in Sinuwun voor handelen voorzichtig in het reageren, omdat de vermeende samenzwering en politieke handel geheime samenzwering tussen hen en het kartel die wilden Sinuwun verwonden, laat staan ​​de heer Gouverneur-Generaal gezonden dutanya om de boodschap op die manier over te brengen. Na het horen van de uitleg van de heer Godlip op die manier dan snel Patih Sinuwun Kangdjeng Raden Duke Sosrodiningrat opgeroepen om Sinuwun gezicht. In dit geval Sinuwun ook vragen om aandacht en advies van patih, met betrekking tot de komst van de gouverneur-generaal Sir gezant uitzicht Sinuwun, de gezant de heer Gouverneur-Generaal was de boodschap van gouverneur-generaal van de snelle groei van de criminaliteit in de vorm van "rover, struikrover, gedhor, dief en rover in te brengen Soerakarta Palace enclave gebied, zoals waargenomen Patih, dat de heer gouverneur-generaal om een ​​motie van wantrouwen in te dienen door de leiding Sinuwun, dan Patih ook voorgesteld in Sinuwun om meer zorgvuldige en grondiger.

Na het horen van de uitleg en goede raad van de heer Godlip en Patih Kangdjeng Raden Duke Sosrodiningrat, dan Sinuwun zag er erg verdrietig om Sinuwun niet wilt eten of minder eten en drinken, en vermindert ook de slaap bijna elke nacht door uur 3 nachten verblijf tot 's morgens Sinuwun dag. Wanneer de omstandigheden zoals Sinuwun van de zonen en dochters Sinuwun die alleen betrekking heeft op zijn dochters, terwijl haar zonen zijn minder bezorgd over de situatie Sinuwun, omdat ze te laat waren met hun respectieve activiteiten. Dergelijke omstandigheden Sinuwun er gebeurd was tot 13 februari 1893 (dat samenvalt Loon op maandag de 13 februari 1822 Jaar 1.893,26 Rejeb JE SANGARA wuku MONDOSIO Windu, 26 Rajab 1310H), omdat plotselinge Sinuwun krijgen een uitnodiging van de gastheer uit te nodigen de gouverneur-generaal Sinuwun aan de vergadering van belanghebbenden partnerschap in de VOC en andere buitenlandse handel partnerschap bij te wonen met de leiders van de enclave-enclave verspreid archipel se, het is daar vermeld dat er een feest van zeven dagen en zeven nachten. Dus na ontvangst van de uitnodiging sinuwun onmiddellijk het paleis vertrokken naar Batavia, in dit geval Sinuwun begeleidde de krijgers, de krijgers, zijn zonen en dochters, kleinkinderen hij en zijn vrouwen smaak.


Korte verhalen die Sinuwun is aangekomen in Batavia op 18 februari 1893 (die samenvalt Loon op zaterdag de 18 februari 1822 Jaar 1893.1 Ruwah JE SANGARA wuku MONDOSIO Windu, 1 Syaban 1310H)
Iedereen is welkom rust Sinuwun entourage van tevoren, want op 19 februari 1893 (die Kliwon samenvalt op zondag de 19 februari 1822 Jaar 1893.2 Ruwah JE SANGARA wuku JULUNGPUJUT Windu, 2 Syaban 1310H) de aanvang van een partij, zoals beschreven in de brief van uitnodiging van de gastheer gouverneur algemene eerder. Op een feestje evenement op 19 februari 1893 (die samenvalt Kliwon op zondag de 19 februari 1822 Jaar 1893.2 Ruwah JE SANGARA wuku JULUNGPUJUT Windu, 2 Syaban 1310H) aangehouden heer gouverneur-generaal, die ook werd bijgewoond door de belanghebbenden in de VOC en partnerschap, joint venture buitenlandse handel, andere dan die bijgewoond ook-enclave enclave leiders verspreid archipel se, niet een heleboel interessante gebeurtenissen die verteld moeten worden.


Weer terug bij het verhaal van een staat in het Paleis Soerakarta, tijdens Sinuwun het paleis verliet en vertrok naar Batavia om de uitnodiging van de heer Gouverneur-Generaal bij te wonen. Seperginya Sinuwun naar Batavia, die wordt vertrouwd door Sinuwun handhaven politieke stabiliteit binnen en buiten het paleis is de prins of prinses Ario Praboewidjojo Hangabei Ario, Ario Haryomataram Prince, en Prins Ario Tjakraningrat (BRM.Satrio). Op dat moment Prins Ario Djojokoesoemo / BRM.Kusno Malikis (die later zijn naam veranderde in BRM.Malikoel Choesno), hij of verluidt gaat bedevaart naar het kerkhof van Mataram Koningen in Imogiri precies te zijn, van 19 februari 1893. (Dat samenvalt op zondag VIJVER, 19 februari 1822 Jaar 1893.2 Ruwah JE SANGARA wuku JULUNGPUJUT Windu, 2 Syaban 1310H), maar er zijn geruchten nieuws uit het Paleis van intelligentie, intelligentie krachten sinuwun PB.IX, dat Prins Ario Djojokoesoemo / BRM.Kusno Malikis (die later veranderde haar naam in BRM.Malikoel Choesno), een maand vóór de datum van 19 februari 1893 (die Kliwon samenvalt op zondag de 19 februari 1822 Jaar 1893.2 Ruwah JE SANGARA wuku JULUNGPUJUT Windu, 2 Syaban 1310H) (een maand vóór de datum van 19 februari 1893 was ongeveer dd 18 januari 1893, die samenviel op woensdag 18 januari 1893 Pon, 28 Jumadilakhir 1.822 Jaar Je Windu Sangara wuku stuitligging, 29 Jumadilakhir H 1310) zijn benoemd door de oudsten van het paleis, en de zonen sinuwun PB.IX de nadelen met Sinuwun PB.IX heeft en hief zijn eigen in Holland werd Sahandhap Sampejandalem IngkangSinoehoen Ingkang Witjaksana Saha Ingkang Minoelja Kangdjeng Soesoehoenan Pakoe Boewono X en zijn benoeming werd Sinuwun PB.X ondersteund door de heer gouverneur-generaal, de stakeholders in de joint venture VOC en andere buitenlandse handelspartnerschap , evenals andere buitenlandse kartels. Weer terug op kedaan Palace op 19 februari 1893, (die Kliwon samenvalt op zondag de 19 februari 1822 Jaar 1893.2 Ruwah JE SANGARA wuku JULUNGPUJUT Windu, 2 Syaban 1310H) vanaf 10 uur in het Paleis is er geen incident van welke aard dan ook, maar na binnenkomst op 5 uur vandaag, het Paleis komst van veel Nederlandse soldaten, geleid door Prins Ario Notokoesoemo die onmiddellijk ging naar prins of prinses Ario Ario Praboewidjojo Hangabei, Ario Haryomataram Prince, en Prins Ario Tjakraningrat (BRM.Satrio) te zien. Op het moment van Prins Ario Notokoesoemo toestemming gevraagd om een ​​Thanksgiving-ceremonie op de oprichting Sinuwun PB.IX in regeerperiode 32 jaar geen problemen en mislukkingen tijdens Sinuwun regel voor te bereiden, en in Ario Notokoesoemo toenmalige Prins, zei hij, werd verteld door Sinuwun PB.IX de tools die ze nodig hebben deze Thanksgiving ceremonie voor te bereiden. Derhalve, wegens Sinuwun PB.IX besteld, dan is de prins of prinses Ario Ario Praboewidjojo Hangabei, Ario Haryomataram Prince, en Prins Ario Tjakraningrat (BRM.Satrio), toegestaan ​​om de deur te gaan en ging de Sasana Kamandungan Sewaka de tools die ze nodig hebben deze Thanksgiving ceremonie voor te bereiden . Als ik denk dat prins of prinses Ario Ario Praboewidjojo Hangabei, Ario Haryomataram Prince, en Prins Ario Tjakraningrat (BRM.Satrio), niet zo achterdochtig van het reilen en zeilen van Prins Ario Notokoesoemo en Nederlandse soldaten. En na de show op de helft van zeven in de avond, de voorbereidingen zijn goed georganiseerde ceremonie, het Paleis geleerden zijn gekomen, evenals de begraafplaats / familieleden van koning zowel nabije en verre familieleden zijn ook gekomen en het paleis personeelsleden hadden alle verzamelde, drank en eten zijn beschikbaar , evenals het aanbod zijn ook gebeden. Maar dan Prins Ario Ario Hangabei Praboewidjojo of Prince, en Prins Ario Haryomataram, was in slaap te vallen omdat het weer was want hij delicatesse van de slaap, terwijl hij sliep, was hij in slaap werd hij plotseling getroffen door de omdat-hij-hij was gewekt door zijn knecht he-he, dat hij werd omringd door Nederlandse militairen, geleid door Prins Ario Notokoesoemo een dolk in de voorkant van Prins Ario Ario Hangabei Praboewidjojo of Prince, en Prins Ario Haryomataram door te dreigen met hem, zou hij steunen de oprichting van Prins Ario Djojokoesoemo / BRM.Kusno Malikis (die later zijn naam veranderde in BRM.Malikoel Choesno) werd Kroonprins houdt Kangdjeng Goesti Anom Duke, en Prins Ario bertahtanya Djojokoesoemo / BRM.Kusno Malikis (die later zijn naam veranderde in BRM.Malikoel Choesno), werd Sinuwun Pakoe Boewono X vervangt Pakoe Boewono IX. Toen prins Ario Ario Hangabei Praboewidjojo of Prince, en Prins Ario Haryomataram niet steunen, dan zal hij-hij zou worden gedood ter plaatse.


Nodig om hier te worden verteld dat Prins Ario Djojokoesoemo / BRM.Kusno Malikis (die later zijn naam veranderde in BRM.Malikoel Choesno) kwam naar het paleis om 8 uur, na het graf van de koningen van Mataram in Imogiri, bij aankomst op het paleis Prins Ario Djojokoesoemo / BRM. Kusno Malikis (die later zijn naam veranderde in BRM.Malikoel Choesno) en zijn entourage ging meteen naar Krobongan Probosoejoso, en terwijl het tevens in het bezit een diploma werd kroonprins Kangdjeng Goesti Sudibja hertog van Anom koning van Mataram Poetra Narendra, en op hetzelfde publiek gasten die kwamen Prins keek Ario Ario Hangabei Praboewidjojo of Prince, en Prins werd geleid door Prins Haryomataram Ario Ario Notokoesoemo en Nederlandse soldaten achter hem om een ​​diploma-uitreiking Krobongan Probosoejoso Prins Ario Djojokoesoemo / BRM.Kusno Malikis (die later zijn naam veranderde in BRM.Malikoel Choesno) wordt plaats Kangdjeng Goesti Koning Prins Hertog Anom Sudibja Poetra Narendra Mataram (kroonprins), en doorgestuurd naar Siti Hinggil ceremonie ingehuldigd worden de volgende Sinuwun PB.X, en uiteindelijk gekroond te worden bij acclamatie de Koning houdt Sinuwun PB.X op Sasana Sewaka, die werd bijgewoond door de heer assistent-gouverneur-generaal, de ambassadeur van de Staat-bevriende landen, de ambassadeurs van de Europese landen en andere vreemde landen. In tijden waarin de ceremonie Prins Ario Tjakraningrat (BRM.Satrio) niet ondersteunen van de kroning van prins Ario Djojokoesoemo / BRM.Kusno Malikis (die later zijn naam veranderde in BRM.Malikoel Choesno) werd Koning houdt Sinuwun PB.X, want hij kwam uit het Paleis en niet naar het paleis terug te keren tot het einde van zijn leven. Kroningsceremonie duurde tot 1 uur en de show voortgezet met douche 40 dagen en 40 nachten duur. Op de aangegeven tijd op 20 februari 1893 (die samenvalt Legi op maandag de 20 februari 1822 Jaar 1893.3 Ruwah JE SANGARA wuku JULUNGPUJUT Windu, 3 Syaban 1310H), Bendoro Kangdjeng Prins Hario Poerbodiningrat die heeft een andere naam Kangdjeng Goesti Prins Hario Poerwodiningrat, kom naar het paleis met een doelpunt zal rapporteren aan Sinuwun PB.IX dat de situatie veilig was en onder controle van de rel die werd gelanceerd door de "rover, struikrover, gedhor, dief en moordenaar. Maar hij was zeer verrast Bendoro Kangdjeng Prins Hario Poerbodiningrat na een ontmoeting met zijn oudere broers, namelijk Prins Ario Ario Hangabei Praboewidjojo of Prince, en Prins Ario Haryomataram dat Sinuwun PB.IX het paleis verliet op een uitnodiging van de heer gouverneur-generaal in Batavia wonen, en tijdens Sinuwun PB . IX in Batavia, Prins Ario Djojokoesoemo / BRM.Kusno Malikis (die later zijn naam veranderde in BRM.Malikoel Choesno) heeft in beslag genomen op de troon van zijn vader, namelijk Sinuwun PB.IX, en kroonde zichzelf met steun van Nederland. Als gevolg van de uitleg en het nieuws van zijn oudere broers, namelijk Prins Ario Ario Hangabei Praboewidjojo of Prince, en Prins Ario Haryomataram horen, dan werd boos Prins Ario Poerbodiningrat en hij ging toen naar Batavia om haar vader te ontmoeten is Sinuwun PB.IX. Lang verhaal kort, Bendoro Kangdjeng Prins Hario Poerbodiningrat die heeft een andere naam Kangdjeng Goesti Hario Poerwodiningrat Prince, was aangekomen in Batavia op 26 februari 1893 (die samenvalt Pahing op zondag de 26 februari 1822 Jaar 1893.9 Ruwah JE Windu SANGARA wuku Pahang, 9 Syaban 1310H) op 4 uur, hij linea recta naar het kantoor van de gouverneur om haar vader te ontmoeten is Sinuwun PB.IX, hij op dat tijdstip ook gemeld Sinuwun PB.IX dat de situatie veilig was en onder controle van de rel die werd gelanceerd door de "rover, struikrover, gedhor , dief en moordenaar, maar de situatie in een ander paleis, dat zijn broer is prins Ario Djojokoesoemo / BRM.Kusno Malikis (die later zijn naam veranderde in BRM.Malikoel Choesno) heeft de troon van zijn vader weten Sinuwun PB.IX in beslag genomen, en kroonde zichzelf geworden Sinuwun PB.X met ondersteuning vanuit Nederland. En acties Prins Ario Djojokoesoemo / BRM.Kusno Malikis (die later zijn naam veranderde in BRM.Malikoel Choesno), die kan dus worden beschouwd als een poging om de dood van zijn vader weten Sinuwun PB.IX. te versnellen Na het horen van een verslag van Prins Hario Poerbodiningrat Bendoro Kangdjeng zodanig Sinuwun PB.IX dan heel boos en zei dit: "Purbo, ngger, Ingsun kind, wat de Dene Ingsun sajane missen Wani Choesno wanuh tumindak Siya Ingsun Marang, nganti tegels nyuduk Ingsun Saka Buri. Ingsun wirang Dene Dene Tuwa WIS Wong ora dianggep Maneh, WIS ra diajeni Maneh. Rich-rijke Ingsun ajine Maneh wis ora Ana. Lan Ingsun rijke rijk home Oerip suwe WIS Ora-suwe ndonya Maneh Ning. Wat ajine Ingsun jumeneng Nata?, Ingsun Durung sterven nanging keneng wat de Choesno wanuh Wani Nata jumeneng. Kuwi tegese Ingsun ditegakke patine WIS. Yen kudune Manawa AREP jumeneng nata kuwi ngenteni sabubare Ingsun dood. Ingsun isih Oerip, Purbo!, Toch kan nyampluk sira gebeden Choesno nganti njengkelang de dood!. Purbo, rauwe putu kind lan sira sira estokna dhawuh Ingsun ING Pikoekoeh 204 mbiyen Kae zingen, ora zijn ngglape de Choesno. Wis Purbo sesuk esuk dherekna Ingsun sarombongan Kondur ngadhaton. Sabab Ingsun prasapa gelem diterke mulih ora BAe zei kajaba kan Sira, Purbo! ". (Betekenis: Purbo, mijn kind (Sinuwun), eigenlijk wat mijn fout totdat de Choesno durven wreed voor mij (Sinuwun), doen totdat het hart te steken mij (Sinuwun) van achteren I (Sinuwun) is erg in verlegenheid gebracht omdat ik (Sinuwun) als een persoon die. oud was niet meer beschouwd, werd niet meer gerespecteerd. Net zoals ik (Sinuwun) niet meer wordt gewaardeerd. En ik (Sinuwun) als etah leven niet meer in deze wereld. Wat ik (Sinuwun) nog een prijs heeft als Koning?, Ik (Sinuwun) was niet dood, maar waarom de Choesno durft te staan ​​als een koning voor mij. Het heet I (Sinuwun) hebben vrijwillig gegeven van mijn dood. En in feite als de Choesno willen staan ​​als een koning, hij moet wachten voor mij (Sinuwun) is dood eerst. I (Sinuwun ) is nog in leven, Purbo!, kon nog steeds slap je tot de dood en de Choesno! Purbo, die is belangrijk dat u en uw kinderen en kleinkinderen nakomelingen moet uitvoeren mijn orders en woord (Sinuwun) op Pikukuh 204 (Pahing afgegeven op vrijdag 2 september Sawal 1881,8 1810 Jaar JIMAKIR Windu ADI wuku Pahang, 7 Shawwal 1298H), voordat deze, niet de zorg over de driftbuien van mijn Choesno (Sinuwun). En Purbo morgen vroeg in de ochtend tussen I (Sinuwun) een groep naar huis naar het paleis. Omdat ik (Sinuwun) heeft beloofd niet openbaar naar huis genomen door iedereen behalve jij, Purbo!). Hoorzitting Sinuwun opdracht zo is, dan Bendoro Kangdjeng Prins Hario Poerbodiningrat zegt ja bereid om Sinuwun te nemen naar het paleis. Op dat moment Sinuwun PB.IX niet willen om een ​​trein Kencana rijden, maar in plaats daarvan Sinuwun gewone treinrit hertog van Banyumas en Sinuwun PB.IX vereist dat een treinbestuurder hij Bendoro Kangdjeng Prins Hario Poerbodiningrat. Dus in dit geval, Sinuwun PB.IX naar huis te gaan naar het Paleis op 27 februari 1893 (die samenvalt op maandag Pon, 27 februari 1822 Jaar 1.893,10 Ruwah JE Windu SANGARA wuku Pahang, 10 Syaban 1310H). Maar seperginya Sinuwun PB. IX van Batavia, Sinuwun PB.IX niet willen om thuis te komen naar het paleis, zelfs Sinuwun PB.IX vereist reis rond de districten aan hem ondergeschikt, zoals Preanger, Cirebon en Banyumas, vergeet niet om ook Sinuwun PB.IX ook gestopt bij de Cave Selarong en spelonken alsmede South Beach is in Parangkusumo en vergeet niet om ook een bezoek aan de begraafplaats PB.IX Sinuwun Koningen van Mataram in Imogiri en Sinuwun PB.IX nam ook een bezoek aan het paleis van de sultan van Yogyakarta, voldoen aan net na een bezoek aan het Paleis van Jogjakarta, Sinuwun PB.IX onmiddellijke terugkeer naar het paleis. Maar tijdens de reis van Jogjakarta leidt naar het paleis Soerakarta, Sinuwun PB.IX alleen maar stilte en geen ruis of becerita zei hij, waardoor verdachte Bendoro Kangdjeng Prins Hario Poerbodiningrat, dus Bendoro Kangdjeng Hario Poerbodiningrat Prins en zijn entourage treinen trok het paleis plein Soerakarta, en was zo geschokt Bendoro Kangdjeng Prins Hario Sinuwun PB.IX Poerbodiningratelah zie het lichaam dat lag stijf en niet meer ademen in handen van de staat gekruist op zijn borst. Bendoro Kangdjeng Prins Hario Poerbodiningrat erg geschrokken na het leren dat Sinuwun PB.IX geliefde vader is overleden in Rahmatullah na aankomst op het plein ten noorden van het paleis Soerakarta. Sinuwun PB.IX overleden op 16 maart 1893 (waarin Kliwon donderdag de 16 maart 1822 Jaar 1.893,27 Ruwah JE SANGARA wuku MARAKEH Windu, 27 Syaban 1310H samenvalt) in de leeftijd van 64 jaar, 1 maand, 21 dagen. Nieuws Sinuwun PB.IX menebabkan dood zo triest als de zonen en dochters Sinuwun PB.IX allemaal, en Sinuwun PB.IX begraven in het graf van de koningen van Mataram in Imogiri Jogjakarta (het verhaal van de opvolging tot aan zijn dood Sinuwun PB.IX zullen we duidelijke omschrijving van de begin tot eind mee met de gebeurtenissen implik-implik en politieke intriges in een apart hoofdstuk.) Niet veel interessante verhalen op de rouwstoet Sinuwun PB.IX, dus hier niet verteld worden. (Bersambung. ........................)






Tidak ada komentar: